1.Hitung berapa UP yang dibutuhkan.
Ada beberapa cara menghitung UP (uang pertanggungan) jiwa. Salah satunya berdasarkan suku bunga deposito, di mana jika UP jiwa disimpan sebagai deposito bank, jumlah uang yang dihasilkan dari bunganya harus cukup untuk menggantikan pengeluaran tiap bulan. (Pengeluaran, bukan penghasilan).
Misalnya, pengeluaran keluarga anda saat ini 5 juta per bulan (60 juta setahun), dan bunga deposito saat ini 6% per tahun. Maka UP yang anda butuhkan 60 juta dibagi 0,06 = 1 miliar. Jika terjadi klaim, maka uang 1 miliar tinggal disimpan di deposito, dan bunganya 6% per tahun (60 juta per tahun, alias 5 juta per bulan) cukup untuk mengganti pengeluaran saat ini.
Ini jika anda tidak punya aset apa pun. Jika anda punya aset, maka UP tersebut dikurangi nilai aset anda. Kenapa? Karena UP jiwa dan aset itu fungsinya beririsan, yaitu sama-sama bisa diwariskan. Tapi jika anda punya utang, maka UP jiwa anda harus ditambah dengan jumlah utang anda, karena UP jiwa dan utang pun beririsan, yaitu sama-sama bisa diwariskan.
Selain dengan suku bunga deposito, cara lain adalah dengan retur Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). RDPT memberikan retur yang lebih tinggi daripada deposito, yaitu saat ini sekitar 8%. Dengan demikian, UP jiwa anda bisa saja lebih kecil dari 1 miliar, dan premi yang harus dibayarkan pun jadi lebih murah.
Saya berpandangan bahwa UP jiwa itu tidak usah berlebihan, karena ini berkaitan dengan premi yang harus dibayarkan. Selain itu, agar premi lebih rendah, anda bisa juga mengombinasikan proteksi jiwa dengan proteksi kecelakaan. Proteksi kecelakaan mengandung dua proteksi, yaitu risiko meninggal dunia dan risiko cacat (sebagian maupun total). Anda bisa mendapat total UP 1 miliar dengan menggabungkan UP jiwa dan UP kecelakaan. UP jiwanya 500 juta, UP kecelakaan 500 juta. Jika terjadi meninggal dunia karena kecelakaan, ahli waris mendapatkan 1 miliar. Manfaat lainnya, jika kecelakaan itu tidak berakibat meninggal dunia melainkan “hanya” cacat, anda masih mendapatkan sejumlah uang sebesar maksimal 500 juta.
2.Jika suami istri bekerja, UP dibagi dua.
Prioritas asuransi jiwa adalah pencari nafkah utama, biasanya ayah atau suami. Jika istri pun bekerja, maka istri juga memerlukan asuransi jiwa. Lalu berapa UP yang dibutuhkan?
Ada yang menyebut, jika pengeluaran keluarga anda 5 juta per bulan, suami perlu UP 1 miliar, dan istri pun sebesar itu. Menurut saya tidak perlu demikian. Itu berlebihan.
Ingat bahwa 5 juta per bulan itu pengeluaran keluarga, bukan suami saja atau istri saja. Jika keduanya bekerja, dan sumbangan keduanya relatif sama, maka UP 1 miliar itu dibagi dua, masing-masing 500 juta. Jika sumbangan suami lebih besar dibanding istri, maka UP pun dibagi secara proporsional. Misalnya UP untuk suami 600 juta, untuk istri 400 juta.
Jika, misalnya suami meninggal dunia, UP 600 juta akan cair. Uang ini disimpan di deposito dengan bunga 6%, akan diperoleh ganti pengeluaran sebesar 36 juta per tahun atau 3 juta per bulan. Kurangnya sebesar 2 juta dipenuhi oleh istri yang bekerja.
Mungkin ada pertanyaan, bukankah pengeluaran akan naik seiring waktu? Ya, tapi pengeluaran juga akan turun dengan berkurangnya satu anggota keluarga.
Dengan membagi UP menjadi dua antara suami dan istri, premi asuransi jadi lebih murah.
3.Cek berapa kemampuan anda
Mungkin saja kebutuhan UP anda tinggi, tapi premi yang mampu anda bayarkan kurang dari yang ditetapkan. Maka tak ada lain, bayar saja sesuai kemampuan anda pada saat ini meskipun UP yang anda dapat kurang dari kebutuhan. Misalnya UP yang anda butuhkan 1 miliar, preminya 4 juta per tahun. Tapi anda hanya punya uang 2 juta, maka UP yang anda dapat ya setengahnya (500 juta). Ini lebih baik daripada tidak ada proteksi sama sekali. Nanti kalau keuangan anda lebih baik, UP bisa dinaikkan.
Jika anda tetap ingin UP 1 miliar tapi tidak punya uang 4 juta, atau punya tapi sayang kalau uang itu buat asuransi semua, pilihan lain adalah mencari asuransi jiwa yang bisa bayar secara bulanan. Klik di sini.
4.Pilih masa proteksi secara bijak
Asuransi term life, seperti namanya, menyediakan proteksi jiwa dalam jangka waktu tertentu selama masa pembayaran. Tergantung kebijakan perusahaan, term life bisa diambil dengan tenor mulai 1 tahun hingga 30 tahun. Tenor yang pendek lebih murah preminya, tenor yang panjang lebih mahal. Tenor panjang lebih mahal karena hitungan preminya merupakan hasil rata-rata dari tahun-tahun awal hingga tahun-tahun akhir. Premi tahun-tahun awal menyubsidi premi pada tahun-tahun akhir. Tapi kalau ditotal, tenor panjang lebih murah daripada tenor pendek. Misalnya, mengambil tenor sekaligus 20 tahun akan lebih murah daripada tenor 4 x 5 tahun (tenor 5 tahun diperpanjang hingga 4 kali).
Jika kebutuhan proteksi anda pendek, misalnya hanya 2 tahun selama masa belajar di luar negeri, maka cukup ambil term life 2 tahun. Tapi pada umumnya, setiap orang butuh proteksi jiwa ketika dia memiliki satu dari dua kondisi:
1)Punya tanggungan nafkah, misalnya terhadap anak dan istri. Masa proteksi yang dibutuhkan setidaknya sampai anak dewasa dan mandiri.
2)Punya utang. Masa proteksi yang dibutuhkan sampai utang lunas.
Oleh karena itu, hitung kebutuhan proteksi anda sampai berapa lama, lalu ambillah jangka waktu terpanjang. Jika anda seorang pria umur 30 tahun, punya dua anak dan anak terakhir baru saja lahir, maka kebutuhan proteksi anda setidaknya selama 23 tahun (sampai anak lulus kuliah dan bisa cari kerja). Ambillah tenor 23 tahun, atau bahkan 25 tahun (anak lulus kuliah belum tentu sudah mandiri. Dia pun masih butuh biaya buat nikah, dan dalam hal ini kalau dia belum sukses pasti dia masih akan “merepotkan” orangtuanya).
Jika anda hanya mengambil tenor pendek, misalnya 5 tahun, bagaimana pun anda masih harus memperpanjang proteksi untuk 5 tahun berikutnya, dan preminya akan lebih mahal saat perpanjangan.
5.Perhatikan berapa premi saat perpanjangan
Premi term life biasanya flat selama masa kontrak, meski ada juga yang tidak. Ketika masa kontrak berakhir dan nasabah melakukan perpanjangan, maka preminya akan naik beberapa kali lipat tergantung usia pada saat itu. Mintalah ilustrasi berapa premi yang harus dibayarkan pada periode kontrak yang kedua itu. Preminya pasti naik beberapa kali lipat. Jadi anda bisa bersiap-siap dari awal sejumlah uang untuk bayar premi perpanjangan.
Jika anda merasa keberatan dengan kenaikan premi itu, carilah asuransi jiwa yang preminya flat sampai kapan pun. Klik di sini.
6.Pastikan ada klausul garansi perpanjangan (renewal guarantee).
Asuransi term life berlaku sesuai masa kontrak, misalnya 5 tahun, 10 tahun, atau 20 tahun. Setelah kontrak berakhir dan nasabah masih hidup, maka proteksi pun berakhir. Supaya proteksi berlanjut, nasabah harus melakukan perpanjangan. Ada produk term life yang perpanjangannya otomatis, ada yang harus melalui cek kesehatan lagi. Pastikan term life yang anda ambil bisa diperpanjang secara otomatis tanpa harus cek kesehatan.
7.Pastikan produk term life tersebut sudah sesuai syariah
Bagi anda yang peduli dengan nilai-nilai kesyariahan suatu produk ekonomi demi meraih kenyamanan dan keberkahan dunia akhirat, ini poin yang penting, bahkan bisa jadi yang terpenting. Harga nomor dua, jika menyangkut masalah keyakinan.
8.Cari perbandingan dengan beberapa perusahaan lain
Sebelum memutuskan, ada baiknya mencari perbandingan dengan beberapa perusahaan asuransi yang lain. Anda bisa menghubungi agennya atau kantor pusatnya langsung. Nomor kontaknya bisa dicari di website. Banyak agen asuransi memiliki web atau blog pribadi, dan anda pun bisa meminta ilustrasi dari mereka.
Namun proses pencarian ini perlu dibatasi waktu. Pertama, waktu sangat berharga. Kedua, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari.
Demikian. []
Salam,
Asep Sopyan
myallisya@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H