Mohon tunggu...
Asep Sumpena
Asep Sumpena Mohon Tunggu... Auditor - Suka mengamati

Suka hal-hal sederhana yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Pahlawan] Pak Sulaiman Si Pincang yang Budiman

10 November 2013   23:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mesjid itu tidak terlalu besar namun sangat indah. Dibangun di atas tanah sekitar setengah luas lapangan sepak bola dan berdiri di pinggir jalan Soekarno-Hatta yang cukup ramai. Di depan dan di samping kirinya ada tempat parkir yang cukup untuk menampungdua puluh mobil dan seratus sepeda motor, sedangkan di samping kanan ada taman beraneka bunga. Di belakang mesjid ada kebun, kolam ikan dan rumah tinggal yang kecil namun asri.

Penghuni rumah tadi adalah seorang lelaki tua dan sederhana, penduduk sekitar situ selalu memanggilnya Pak Sulaiman. Ia hidup sebatang kara dan kesehariannya adalah mengurus mesjid dan tanah sekelilingnya.

Setiap Idul Fitri dan Idul Adha, selalu ada tamu ke rumahnya. Penduduk sekitar sudah hapal, tamu yang rutin datang berkunjung itu selalu menggunakan mobil Mercy berwarna putih. Menurut kesaksian mereka model mobilnya beberapa kali ganti, namun tamu tadi selalu berkunjung dengan mengendarai mobil buatan Jerman tersebut dan berwarna putih.

Hal itulah yang menjadi pembicaraan Rudy dan Ferdy, pemuda penganguran yang sedang asyik mengobrol di posko sebuah partai di dekat mesjid itu. Hari itu adalah hari raya Idul Adha dan di samping mesjid terpakir dengan anggun Mercedes Benz E Class berwarna putih. Saat itu di mesjid sedang ramai oleh masyarakat yang sedang mengantri untuk mendapatkan daging kurban, karena tadi pagi ada lima ekor sapi dan lima belas ekor kambing yang sudah dikurbankan di mesjid tersebut.

Siapakah tamu yang selalu mengunjungi Pak Sulaiman? Itulah pertanyaan besar mereka. Untuk itulah mereka mau bertanya kepada Pak RT yang saat itu sedang sibuk menjadi panitia kurban di mesjid. Maka dengan langkah dan gaya yang meyakinkan mereka memasuki mesjid dan ikut mengatur antrian yang mengular untuk mendapatkan daging kurban.

Menjelang ashar, pembagian daging kurban selesai dengan aman, si Rudy dan Ferdy langsung mendekati Pak RT Jalil yang sedang beristirahat. Tanpa basa-basi mereka langsung bertanya perihal tamu ber-mercy tersebut dan akhirnya mereka mendapatkan sebuah kisah heroik di masa lalu yang kemudian mengubah pola pikir mereka akan kehidupan dan kemanusiaan.

oooOooo

Musim kemarau tahun 1970, terjadi kabakaran hebat yang menimpa sebuah rumah di Jalan Soekarno-Hatta, rumah keluarga Haji Zakaria seorang pemilik toko bangunan yang cukup terpandang. Tampak Pak Haji dan Bu Haji sedang menjerit-jerit histeris sambil menunjuk-nunjuk ke arah rumahnya yang sedang menyala-nyala dengan hebatnya. Saat itu layanan pemadam kebakaran belum secepat sekarang, sampai saat itu pun mobil PMK masih belum datang.

Tampak di lantai dua rumah yang terbakar itu, seorang anak perempuan kecil, anak tunggal keluarga Haji Zakaria menangis dan berteriak-teriak sambil memegang tiang rumah, sementara tidak jauh darinya kobaran api mulai mendekatinya. Akhirnya bukan hanya Pak Haji dan Bu Haji Zakaria saja yang histeris bahkan semua orang yang berkumpul serempak menjerit-jerit sambil berusaha memadamkan api dengan ember berisi air got yang hampir tidak ada gunanya itu.

Sampai tiba-tiba ada seorang pemuda yang berlari menerobos ke rumah yang terbakar tersebut dan naik ke lantai dua. Hampir tidak dapat dipercaya, si pemuda tadi langsung memangku anak kecil yang hampir terbakar di lantai dua itu dan menuruni tangga kemudian kembali ke luar sambil menyerahkan Neng Tita, anak perempuan tersebut ke orang tuanya, Pak Haji dan Bu Haji Zakaria yang langsung dipeluknya dengan sukacita. Dan kemudian mengucapkan ribuan terima kasih kepada pemuda pemberani tadi, Jang Sulaiman.

Hampir tidak ada luka yang diderita Neng Tita, hanya sebagian rambutnya saja yang agak hangus kena jilatan api. Namun sebaliknya Jang Sulaiman dipenuhi denga luka bakar yang parah sekujur tubuhnya, terutama muka dan kakinya.

Singkat cerita, setelah musibah tadi keluarga Haji Zakaria pindah ke Ibukota dan tanah yang seluas setengah lapangan bola diberikan kepada Jang Sulaiman. Namun Jang Sulaiman tidak mau menerimanya, malah meminta Pak Haji mewakafkan saja tanah tersebut untuk menjadi mesjid. Maka dibangunlah mesjid yang indah tadi dan sebuah rumah kecil untuk Jang Sulaiman yang sebatang kara.

Semenjak itu setiap hari lebaran dan hari kurban keluarga Haji Zakaria selalu mengunjungi Jang Sulaiman untuk silaturahmi dan memberikan apa-apa yang diperlukan olehnya. Ketika kedua orang tua Neng Tita meninggal dunia, Neng Tita bersama suaminya yang seorang pengusaha besar di ibukota melanjutkan tradisi bersilaturahmi kepada Pak Sulaiman yang sekarang sudah sepuh, namun tetap kuat dan bersemangat untuk melayani dan mengabdi kepada lingkungan tempat tinggalnya.

oooOooo

“Nah, begitulah ceritanya, Rudy, Ferdy, tamu yang selalu berkunjung setiap Idul Fitri dan Idul Adha dengan memakai Mercy putih adalah Bu Tita dan keluarganya yang bersilaturahmi kepada sang penolong dan penyelamat nyawanya waktu kebakaran dulu itu. Itulah Pak Sulaiman, walaupun mukanya rusak dan berjalan pincang, namun tidak ada seorang pun yang berniat sedikitpun untuk mengejeknya, karena bagi penduduk daerah sini, beliau adalah Pahlawan Kemanusiaan yang sebenarnya.” Pungkas Pak RT Jalil mengakhiri ceritanya berbarengan dengan kumandang adzan ashar dari mesjid indah tadi.

Rudy dan Fredy tak bisa berkata-kata, dengan mulut menganga mereka memandang kepada Pak Jalil, kemudian ke Mercy putih, kemudian ke rumah kecil, kemudian ke mesjid.

Akhirnya mereka pergi berwudhu dan shalat ashar berjemaah di mesjid itu. Itu adalah shalat pertama mereka, setelah belasan tahun mereka tinggalkan. Karena ada kisah heroik yang mengubahkan dan menginspirasi mereka, dan membuat mereka mau berubah untuk menjadi manusia yang lebih baik. Setidaknya menjadi pahlawan bagi kehidupan mereka sendiri.

Selamat Hari Pahlawan.

Jadilah Pahlawan Masyarakat, Setidaknya Jadilah Pahlawan Buat Diri Kita Sendiri Dulu.

oooOooo


Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Fiksi Hari Pahlawan

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun