Menurut Elizabeth, B. Hurlock dalam (Nisa' & Qur'ani, 2020) diartikan sebagai bentuk dan mengandung arti penting menganut persamaan dengan dengan mengolah kata. Moralitas sendiri merupakan bentuk acuan dari beberapa sumber yang mengakibatkan sebuah makna. Oleh karena itu dalam pembahasan terkait beberapa makna yang hilang atau mencipatakan sesuatu yang dianggap tidak ada dan ada unsur satu makna yang tidak bisa dijelaskan (Al-Fayyadl, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian, yang diperoleh data terkait bentuk moralitas pada seni pertunjukan Wayang Kulit dengan lakon "Semar Mbangun Khayangan", antara lain: (1) Dekonstruksi moral dilihat dari hubungan manusia dengan Tuhan (2) Tidak mensyukuri nikmat Tuhan, (3) moral dilihat dari hubungan manusia (4) Tidak sopan terhadap orang lain, (5) Dekonstruksi moral dilihat dari hubungan manusia dengan dirinya sendiri (6) Kesombongan.
A. Moral dari Hubungan  Manusia dengan Tuhan
Hubungan moral tersebut sebagai bentuk rasa syukur serta nikmat yang telah diberikan pada perspektif yang memberikan ujaran pembentukan fakta yang mendukung. Menurut Derrida dalam (Al-Fayyadl, 2020) menjelaskan bahwa moral yang terjadi sebagai pencipta karangan yang sudah membentuk akal pikiran dengan makna yang dapat diartikan sebagai nilai kehidupan bermasyarakat. Hal yang telah merujuk terdapat ada kutipan dibawah ini.
"E lhaeee lhaeee, heee begegeg ugeg ugeg sakdulita hemel hemel ngger, ndadosaken marem ing manah kula sampeyan samya rawuh eeeee mangga! Sakentenipun mboten ketang kula aturi lenggah wonten ing papan ingkang namung sakeneten nggeh ngger, ngiras pantes kangge nuntasaken warih napas ingkang rebut boja."
Â
Dari data diatas, tokoh Semar dalam mencerminkan kedalam sifatnya yang sangat sederhana dan lemah lembut. Dalam naskah drama tersebut terlihat cukup pintar dalam mengolah makna serta mensyukuri atas apa yang telah terjadi pada permainan taktiknya. Sidikit menampilkan ego personalitas diri dalam menyampaikan pendapatnya. Hal tersebut dalam menjalani sebuah percakapan yang begitu keras, namun terbentuk moralitas yang penting dalam menjalankan sebuah pendirian yang begitu teguh.
B. Â Tidak Mensyukuri Nikmat Tuhan
Keadaan yang terkadang tak menentu membuat kita lupa untuk bersyukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan. Pada hakikatnya, bersyukur kepada Allah SWT, selalu didasarkan atas pada pengakuan diri bahwa segala kenikmatan yang baik pada diri kita yang membentuk ataupun semua makhluk ciptaannya. Menurut Derrida dalam (Norris, 2019) nikmat yang didapat pada sebuah makna yang hilang, terdapat sejumlah arti penting yang secara tidak sadar dapat menimbulkan banyak perkataan yang sulit dimengerti.
Umumnya yang telah dikembangkan oleh beberapa teori yang sudah masuk data dan kemudian diolah kembali dalam bentuk penalaran. Menurut Derrida dalam (Izzah, 2020) perkembangan yang sulit dikembangkan sebagai dekonstruksi dan melepas semua yang telah dipaparkan kembali sebelumnya dan berbagi saling memanfaatkan nilai rasa syukur nikmat. Terdapat pada bukti kutipan berikut ini.
"Pandawa lima menika kagungan panembah wonten ngarsanipun Gusti ingkang kawuasa jagad, ingkang nyipta dhateng sagunging umat wonten ing mercapada."