Mohon tunggu...
Rizki Amelia
Rizki Amelia Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Cirebon, lalu hijrah ke Bandung untuk menuntut ilmu di politeknik negeri bandung.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta di Balik Hijab

3 November 2011   01:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Masa sekolah telah berlalu. Jenjang pendidikan selanjutnya telah menunggu. Saatnya mulai serius menentukan masa depan. Menapaki hari-hari dengan kedewasaan. Selamat tinggal masa kanak-kanak, selamat tinggal masa SMA yang menyenangkan. Kini hari-hari ke depan adalah saat dimana pencarian bekal hidup yang sebenarnya.

Seusai menulis secarik harapan, Syifa menutup notebooknya dan menghela nafas panjang. Sembari menerawang ke langit-langit kamarnya, senyum terkembang di bibirnya yang manis. Teringat olehnya firman Allah swt dalam Al-Qur'an,

" .......Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

QS. Al-mujaadillah (58) : 11

'Oya, bukankah haditsnya pun ada,,,' Gumam Syifa.

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina. sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas sebagian muslim."

Berdasar dalil-dalil itulah Syifa memililh untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi ketimbang bekerja seperti mayoritas teman-temannya.

@sf@

Kaki mungil Syifa telah tiba di tanah priyangan Bandung, tempat Syifa akan menimba ilmu di salah satu universitas negeri di Bandung. Udara dingin namun segar menyambut kedatangan Syifa di pintu gerbang kampus tercinta. Brrr... Beruntung Syifa telah mempersiapkan diri untuk hal itu, segera Ia ambil mantel ungu dari dalam tasnya. Mantel yang di hadiahkan sahabat karibnya sebagai kenang-kenangan. Berbalut mantel ungu tua Ia mantap melenggangkan kaki memasuki kampus idamannya itu dengan senyum mengembang di bibir tipisnya.

"Aow !" Pekik Syifa tiba-tiba. Tubuhnya seolah menubruk sesuatu. Syifa terjatuh ke tanah. "Aduuhh.. " Rintih Syifa. Dipegangi lututnya yang perih tergores kerikil.

"Maaf..maaf Teh, Saya nggak sengaja." Ujar orang yang menabraknya itu. Buru-buru orang tersebut pergi tanpa peduli pada Syifa yang susah payah berusaha berdiri.

'Aduh, bukannya ditolongin dulu, malah seenaknya pergi. Kenapa sih itu orang, kaya' dikejar setan.' Gerutu Syifa dalam hati.

Dengan susah payah Syifa berjalan, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Asrama Putri.

"Alhamdulillah... sudah sampai." ucap Syifa saat memasuki halaman Asrama.

Gedung Asrama Putri berdampingan dengan gedung Asrama Putra. Jadi mau tidak mau Syifa harus melewati halaman Asrama Putra terlebih dahulu.

"Astaghfirullah..!" Syifa kaget. Lagi-lagi Ia hampir saja menabrak seseorang dihadapannya. Untunglah kali ini Ia bisa menghindarinya.

"Maaf.." Kata orang yang hampir menabrak Syifa, dan ternyata dia orang yang sama dengan yang menabraknya hingga jatuh tadi.

'Oo.. orang yang tadi, di asrama juga toh. Ckckck...udah dua kali nabrak, cuma bilang maaf..' Gumam Syifa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

@sf@

Satu hari, satu minggu, satu bulan telah berlalu. Perkuliahan telah dimulai, berbagai acara di asrama putri pun dengan segera memadati jadwal. Dari mulai perkenalan pengurus asrama, pemaparan tata tertib asrama dan sanksi pelanggarannya, hingga pemaparan kebiasaan-kebiasaan yang ada di asrama.

Syifa yang terbiasa dengan segudang kesibukan organisasi semasa sekolahnya, tak merasa berat menerima sederet jadwal acara kampus maupun asrama, baik yang rutin maupun insidental. Ia justru bersemangat melaksanakannya. Bahkan talentanya di bidang organisasi kepemimpinan membuat dirinya langsung dipercaya untuk mengemban amanah menjadi ketua pelaksana sebuah acara bersama anak-anak asrama.

"Terimakasih atas kehadiran dan partisipasi teman-teman dalam menyusun acara ini. Semoga acara ini dapat berjalan dengan lancar, dan semoga usaha kita menyukseskan agenda ini menjadi amal ibadah di sisi Allah yang akan memberatkan timbangan amal kebaikan kita kelak di akhirat. Amin. " Ucap Syifa menutup rapat sore itu.

Seperti halnya sebuah acara yang sukses, perencanaan pun haruslah disusun secara rapi. Oleh karena itu diperlukan rapat untuk membahas segala sesuatunya agar terencana dengan baik. Hanya saja ada yang berbeda dengan cara rapat yang ada di asrama. Khusus acara yang melibatkan asrama putri dan asrama putra, rapat dilakukan dengan dibatasi kain hijab, pembatas pandangan antara santri asrama putra dan santri asrama putri. Hal itu membuat menarik bagi Syifa karena sebelumnya Ia belum mengetahui aturan menjaga pandangan antara yang bukan muhrim. Sampai-sampai saat rapatpun pandangan kita di jaga oleh adanya hijab pembatas setinggi tembok.

@sf@

"Assalamu'alaikum, ada teh Syifa?" Sebuah suara dari balik hijab seusai solat berjama'ah isya di mushola asrama. Dengan heran Syifa menjawabnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah, Ya saya Syifa."

"Teh, bisa minta tanda tangan teteh untuk surat peminjaman tempat di Aula? untuk acara kita teh." Jelas suara dari balik hijab, yang pasti itu adalah suara santri asrama putra. Tak berapa saat dari bawah kain hijab itu menyembul selembar kertas.

Setelah menandatangani kertas itu disodorkannya kembali ke bawah kain hijab.

"Syukron teh." Kata suara dari balik hijab.

"Ya sama-sama." Jawab Syifa sambil tersenyum.

'berbicara kok dengan orang yang nggak kelihatan, di balik hijab.hihihi'Gumamnya.

Koordinasi di balik hijab seperti itu memang tergolong tabu di kalangan santri baru asrama. namun berkat penjelasan kakak-kakak pengurus asrama kami jadi paham dan mulai membiasakan hal itu. Koordinasi semacam itu tak hanya dilakukan untuk berkonsultasi antar panitia sebuah acara, namun dalam hal bertukar pikiran tentang perkuliahan atau berkomunikasi apapun, selagi itu terjadi atara santri putra dan santri putri asrama maka hijab haruslah jadi pembatas pandangan mereka. Unik, namun itulah syari'ah. Syari'ah yang akan menjaga kita dari hal-hal yang dilarang agama.

@sf@

Assalamualaikum, Teh ana Bayu. Bisa minta tanda tangan lagi? Sebuah sms masuk ke handphone Syifa.

Ini Bayu siapa ya? Balas Syifa. Lalu muncul balasan lagi,

Bayu, sekretaris teteh di kepanitiaan acara asrama.

Oo..Boleh. Jawab Syifa.

Ana tunggu di mushola asrama. Balasnya.

Percakapan lewat sms itu pun berlanjut pertemuan di mushola. Di balik hijab tentunya.

" Assalamualaikum.. Teh" Sapa suara dari balik hijab.

" Wa'alaikum salam, " Jawab Syifa.

"Ini teh surat yang harus di tanda tangan." Kata Bayu sambil menyodorkan surat di bawah kain hijab.

Setelah menantangani surat itu, disodorkannya kembali oleh Syifa ke balik hijab.

"Udah?" Tanya Syifa.

" Oya teh, gimana dengan konsumsi untuk acara? udah di persiapkan?" Tanya Bayu.

"Insya Allah sudah siap." Jawab Syifa mantap.

"Kalau pas hari H Teteh bisa hadir kan?" Tanya Bayu lagi.

"Of Course. Insya Allah ana hadir." Tukas Syifa.

"Syukurlah, Emm.. Apa panitia di asrama putri semua gerak kan teh untuk acara ini?" Sambung Bayu lagi.

Perasaan Syifa mulai tidak enak. 'Sepertinya ini orang sengaja basa basi buat ngobrol sama aku.' Gumam Syifa dalam hati.

"Antum nggak perlu khawatir, ini urusan ana. ana pastikan semua panitia berpartisipasi untuk acara ini. Ok." Jelas Syifa lugas.

" Ok teh. Selamat berjuang, semoga acara ini sukses ya." Kata Bayu.

" Amiin.." Kata Syifa menutup pembicaraan.

Bayu yang diberi amanah sebagai sekretaris, membuatnya lebih intens berinteraksi dengan Syifa selaku ketua dibanding rekan-rekan kepanitiaan yang lain. Meskipun gelagat bayu menimbulkan sedikit kecurigaan di benak Syifa, Namun Syifa tetap berbaik sangka karena mungkin saja pertanyaan Bayu itu benar-benar kekhawatirannya memikirkan kesuksesan acara , bukan sekedar basa basi agar lebih lama berbicara dengannya.

'Lagian untuk apa berlama-lama berbicara, bukankah berlama-lama berbicara berdua dengan lawan jenis itu tidak baik.' Benak Syifa.

Waktu berlalu, acara yang direncanakanpun usai dengan lancar. Sukses telah diraih Syifa beserta seluruh jajaran panitianya. Berkat kerja sama yang baik acara dapat berjalan dengan lancar, nyaris tanpa kendala yang berarti.

Teh, Asslamualaikum.. Selamat. acara kita sukses. Sms dari Bayu untukSyifa tepat seusai acara ditutup.

Alhamdulillah... Balas Syifa singkat.

Semoga acara kita berikutnya sesukses sekarang. Balas Bayu

Amin. syukron atas bantuannya.Balas Syifa.

Sama-sama teh, senang bekerja sama dngn teteh. :)Balas Bayu.

Ups, balasan sms Bayu disertai tanda senyum. Ada apa ya ???. Tanda tanya memenuhi benak Syifa. Sambil mengerutkan dahinya , Syifa bergumam, ' Katanya lawan jenis nggak boleh terlalu akrab walau lewat sms, kenapa dia berani pake tanda senyum. Sok akrab.'

Makasih. Senang bkrja sma dengan antum juga. Kata Syifa.

Saya kagum dengan teteh, baru tapi udah professional krjanya.Ucapnya.

Tak dibalasnya lagi sms Bayu, Syifa tak mau terlalu meladeni obrolan dengan lawan jenis.Khawatir akan timbul fitnah.

Hubungan antara santriwan dan santriwati asrama memang dijaga ketat. Tujuannya adalah demi menciptakan lingkungan asrama yang islami dan kondusif sebagai Bi’ah sholihah, lingkungan yang baik. Oleh karena itu, selain ada peraturan-peraturan yang mengikat juga banyak batasan-batasan dalam pergaulan, terutama dengan lawan jenis.

Proyek pertama Syifa bisa dibilang mencapai target sukses. Ini bukan proyek terakhir Syifa. Karena tepat dua bulan setelahnya Ia mendapat amanah baru menjadi pengurus di salah satu organisasi dakwah kampus. Otomatis kesibukannya bertambah, belum lagi jadwal kuliah yang selalu dibumbui dengan tugas, semakin menambah padat rutinitasnya. Walaupun begitu, Syifa tetap semangat dan tersenyum, dengan wibawa dan karismatik di setiap tindakannya. Perangainya yang baik dan easy going itu memikat banyak perhatian sehingga Syifa mudah mendapatkan teman dimanapun Ia berada. Berbagai organisasi kemahasiswaan Ia ikuti. Namun kesibukannya di organisasi tidak membuat Syifa mengabaikan kuliahnya. Kuliah tetap berjalan lancar bahkan aktivitasnya di organisasi mendukung semangatnya di perkuliahan. Semua terasa ringan asalkan dilakukan dengan hati ikhlas dan enjoy.

@sf@

Dering handphone Syifa kembali berbunyi.

'Dimohon kehadirannya pada rapat anggota guna membahas agenda"Pelatihan Manajemen" ahad sore ini pkl. 16.00 di Sekretariat.'

Pesan yang sudah tak asing lagi muncul di layar handphone Syifa akhir-akhir ini. Menginjak semester akhir ini ternyata tak membuat aktivitas Syifa berkurang. Tak seperti kebanyakan rekan-rekannya yang mulai membatasi aktivitasnya saat memasuki semesterrawan di perkuliahan dan fokus pada studinya, Syifa tetap enjoy ber-rapat ria dengan rekan-rekannya di KAMMI(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Ya, organisasi mahasiswa yang sudah hampir 3 tahun ia pegang.

Seusai sholat ashar Ia langsung meluncur ke sekretariat untuk memenuhi undangan rapat. Tak peduli rasalapar yang belum sempat Ia ganjal sepulang kuliah tadi.

"Aow ! Innalillah.." Ucap Syifa seketika terjatuh.

"Maaf.. teh." Ujar orang yang menabraknya.

'lagi-lagi... kenapa selalu menabrakku..?' Runtuk Syifa dalam hati.

Syifa mendongakkan kepalanya, terlihat sebuah senyuman terkembang di bibir orang tersebut saat pandangan mereka tak sengaja bertemu. Segera Ia tundukkan pandangannya. Syifa sedikit kaget karena ternyata untuk ketiga kalinya orang yang sama lah yang telah menabraknya tanpa sengaja.

'Dia..lagi..?siapa laki-laki yang selalu menabrakku itu?' Gumam Syifa penasaran.

Laki-laki tadi berjalan mendahului Syifa dan memasuki tempat yang sama dengan yang Syifa tuju. Sekretariat KAMMI.

"Baiklah karna semua telah berkumpul, kita mulai rapat ini dengan membaca Al-Basmallah." Ucap ketua umum, Haris membuka rapat. Diikuti serentak koor anak buahnya membaca basmallah.

Bismillah..

Syifa masih tak habis pikir, orang yang selama ini selalu menabraknya adalah rekan nya juga di satu organisasi. Tapi, siapa sebenarnya dia ? Kadang Ia terlihat di asrama, lalu di sekrtariat. 'berarti dia anak KAMMI juga dan kalau dia tinggal di asrama juga apa mungkin kita saling kenal ?' Batin Syifa sibuk menarik kesimpulan.

"Untuk agenda yang akan kita gelar, kita membutuhkan satu moderator dari ikhwan, dan satu dari akhwat. Sebelum saya tunjuk, adakah diantara temen-temen yang bersedia mengambil amanah ini?" Kata Haris membuka bahasan rapat.

Karena suasana hening, diputuskanlah Syifa yang menjadi moderator akhwat dan moderator ikhwan adalah Bayu.

'Bayu ? dia juga anak KAMMI, berarti Bayu dan orang misterius itu sama-sama anak KAMMI..' Kini analisis Syifa hampir menemui titik temu.

"Untuk masing-masing moderator dimohon saling koordinasi sebelum acara untuk mencocokkan tema dan bahasan yang akan disampaikan bersama pemateri." Jelas Haris sebelum akhirnya rapat ditutup.

H-2 dari acara tersebut Bayu mengatur pertemuan untuk koordinasi di masjid. Masih dengan batasan hijab tentunya. Agar lebih aman Syifa meminta seseorang menemaninya koordinasi. Koordinasi pun berjalan lancar tanpa hambatan dengan hadirnya Nuri sebagai pandamping sekaligus saksi, hehe.. agar tak ada fitnah antara mereka berdua.

"Makasih banyak ya Nuri, mau nemenin koordinasi, jadi aman deh." Kata Syifa.

"Sama-sama .." Jawab Nuri ramah.

Syifa dan Bayu telah berkali-kali terlibat dalam kepanitiaan acara, namun belum pernah sekalipun mereka bertemu muka secara langsung. Sehingga Syifa tak tahu wajah Bayu, begitupun Bayu.

"Huufft, akhirnya persiapan selesai." Syifa menghela nafas lega. Namun batinnya belum terlalu lega sebelum acara benar-benar terlaksana. Kembali Syifa teringat adegan tabrakan berulang dengan laki-laki misterius itu.

"Bayu anak KAMMI, lelaki misterius itu juga sepertinya anak KAMMI. Tapi siapa nama orang misterius itu ya ? Yang jelas yang selalu menabrakku itu anak asrama putra, dia selalu berjalan tertunduk setiap kali bertemu, dan selalu menabrakku. Dia begitu menjaga pandangannya. Tapi,, senyumnya waktu itu, manis juga.. hehe." Ujar Syifa.

@sf@

Tibalah waktunya acara dimulai.

MC membuka acara dan sampai pada acara inti, yaitu penyampaian dari pemateri. Saatnya Syifa dan Bayu harus naik podium sebagai moderator. MC memanggil satu per satu Syifa dan Bayu naik ke tempat yang sudah disediakan.

"Moderator ikhwan adalah Akh Bayu, silahkan menempati podium sebelah kanan, dan moderator akhwat yaitu Teh Syifa, silahkan menempati podium sebelah kiri."

Dengan percaya diri keduanya melangkah menaiki podium. Seperti biasa Syifa telah mempersiapkan semuanya untuk acara ini, mulai dari baju yang serasi dengan sepatu dan kerudungnya, dan tak lupa catatan kecilberisi poin-poin yang akan disampaikan.

Senyum manis Syifa tak lepas sedikitpun dari bibir tipisnya. Ia sampai di podium lebih dulu dari pada Bayu. Barulah kemudian Bayu yang langkahnya diiringi sorak penonton dan tepuk tangan.

Belum sampai dipodiumnya, Bayu melambatkan langkahnya dan pandangannya tertuju pada podium sebelahnya, matanya menatap tajam Syifa dengan pandangan terkejut. Tak percaya! Dalam pikiran keduanya memutar kejadian tabrakan itu. Tatapan Bayu seolah ingin mengatakan bahwa orang yang selama ini Ia kagumi lewat suara dan cara bicaranya di balik hijab adalah orang yang sama dengan yang selalu Ia tabrak tak sengaja.

Syifa pun juga tak percaya bahwa orang yang Ia kagumi karena selalu menjaga pandangannya saat bertemu tak lain adalah partnernya selama ini yang selalu berkoordinasi dari balik hijab. Bayu.

Saking kagetnya, kertas catatan di genggaman Syifa terjatuh. Keduanya segera tersadar dari keterkejutannya dan berusaha kembali berkonsentrasi pada tugas mereka sebagai moderator. Ada senyum tersimpul di sudut bibir Bayu dan Syifa. :")

@sf@

Singkat cerita, hari-hari pun semakin dekat pada ujungnya. Perjuangan menuntaskan amanah kuliah telah hampir menemui puncaknya. Tak terasa waktu tiga tahun memperjuangkan gelar Diploma rampung sudah. Segala kesibukan dan hiruk pikuk organisasi pun telah habis masanya. Kini giliran generasi penerus yang melanjutkannya.

Suka duka dalam berjuang menjadi bunga-bunga yang mekar dan indah pada waktunya. Saatnya kini memetik buah dari peras keringat menimba ilmu, sebuah penghargaan yang mungkin bagi sebagian orang sangat berharga. Namun bagiku ada hal yang lebih bernilai dari sekedar selembar ijazah. Ilmu, cinta dan ukhuwah (persaudaraan). Ilmu yang bisa mengantarkanku menuju kesuksesan dunia dan kebahagiaan di akhirat, amin. Serta cinta dan ukhuwah yang tercurah dari para sahabat perjuangan, yang akan menegarkanku menjalani kehidupan di masa depan.

Syifa berjalan, mengayun-ayunkan kaki dan tangannya sambil tak melapas senyumnya. Menyapa riang setiap orang yang Ia temui, menikmati masa-masa terakhirnya di kampus tercinta.

"Ups.., Maaf." Syifa tak sengaja menabrak.. "Bayu ?" Pekik Syifa.

"Maaf.." Ucap Bayu. Keduanya saling pandang penuh senyum. Tatapan mata mereka seolah saling berbicara, tabrakan lagi.. hehe.

“Ada di Bandung ?” Tanya Syifa.

“Iya, udah lulus ?”

“Alhamdulillah.. sekarang kerja ?”

“Iya begitulah, “

Bayu lulus setahun lebih awal dibanding Syifa. Setelah kejadian tabrakan-demi tabrakan dan insiden moderator itu, Syifa kehilangan berita tentang Bayu. Kabar yang Ia terima, Bayu masih menetap di Bandung karena urusan pekerjaan.

Sesaat mereka diam, memandang jalanan kampus yang semakin sunyi ditinggalkan penghuninya. Angin semilir menyibak-nyibakkan jilbab Syifa yang coklat kehitam-hitaman.

“Kapan pulang ke Cirebon ?” Tanya Bayu.

“ hmm.. mungkin besok.” Jawab Syifa.

“O….”

@sf@

Syifa menerawang langit yang ditaburi bintang. Langit cerah seolah ingin menunjukkan kemegahannya pada sang malam. Syifa teringat kenangan indah semasa kuliah. Ia membuka kembali memorisaat Ia duduk menatap bintang pada malam hari sebelum esoknya berpamitan pada Ayah Ibunya pergi ke Bandung untuk kuliah, dan kini serasa hanya sekejap mata Ia telah kembali duduk di tempat yang sama. Kini Ia tlah lulus kuliah.

“Aaahh.. aku rindu hiruk pikuk kesibukan di kampus. Apa kabarnya ya rekan-rekan di KAMMI ?” Gumam Syifa.

Hijab…

Syifa tersenyum geli mengingat kejadian lucu yang terjadi di asrama. Lewat hijab, kain pembatas berwarna hijau setinggi tembok yang ada di mushola asrama, yang membatasi pandangan. Tiga tahun kuliah, jangan ditanya apakah mereka saling kenal baik antara santri putra dan santri putri. Hanya sebatas kenal nama dan hafal beberapa suara. Bagaimana parasnya dan yang mana orangnya, mungkin tak semuanya tau. Tapi hal itu tak berarti persaudaraan santri asrama tak kuat. Justru sangat terasa oleh Syifa ukhuwah islamiyah yang terjalin begitu erat. Terbukti dari setiap agenda yang dilaksanakan, hiijab tak menjadi penghambat mencapai sukses. Disamping itu, makna hijab sangat terasa dengan terjaganya pandangan dan hati kita dari pemandangan-pemandangan yang tak berfaedah. Sehingga kita terhindar dari berbagai macam virus yang bisa mengotori hati.

Bayu…

Nama itu terbersit di benak Syifa menggelitik hatinya untuk sekedar bertanya pada malam, apa kabarnya Bayu ? pertanyaan yang selama ini ingin Ia tau jawabannya. Masihkah Ia ingat dengan partner rapatnya yang selalu Ia tabrak saat berjalan menunduk ?

Huuuuhh… Syifa menghembuskan nafasnya seraya tersenyum. Tangannya menengadah ke langit dan Ia pun mulai berdoa. “Semoga Ia baik-baik saja, Amiin…” .

Seminggu kemudian.. Di rumah Syifa, di Cirebon.

Syifa duduk tertunduk di samping orang tua dan adik-adiknya. Di depannya duduk, Bayu didampingi keluarganya.

"Saya berniat melamar putri Bapak untuk anak Saya, Bayu.. jika de'Syifa dan keluarga berkenan...." Kata-kata itu keluar dari mulut Ayah Bayu.

Pandangan Syifa terus menunduk, gemetar, takut, kaget sekaligus bahagia mendengar permohonan Ayah Bayu. Setelah sebelumnya, tepatnya malam sabtu Bayu mengatakan lewat telpon bahwa esok Ia akan datang ke rumah beserta orang tua dan sanak keluarganya.

Sebaliknya Bayu tampak tenang menghadap orang tua Syifa dengan wajah bahagia. Namun tetap sesekali menunduk menjaga pandangannya.

"Kami selaku keluarga sepenuhnya menyerahkan keputusan kepada Syifa. Asalkan Syifa bahagia, kami setuju saja.." Ucap Ayah Syifa mewakili keluarga.

"Saya berjanji akan membahagiakan Syifa Pak, Insya Allah." Ujar Bayu mantap. Membuat hati Syifa makin rawan. Rawan untuk tak berdegup makin kencang. Tak henti-hentinya Syifa beristighfar, memohon ampun padaNya karna tak bisa mengendalikan detak jantungnya yang seolah ingin meledak.

"Gimana Nak, Syifa mau menerima Nak Bayu ?" Tanya Ibu sambil membelai lembut putri sulungnya. Semua menunggu jawaban dari bibir Syifa. Terlebih Bayu, Ia berharap kata "Ya" yang keluar dari mulut Syifa.

Syifa mencoba menegakkan kepalanya, menatap wajah Ayah dan Ibu. Dan akhirnya sebuah anggukan disertai senyuman paling manis diberikan Syifa sebagai jawaban.

Serentak semua berucap, "Alhamdulillah...".

Tawa bahagia menghiasi seisi rumah Syifa. Bayu merasa sangat bahagia, cintanya yang selama ini Ia pendam, terjaga dengan baik sampai waktunya tiba. Keduanya tertawa sambil tertunduk malu. Dalam tunduknya pandangan, hati mereka berbicara,

'Cinta ini telah lama ku jaga dalam hati agar tak ada yang mengotori, ku pupuk dengan doa dan pengharapan padaNya agar hari ini segera datang. Kini cinta ini telah mekar dengan cantiknya, cinta mendapatkan haknya untuk tercurahkan lewat kata, dan disambut senyuman bahagia.'

-S E K I A N-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun