Mohon tunggu...
Asfi Hani
Asfi Hani Mohon Tunggu... Lainnya - asfii

bekerja keras dan berdoa serta tidak lupa rajin membuat sebuah artikel yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Situs Candi Jawi

17 September 2020   09:21 Diperbarui: 17 September 2020   09:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Candia Jawi berada dikkaki G, Welirang, tepatnya terletak di desa candiawates, kecamatan prigen, kabupaten pasuruan. Pada sekitar tahun 1300 M candi jawi dibuat. Candi ini merupakan sebuah candi yang bersifat suci, diperkirakkan untuk sebagai tempat penderma Kertanegara terhadap raja terakhir Singosari. Bentuk dari candi jawi terdapat perpaduan antara Hindu- Budha. Keberadaan candi jawi atau yang dikenal sebagai candi jejawi atau candi jejawa sebenarnya sudah disebutkan oleh Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakertagama. Candi ini memiliki keterkaitan erat dengan kakek buyut Raja Hayam Wuruk yaitu Sri Kartanegara. Candi jawi ini ada semenjak zaman Kerajaan Singasari. Setelah Sri Kartanegara wafat sarir sang raja dicandikan disana dengan maksut bahwa abu dari raja kartanegara disimpan di candi jawi ini. Candi jawi berdiri karena atas raja terakhir kerajaan singasari, kertanegara sebagai tempat beribadah bagi pemeluk agama siwa-budha, selain dijadikan untuk tempat beribadah candi jawi juga digunakan sebagai wadah disimpannya abu jenazah raja terakhir singasari,kertanegara (Muljana, 2006) Raja kertanegara dinilai sebagai seorang raja yang jaya namun beliau bahkan mempunyai musuh yang ada di kantor persatuan wartawan Indonesia, yang biasa di kenal sebagai Patung Joko Dolog.

Posisi candi jawi yang mengarah ketimur dengan arah hadap  membelakangi gunung penanggungan yang ada diwilayah pasuruan, hal ini menguatkan dugaan bebrapa para ahli mengatakan bahwa candi jawi tidak hanya digunakan sebagai tempat pemujaan melainkan candi juga biasanya digunakan sebagai beribadah dengan menghadap kearah gunung tersebut berada, tempat pemujaan terhadap dewa. Sebagain dari ahli yang meneliti tentang candi jawi tersebut tetap berada pada pendiriannya yaitu bahwa candi jawi digunakan sebagai tempat pemujaan para dewa yang dianut oleh masyarakat sekitar pada zaman itu dan daerah tersebut. Keberadaan haluan pintu yang tidak mengarah kegunung diyakini sebagai penyebab dari masuknya aliran agama budha pada saat itu. 

Pada tahun 1253 saka yang disebutkan dalam kitab Negarakertagama bahwa candi jawi diibaratkan sebagai sifat dari Saiwa di bagian dasar dan di bagian puncaknya memiliki karakteristik Budha. Hal ini dikatakan bahwa candi jawi terkena sambaran petir dengan arca Aksobaya yang menghilang. Hilangnya arca Aksabaya tersebut memberikan dampak terhadap Hayam Wuruk dampak yang diberikan pada menghilangnya Arca Aksobaya adalah Hayam Wuruk sempat merasa gelisah dan mengunjungi langsung ke candi jawi. Menghilangnya Arca Aksobaya diduga juga karena keluruhan dhatnya, yaitu sunyata di atas mahkota arca tersebut. Dalam jangka waktu 1 tahun setelahnya candi jawi di bangun kembali. Pada masa ini diperkirakkan mulai dimanfaatkannya batu putih. Penggunaan batu ini menimbulkan banyak spekulasi bahwa di wilayah welirang ini lebih didominasi oleh batuan yang berwarna gelap, spekulasi tersebut benar adanya bahwa batu putih didatangkan dari Madura. 

Candi Jawi memiliki lahan seluas 40 x 60 meter dengan di kelilingi olehhpagar batasssetinggi 2 meter. Ketinggian candi ini mencapai 24.5 meter dengan panjang 14,2 meter dan memiliki lebar 9.5 meter. Bentuk dari bangunan candi ini ramping dan tinggi seperti candi prambanan yang ada di Jawa Tengah. Dengan atap yang membentuk keterkaitan antara stupa dan kubus berlapis-lapis keatas pada puncaknya. Kaki candi berdiri diatas batu (bagian penompang candi sekitar 2 meter dengan pahatan relief  yang menggambarkan riwayat hidup seorang biarawan. Undak-undakan naik yang terlalu lebar tersebut terletak didepan pintu masuk ke garbah graham (ruang dalam tubuh candi). Di kawasan candi terdapat teras yang sudah dikatakan lebar dengan pintu yang polos tanpa ukiran tapi diatas bagian pintu mendapati ukiran kalamakara  dengan sepadan taring, rahang bawah, serta hiasan yang ada dirambut. Dibagain kiri pintu terdapat relung kecil yang digunakan sebagai tempat penaruhan arca. Di atas batas relung tersebut ditemukan pahatan khalayak yang memiliki gigi panjang nan tajam serta sesuatu yang memiliki tandung diatas kepalanya. Ruang dalam tubuh candi pada waktu dulu terdapat arca. Negarakertagama menyebutkan bahwa arca yang ada di dalam tubuh candi adalah arca siwa dengan Aksobaya di mahkotanya. Namun, disebutkan ada juga arca-arca dari dewa masih dalam kepercayaan siwa. Seperti arca mahakala dan nandiswara, durga, ganesa, brahmana, dan nandi. Tapi keadaan didalam bagian candi tersebut saat ini mengalami kekosong dengan tidak ada satupun yang ditemukan didalamnya. Adapun hipotesis yang diberikani oleh ahli bahwa arca durga kini disimpan di Museum Empu Tantular yang terletak di Surabaya serta arca nandiswara diduga masih utuh.

Candi jawi ini dapat di informasikan bahwa candi ini masih utuh sebab dilakukannya pemuagaran. Candi ini direnovasi atau dibangun kedua kalinya pada tahun 1938-1941 yang diketahui bahwa candi semula merupakan kompleks percandian yang besar terdiri dari 2 halaman (Salindri,1966:44) candi ini dari mempunyai keunikan tersendiri dengan memiliki bentuk warna 3 batu yang berbeda. Pemuagaran candi jawa ini dilakukan karena adanya kehancuran yang ada pada tatanan candi tersebut . Penelitian di candi jawi juga menyebutkan bahwa pernah dilakukan pemugaran terhadap candi jawi yang terjadi masa yang lampau. Pemugaran itu dilakukan karena terlihat dengan nyata bahwa kaki candi ini dan tubuhnya terbuat dari jenis batu yang lain yaitu kaki candi menggunakan batu berwarna gelap dari puncaknya yang berbentuk dagob. Sedangkan tubuh candi menggunakan batu putih serta Atap candi menggunakan campuran batu berwarna gelap dan putih. Selain itu arca yang terdapat di dalam candi ini keadaanya hancur. Seperti yang dinyatakan dalam didalam kakawin Nagarakrtagama, bahwa arca induknya adalah Siwa Mahadewa yang tinggal sebagian kepalanya saja. Pada tahun 1254 saka (1332 M) ditemukan sebuah batu candi.Di tulis pada batu candi itu bahwa hancurnya arca yang terdapat pada dalam candi itu karena "candra sengkala: api memanah hari" Yang artinya candi jawi pada saat itu di sambar petir yang membuat arca itu hancur. Kira kira setahun setelah candi itu di sambar petir, candi itu di bangun lagi menggunakan batu putih dan pada masa ini lah batu putih mulai sering di gunakan, batu ini banyak di datangkan dari daerah utara jawa atau daerah madura. Batur adalah kaki candi yang tingginya mencapai 2M dan di situlah kaki candi berdiri dengan berisi ukiran relief memuat cerita tentang seorang biarawati secara meluas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun