Mohon tunggu...
Asep Sugandi
Asep Sugandi Mohon Tunggu... profesional -

Penerjemah Inggris-Indonesia. Penyuka kopi kapal api, pisang goreng, dan kerupuk.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Sedetik

25 Januari 2010   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:17 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untuk sedetik dua
jemarinya ragu memilih gincu
untuk ia poleskan di semburat jingga senja
warna kesukaannyakah... atau sang tamu

ditolehnya lagi si tole
hampir bangun ia setelah pulas dari puas menyusu sepanjang siang
samar seperti berpendaran di kepala sang ibu
warna-warni yang tak dapat dimengertinya tentang masa depan...

bertahanlah dulu ya nak... hanya ini yang kita punya...
sebentar lagi ibu antar kau ke rumah sebelah
setidaknya kau bisa belajar alif-ba-ta di situ
karena ibu tak bisa....
ah... banyak yang ibu tak bisa untukmu
banyak sekali...

tapi rintihan hati tak bisa mendatangkan nafas yang nyata, nak...
kelak kau kan fahami itu...
seperti ibu memahami dan memafhumi hidup...
setelah semua...

(...dan suara motor ojek yang sangat akrab pun menyadarkannya dari lamunan...
ia pun bergegas...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun