Di awal tahun 2014, PT Pertamina memberikan 'kado spesial' berupa kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram per tanggal 1 Januari dari Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung. Sontak, keputusan itu menuai sejumlah komentar dari berbagai kalangan baik pihak pemerintah, partai politik, dan pengguna elpiji. Walaupun Kenaikan harga ini akan menjadi penyumbang terbesar inflasi Januari 2014, elpiji merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Sehingga akan berdampak langsung terhadap inflasi, namum apa yg terjadi,
pada akhirnya rakyat miskinlah yang kena sasaran, mereka kehabisan gas bersubsidi yang seharusnyalah meraka beli habis oleh orang yang mampu membeli, memang faktor kesadaranlah yang harus diaplikasikan terkesan sulit malah seperti ini
barang yang dibeli jauh berbeda harga dengan gas elpiji yang dibeli seharusnya bisa menyeimbangkan dalam daya beli, apabila berbicara kebutuhan semua orang pasti membutuhkannya itulah yang selama ini menjadi dilema sebagian rakyat yang tak kunjung selesai padahal apabila dibandingkan dengan sebagian negara mengenai harga kebutuhan gas,
walaupun kenaikan harga elpiji 12 secara otomatis akan berpengaruh pada beban biaya produksi makanan dan minuman, harga makanan dan minuman jadi akan naik dengan sendirinya. Kenaikan harga makanan dan minuman diperkirakan sekitar satu persen, gas menjadi sebagian dari komponenenergiyang digunakan oleh industri makanan dan minuman jadi. Jika harga gas elpiji meningkat, beban biaya akan bertambah. Karena itu, agar pelaku usaha tetap mendapatkan untung, harga makanan dan minuman akan naik disesuaikan dengan kenaikan harga elpiji itu sendiri.
pelaku usaha harusnya mendapat informasi lebih awal sehingga mereka dapat lebih bersiap untuk prediksi kenaikan harga. Pada dasarnya, kata dia, pengusaha tak ingin konsumennya lari. Tapi, mereka harus tetap mempertimbangkan kelangsungan usaha dengan mendapat untung. Hal ini akan menyumbang kenaikan inflasi sebesar kurang dari 1 persen.
apabila kita lihat profil pengguna gas elpiji,
Pertamina mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara berlebihan karena Pertamina telah menyalurkan Elpiji 3kg ke masyarakat dengan cukup. Masyarakat juga bisa mendapatkan Elpiji 3kg dari agen dan pangkalan terdekat, waralaba yang ditunjuk sebagai agen penjual Elpiji 3kg serta SPBU.
Karena Elpiji merupakan komoditas yang dapat dibeli secara terbuka di pasar, untuk mencegah dan mempersempit celah bagi upaya penyelewengan Elpiji, Pertamina juga mengharapkan partisipasi masyarakat untuk melaporkan kepada aparat yang berwajib apabila mendapati kegiatan mencurigakan yang terkait dengan LPG. Pertamina juga secara proaktif menerapkan monitor yang ketat terhadap agen-agen untuk memastikan penyaluran dilakukan secara tepat sasaran. Apabila terbukti ada agen Elpiji yang melakukan atau menfasilitasi tindak penyelewengan Pertamina akan memberikan sanksi tegas hingga pemutusan hubungan usaha.
kesadaran dan sikap keperdulian terhadap sesama yang harus dijungjung tinggi demi menciptakan suasana keadilan bagi bangsa dan negara kita semua pihak harus sadar dan berpartisipasi dalam menyalurkan dan penggunaan gas elpiji dan semangat terbarukan untuk menciptakan energi alternatif demi menyelamatkan bumi ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI