Mohon tunggu...
Asep Sopyan
Asep Sopyan Mohon Tunggu... -

Bekerja sebagai agen asuransi penuh waktu. Suka menulis apa saja dan mencipta lagu. Email: bermenschool@yahoo.com. Tulisan-tulisan dapat dilihat di blog http://bermenschool.wordpress.com dan http://myallisya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Daun Katuk, ASI, dan Komitmen Menyusui Hingga 2 Tahun

29 Februari 2012   01:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebulan terakhir ini, setiap hari aku menemani Desi makan dengan sayur daun katuk. Kadang bersama labu, oyong, bayam, wortel, atau sayuran lainnya yang cukup dimasak bening. Kami telah berkomitmen untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan bagi Cahaya Senja, dilanjutkan sampai 2 tahun sesuai perintah al-Quran dan saran ilmu kesehatan. Alhamdulillah, sejak melazimkan sayur daun katuk, produksi ASI istriku bagus sekali.

Setiap pagi kami menitipkan Cahaya Senja kepada seorang ibu tetangga kontrakan. Desi berangkat pukul setengah tujuh, mengajar di SD Raudhah BSD. Di sekolah, sekitar pukul 2 siang seusai mengajar dia memerah susunya di pojok kelas. Dalam satu jam, jika tidak ada gangguan, dia bisa menghasilkan satu botol ukuran 200 ml. Itu cukup untuk kebutuhan Cahaya Senja selama seharian dititipkan. Pukul 3 sore, aku menjemputnya pulang dari sekolah.

Memerah ASI sudah menjadi keniscayaan bagi Bunda Cahaya di sela-sela waktu luangnya, kapan pun itu. Di sekolah, di rumah, siang maupun malam. Dan seolah sudah menjadi kodrat alam, payudara istriku akan terasa menggumpal dan sakit jika setengah hari saja ASI di dalamnya tidak diperas keluar.

Kami menyimpan berbotol-botol ASI di dalam kulkas. Kata Indri istrinya Saidiman, ASI yang disimpan di ruang pembeku kulkas 1 pintu bisa tahan sampai sebulan. Jika disimpan di ruang pendingin saja, 3 hari masih bisa digunakan.

Kami memerah ASI secara manual. Aku pernah membelikan dia sebuah alat pompa ASI, dan seorang tetangga pun memberikan alat pompa bekas dia pakai, tapi efektivitasnya tidak maksimal. Entah kalau harga alatnya yang lebih mahal. Tapi kesuksesan menggunakan tangan sendiri membuat kami jadi ragu ada alat pompa, walaupun canggih dan mahal, yang bisa lebih unggul dari jari-jemari tangan.

Untuk melancarkan dan meningkatkan kualitas ASI, selain daun katuk dan sayuran, Desi juga minum jamu dari si ayu yang tiap pagi dan sore lewat depan rumah, kadang-kadang susu kedelai, dan tentu saja susu formula untuk ibu menyusui. Mereknya Lactamil, sejak kehamilan selalu Lactamil karena terasa cocok. Kebetulan harganya juga lebih murah dibanding merek lain. Desi pernah mencoba merek susu yang harganya lebih mahal, tapi rasanya amis dan bikin mual. (Sengaja kusebut merek tertentu, setidaknya sebagai ungkapan terima kasih karena telah membantu kami melewati masa kehamilan dan menjalani masa menyusui).

Sejak awal Desi tidak pernah mengalami masalah berarti dengan produksi ASI-nya. Alhamdulillah. Meski awalnya sempat ragu, kini kami yakin bisa memberikan untuk Cahaya Senja ASI eksklusif selama enam bulan, lanjut hingga 2 tahun, sebisa mungkin tanpa dicampur susu non-ASI. Insya Allah. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun