Sebulan lalu Putin menyampaikan rencananya untuk memperbarui doktrin senjata nuklir milik negaranya. Menindaklanjuti hal itu, Senin 24 Juni 2024 Dmitry Peskov, jubir Kremlin mengatakan, "Presiden Putin telah mengatakan bahwa upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan doktrin tersebut dengan kenyataan saat ini."
Dengan perubahan itu berarti Moscow dapat mengurangi waktu pengambilan keputusan yang ditetapkan dalam kebijakan resmi penggunaan senjata nuklir jika mereka yakin bahwa ancaman semakin meningkat.
Wajar Rusia merasa ancaman terhadap mereka meningkat, terutama terkait dengan perang dengan Ukraina, dilanjutkannya bantuan finansial Barat untuk Ukraina, sanksi ekonomi Barat, dan pembekuan asset Rusia di luar negeri.
Putin sudah berulang kali dan banyak kesempatan menyinggung tentang terbukanya opsi bagi Rusia untuk menggunakan senjata nuklir. Pengulangan yang sering ini sudah tidak bisa dianggap remeh dan gertakan saja. Semakin dianggap remeh, maka keniscayaan penggunanya semakin dekat dan semakin nyata.Â
Sementara Barat, dalam hal ini khususnya USA, merasa terancam bukan saja karena perang Ukraina yang berlarut telah membebani anggaran negara dan perekonomian nasional, tapi juga oleh sanksi ekonomi terhadap Rusia tidak terlalu efektif, perang dagang dengan RRC tidak memberikan kemajuan yang memuaskan, aliansi Rusia-RRC-Korut-Iran, dan gerakan dedolarisasi yang semakin masif.
Tampak sekali USA semakin terpojok dan semakin kehilangan opsi efektif untuk mengatasi masalah-masalah ini. Kesabaran USA sudah semakin tipis.Â
Ketegangan ini membuat urat syaraf para pemimpin setiap negara terkait sangat tegang, sehingga ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk melepaskannya segera, dengan cepat, dan sementara. Semua itu membutuhkan tindakan dan solusi yang sangat efektif. Senjata nuklir yang selama ini cuma sebagai pajangan menemukan momentum urgensinya saat ini. Senjata nuklir terlihat sangat seksi untuk mengakhiri ketegangan dengan cepat.
Pada akhirnya akan ada dan akan ditemukan alibi, tekanan, dan kepentingan nyata untuk menggunakan senjata nuklir.
Senjata nuklir kehilangan efektivitasnya sebagai alat untuk menggertak dan menakut-nakuti, karena semua pihak tau itu cuma gertakan saja. Ketika gertakan sudah tidak mempan lagi, bahkan dianggap lelucon, muncul godaan untuk menggunakannya secara efektif.
Awalnya mungkin sekedar untuk membuktikan "kami tidak main-main", atau "kami tidak bisa diremehkan", atau "kami tidak terima dianggap sebagai macan ompong hipokrit".
Satu serangan nuklir akan dibalas dengan serangan serupa. Ketika satu negara diserang, maka aliansinya akan ikut membantu menyerang dengan senjata nuklir pula.