luka dengan bangga. Mereka tertawa bahkan untuk luka yang paling dalam sekalipun. Bukan luka yang membuat kita tak berdaya, tutur mereka, melainkan saat kita tak ada nyali di dada.
Para Ksatria membicarakan bekas-bekasPara pengecut sibuk menyembunyikan luka-luka, seolah-olah luka adalah aib dan nestapa. Luka tersingkap, terasa mencoreng muka, harga diri merana.
Orang-orang cengeng, hanya karena tergores, meraung-raung histeris. Tak ada luka, tapi tenggelam dalam tangis. Â Padahal rasa sakit cukup ditawar dengan meringis.
Para pecundang selalu takut terluka. Terbirit-birit lari, bahkan ketika luka cuma permainan imajinasi.
Ini luka-lukaku sebagai laki-laki.
Mana luka-lukamu jika kamu memang lelaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H