Mohon tunggu...
arief setyanto
arief setyanto Mohon Tunggu... -

Saya pemerhati IT yang sedang berkelana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TIK, Perlukah Diajarkan di Level Pendidikan Dasar dan Menengah?

8 Mei 2014   10:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perdebatan hangat sekitar kurikulum pendidikan dasar menengah terjadi. Penghapusan mta pelajaran TIK dengan mengalihkan guru guru kepada tugas melakukan service ICT bagi sekolah menuai perdebatan dari asosiasi guru TIK. Perdebatan antara Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Harris Iskandar dan Sekjen Asosiasi Guru TIK Wijaya Kusumah dapat diakses di : http://www.beritasatu.com/video/173703-dialog-kurikulum-2013-hilangkan-tik.html

Terdapat 2 logika yang dibangun dalam doalog ini, di satu sisi DIKNAS ingin menghilangkan mata pelajaran TIK - karena menganggap TIK bisa dipelajari sendiri oleh peserta didik dan TIK bisa dipelajari bersamaan dengan mata pelajaran yang lain. Di sisi asosiasi guru TIK menganggap bahwa TIK tetap perlu diajarkan untuk membentuk generasi emas, ditambah lagi nasib guru TIK yang perlu dibela penyalurannya.

Hal yang menarik yang sempat tercetus dalam dialog ini adalah beberapa contoh tentang apa apa yang diajarkan pada siswa seperti - membuat laporan pakai ms word, membuat dan membuka email, memakai internet dan net etiket.

Jika benar kurikulum TIK berisi bagaimana pakai spreadsheet, bagaimana buat email, bagaimana buka email, bagaimana ngetik laporan pakai word processor - (apalagi sampai sebut merk) maka alasan menghilangkan mata pelajaran TIK sangat kuat. Untuk apa uang negara dihamburkan hanya untuk mempelajari produk - ICT, kesulitan menggunakan produk ICT seperti itu hanya karena kita pengguna malas membaca petunjuk atau kurang paham bahasa yang ditulis pada petunjuk. Pada dasarnya semua produk teknologi itu dibuat untuk user friendly jadi tidak ada alasan untuk menjadi sebuah pelajaran khusus.

Kesalahan pandangan ini bermula dari penyusunan kurikulum TIK itu sendiri.

Namun jika saja kurikulum TIK itu berisi tentang bagaimana membuat word processor, bagaimana membuat spreadsheet - (tentu ini terlalu berat untuk level pendidikan menengah). Maka targetnya adalah bagaimana membuat game flappy bird, bagaimana menuliskan kode html, bagaimana membuat segalam macam produk ICT maka alasan untuk meniadakan pelajaran TIK menjadi sangat tidak masuk akal.

Perdebatan tentang apa yang harus diajarkan di mata pelajaran TIK atau ICT bukan hanya terjadi di Indonesia. Perdebatan yang sama telah terjadi di inggris. Cuplikannya bisa di baca disini :

"The British video gaming and visual effects industry was losing its edge, in part because the ICT curriculum in schools was focused on office skills rather than programming skills"

"The education secretary, Michael Gove, meanwhile, announced that the current ICT curriculum, which he described as "demotivating and dull", would be replaced by a "flexible curriculum in computer science and programming", the content of which is to be announced in September."

Beberapa tahun setelah kematian BBC micro, kurikulum ICT diinggris diajarkan berbagai produk ICT untuk kepentingan pekerjaan kantor mirip spreadsheet, wordprocessor dll. dan itu sudah dianggap kuno dan mematikan kemampuan anak untuk berpartisipasi sebagai salah satu kreator ICT. Sehingga perlu du ganti dengan kurikulum baru. Selengkapnya dapat di lihat disini  :

http://www.theguardian.com/education/2012/jul/10/digital-literacy-roundtable

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun