Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka

5 Oktober 2024   08:33 Diperbarui: 5 Oktober 2024   19:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Ksatria membicarakan bekas-bekas luka dengan bangga. Mereka tertawa bahkan untuk luka yang paling dalam sekalipun. Bukan luka yang membuat kita tak berdaya, tutur mereka, melainkan saat kita tak ada nyali di dada.

Para pengecut sibuk menyembunyikan luka-luka, seolah-olah luka adalah aib dan nestapa. Luka tersingkap, terasa mencoreng muka, harga diri merana.

Orang-orang cengeng, hanya karena tergores, meraung-raung histeris. Tak ada luka, tapi tenggelam dalam tangis.  Padahal rasa sakit cukup ditawar dengan meringis.

Para pecundang selalu takut terluka. Terbirit-birit lari, bahkan ketika luka cuma permainan imajinasi.

Ini luka-lukaku sebagai laki-laki.
Mana luka-lukamu jika kamu memang lelaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun