Mohon tunggu...
Asep Suryana
Asep Suryana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Perkembangan Kerajaan Sumedang Larang dan Makna Filosofis Logo Lingga

31 Desember 2024   14:28 Diperbarui: 31 Desember 2024   14:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 
Pendahuluan
Logo Lingga adalah simbol yang tidak hanya merepresentasikan identitas Kabupaten Sumedang, tetapi juga mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan keberanian, keluhuran budi, dan semangat kemajuan. Lambang ini erat kaitannya dengan sejarah panjang Kerajaan Sumedang Larang, sebuah kerajaan yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kabupaten Sumedang. Artikel ini bertujuan untuk menggali makna filosofis logo Lingga serta mengulas perjalanan sejarah Kerajaan Sumedang Larang sebagai pusat budaya Sunda yang penting.  

Makna Filosofis Logo Lingga
Logo Lingga mencerminkan nilai-nilai luhur dan sejarah Kabupaten Sumedang.  
1. Perisai: menggambarkan jiwa ksatria masyarakat Sumedang yang berani dan percaya diri.  
2. Warna merah: melambangkan keberanian, sedangkan dasar hijau merepresentasikan kesuburan dan peran agrikultur sebagai elemen penting kehidupan masyarakat.  
3. Setengah bola dan setengah kubus: menyiratkan ketidaksempurnaan manusia, mengajarkan kerendahan hati dan introspeksi.  
4. Sinar matahari berwarna kuning emas: simbol kemajuan, dengan jumlah  17 menunjukkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, menghubungkan sejarah lokal dan nasional.  
5. Tulisan "Insun Medal" memiliki makna filosofis mendalam, baik secara etimologis maupun historis. Frasa ini dapat diartikan sebagai "Aku Terlahir untuk Memberikan Pencerahan," sebuah refleksi nilai dan kebesaran Kerajaan Sumedang Larang.  

Logo ini adalah karya R. Maharmartanagara, keturunan Sumedang, yang diresmikan pada tahun 1959 sebagai lambang daerah Kabupaten Sumedang.  

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sumedang awalnya adalah bagian dari Kerajaan Galuh sebelum menjadi Kerajaan Tembong Agung pada abad ke-12, yang berarti "Tampak Luhur." Nama ini kemudian berubah menjadi Himbar Buana ("Menerangi Alam") sebelum akhirnya menjadi Sumedang Larang, yang bermakna "Aku Dilahirkan, Aku Menerangi."  

Kerajaan Sumedang Larang mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Prabu Geusan Ulun (1578--1601). Wilayah kekuasaannya meliputi bagian utara hingga Laut Jawa, barat hingga Cisadane, timur hingga Kali Brebes, dan selatan hingga Samudra Hindia.  

Kerajaan ini menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon dan kemudian Kesultanan Mataram pada masa Sultan Agung. Dalam penyerangan ke Batavia, Sumedang Larang berperan sebagai penyedia logistik. Budaya Sunda berkembang pesat pada masa ini, termasuk pengenalan aksara Hanacaraka.  

Kolaborasi Budaya Islam dan Sunda
Melalui pernikahan Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri, Islam mulai menyebar di Sumedang. Pangeran Santri mendirikan ibu kota baru di Kutamaya dan memperkuat posisi Sumedang sebagai pusat budaya dan pemerintahan. Putra mereka, Prabu Geusan Ulun, melanjutkan perjuangan dengan mempertahankan tradisi lokal sembari menerima pengaruh Islam.  

Lingga sebagai Simbol Modern Sumedang Tugu Lingga yang berdiri di alun-alun Sumedang sejak tahun 1922 dirancang oleh Pangeran Siching dari Belanda untuk menghormati jasa Pangeran Aria Suria Atmadja. Lambang ini kini menjadi identitas visual Sumedang, yang menggambarkan perpaduan tradisi, sejarah, dan modernitas.  

Kesimpulan 
Kabupaten Sumedang, yang memiliki julukan Puseur Budaya Sunda,  adalah tempat sejarah, tradisi, dan filosofi berpadu. Logo Lingga tidak hanya menjadi simbol visual, tetapi juga cerminan perjalanan spiritual dan historis masyarakat Sumedang. Melalui makna filosofisnya, logo ini mengajarkan keberanian, kesuburan, dan keluhuran budi, yang selaras dengan kejayaan Kerajaan Sumedang Larang. Peran strategis kerajaan ini dalam sejarah lokal dan nasional, serta warisan budayanya yang tetap relevan hingga kini, menjadikan Sumedang sebagai pusat budaya Sunda yang kaya nilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun