Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Interaksi Parametrik : Memodelkan Ketahanan Lima Variabel dalam Konteks Teori Cliodynamics dan QS. 56:58-73

22 Desember 2024   23:17 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:00 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model-model seperti model logistik pertumbuhan populasi dan model predasi-pangan memberikan gambaran tentang interaksi antara kapasitas daya dukung lingkungan dengan pertumbuhan populasi. Dalam hal ini, kelangkaan sumber daya alam---terutama pangan dan air---dapat menciptakan ketegangan sosial yang memicu keruntuhan peradaban (Meadows et al., 1972). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa krisis ekologis, termasuk bencana alam dan perubahan iklim, dapat memperburuk ketegangan sosial dan mempercepat proses keruntuhan (Homer-Dixon, 1999).

3. Teori Peradaban dalam Perspektif Islam: Tafsiran Al-Qur'an

Dalam konteks Islam, pandangan tentang peradaban mencakup dimensi yang jauh lebih luas dibandingkan sekadar aspek sosial, ekonomi, atau material. Peradaban dalam pandangan Islam adalah sebuah entitas yang melibatkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam semesta. Konsep ini tidak hanya berfokus pada pembangunan materiil dan kemajuan sosial, tetapi juga mencakup aspek spiritual dan moral yang mengatur interaksi antara manusia dan alam semesta. Dalam perspektif ini, peradaban dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi. Oleh karena itu, peradaban yang lestari memerlukan keseimbangan antara ketiga dimensi tersebut: sosial, material, dan spiritual.

Salah satu sumber utama yang menawarkan pandangan holistik tentang peradaban adalah Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an, manusia diberikan panduan yang jelas tentang bagaimana mereka seharusnya mengelola sumber daya alam, menjaga keseimbangan ekologis, dan memperkuat ketahanan sosial sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap bumi yang diberikan oleh Tuhan. Surah Al-Waqi'ah (58-75) menjadi salah satu bagian penting yang menggambarkan dimensi-dimensi tersebut, dengan menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia. Ayat-ayat ini memberikan gambaran mengenai ketergantungan peradaban pada elemen-elemen fundamental seperti pangan, air, energi, dan ekologi, yang semuanya saling terkait satu sama lain dalam suatu ekosistem yang lebih besar.

Ayat 58-62 dari Surah Al-Waqi'ah membicarakan tentang parameter demografi, dengan penekanan pada kematian sebagai koefisien negatif yang mengurangi jumlah populasi manusia. Kematian, baik itu akibat bencana alam atau sebab-sebab lain, secara langsung memengaruhi ketahanan peradaban karena berdampak pada jumlah sumber daya manusia yang tersedia untuk menjalankan fungsi sosial dan ekonomi. Dalam konteks ini, kematian menjadi pengingat bagi umat manusia tentang keterbatasan mereka dan perlunya pengelolaan yang bijaksana terhadap populasi dan sumber daya alam. Dengan demikian, demografi menjadi salah satu parameter utama yang menghubungkan keberlanjutan peradaban dengan ketahanan sosial dan ekologi.

Ayat 63-67 mengarah pada parameter pangan, yang diwakili oleh gambaran tentang gagal panen dan bencana alam sebagai koefisien negatif yang mengancam ketahanan pangan peradaban. Surah ini menekankan betapa pentingnya pengelolaan pertanian dan keberlanjutan sumber daya alam dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi umat manusia. Kegagalan panen dan perubahan iklim, yang dapat menyebabkan kekurangan pangan, tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga dapat memicu ketegangan sosial yang mengarah pada keruntuhan peradaban. Dalam hal ini, pengelolaan sumber daya alam dan pertanian harus dilakukan dengan prinsip keberlanjutan yang menghormati hak-hak semua makhluk hidup, sebagaimana diajarkan dalam Islam.

Ayat 68-70 melanjutkan tema ini dengan membahas parameter air, dengan fokus pada kelangkaan air bersih sebagai salah satu koefisien negatif. Air adalah elemen vital bagi kehidupan, dan kelangkaannya dapat menyebabkan krisis kemanusiaan yang meluas, memperburuk ketegangan sosial, dan mempercepat keruntuhan peradaban. Al-Qur'an memperingatkan umat manusia tentang pentingnya menjaga dan mengelola sumber daya air secara bijaksana. Kelangkaan air bersih bukan hanya masalah teknis atau ekonomi, tetapi juga sebuah masalah moral dan spiritual, yang mengingatkan manusia untuk menjaga amanah yang telah diberikan oleh Tuhan dengan cara yang adil dan bertanggung jawab.

Ayat 71-73 selanjutnya mengarah pada parameter energi dan ekologi, dengan menggambarkan ketergantungan umat manusia pada berbagai elemen alam, seperti api, yang merupakan simbol dari energi yang menggerakkan peradaban. Dalam konteks ini, energi tidak hanya dilihat sebagai sumber daya material yang digunakan untuk pembangunan, tetapi juga sebagai bagian dari keseimbangan alam yang lebih besar. Ketergantungan yang berlebihan pada energi yang tidak terbarukan atau merusak ekosistem dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada lingkungan dan, pada akhirnya, mempercepat keruntuhan peradaban. Oleh karena itu, peradaban yang berkelanjutan harus mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ekologis dalam pengelolaan energi dan sumber daya alam lainnya.

Tafsiran dari para ulama seperti Sayyid Qutb dalam Fi Zilal al-Qur'an dan al-Razi memberikan wawasan mendalam mengenai makna simbolis dan nyata dari elemen-elemen ini dalam konteks ketahanan sosial dan ekologis. Qutb (1967) menggarisbawahi bahwa keseimbangan ekologis bukan hanya sebuah kebutuhan material, tetapi juga merupakan bagian dari tanggung jawab spiritual manusia terhadap Tuhan. Pemeliharaan keseimbangan alam dan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana bukan hanya akan memastikan kelangsungan hidup umat manusia, tetapi juga akan memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antar sesama. Perspektif ini memperkuat ide bahwa peradaban yang lestari tidak hanya bergantung pada kemajuan material, tetapi juga pada kesadaran moral dan spiritual yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam.

Dengan demikian, Surah Al-Waqi'ah (58-73) bukan hanya berbicara tentang kondisi fisik peradaban, tetapi juga tentang parameter-parameter kritis yang menentukan kelangsungan hidup umat manusia: demografi, pangan, air, energi, dan ekologi. Semua elemen ini saling berkaitan dan membentuk sebuah sistem yang kompleks, yang membutuhkan pengelolaan yang bijaksana dan harmonis antara manusia dan alam untuk memastikan keberlanjutan peradaban itu sendiri.

4. Penerapan Model Matematika dalam Menganalisis Peradaban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun