Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar tentang kata jujur.
"Kamu boleh jujur, kok, sama aku."
"Dia itu orangnya gak jujur, jangan dipercaya."
"Ayo, jangan bohong! Bicara yang jujur!"
Kata-kata seperti itu seringkali diucapkan, dan menunjukkan bahwa sebagai manusia kita merasa lebih nyaman apabila semakin dekat dengan kebenaran. Menurut KBBI, kejujuran adalah sikap kelurusan hati, sesuai dengan kebenaran yang adalah suatu keadaan yang cocok dengan keadaan yang sebenarnya.
Kita tentunya sudah pernah dihadapkan dengan pilihan untuk berbuat jujur atau tidak jujur dalam berkegiatan atau dalam menghadapi suatu permasalahan. Tentunya, sebagai orang beriman dan berbudi pekerti, kita semua dapat sepakat bahwa berbuat jujur adalah pilihan yang terbaik. Namun nyatanya, tidak semua orang dapat melakukannya. Masih banyak kasus-kasus di Indonesia yang berakar pada ketidakjujuran, seperti berita hoax yang tersebar di media sosial, gosip di kalangan masyarakat maupun siswa di sekolah, bahkan ketidakjujuran dalam lingkungan kerja dan bernegara seperti penipuan, korupsi, dan masih banyak lagi.
Menurut saya pribadi, tindakan tersebut sangat tidak terpuji. Ketidakjujuran yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok hanya menguntungkan pihak sendiri dengan merugikan orang lain, kelompok lain, bahkan masyarakat luas. Menyebarkan berita bohong tentang seseorang tentunya dapat merusak nama baik orang tersebut. Berita hoax dapat menipu masyarakat dan memberikan pandangan yang salah bagi khalayak luas, serta berpotensi menimbulkan tindakan yang fatal. Ketidakjujuran dalam lingkungan kerja dan bernegara tentunya sangat merugikan bagi perusahaan, instansi, bahkan negara.
Dalam Kitab Suci, tertulis bahwa Yesus pernah mengatakan: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak! Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat!” (Mat 5: 37). Dalam Kitab Suci ditegaskan bahwa arti kebenaran bukan sebatas tidak berbohong, tetapi juga ikut ambil bagian dalam kehidupan Allah, dan membela kebenaran juga berarti ikut dalam karya keselamatan Allah. Allah adalah “sumber kebenaran” karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya, maka dari itu Allah berfirman: “Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu manusia.” Maka dari itu, hendaknya kita terus memperjuangkan apa yang benar, untuk keamanan, kedamaian, dan kenyamanan bersama dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H