Ethics dan Free WillÂ
Ethics yang basisnya free will berasumsi manusia memiliki individual moral yang luas. Dalam pemahaman yang ekstrim berarti individual moral yang tidak harus tunduk kepada konsensus moral, otoritas moral, maupun hegemoni moral sepanjang tidak mengganggu well being siapapun.
Free will yang sebenarnya free will tidak ada. Seorang individu secara internal individual terikat dengan masa lalunya, kemampuan mentalnya, dan dorongan psikologisnya. Sedangkan secara eksternal individual terikat oleh tubuhnya dan kebutuhan jasmaninya. Pada sisi internal kolektif terikat pada budaya, sedangkan secara eksternal kolektif terikat pada struktur sosial, organisasi, dan negara.
Individual moral yang didasarkan kepada free will akhirnya menjadi utopia. Di samping karena free will itu tidak ada, juga karena individual moral tunduk kepada lapisan moral di atasnya.
Konsep kebutuhan dalam applied ethics oleh orang-orang ini sering ditafsirkan sebagai kepentingan, terutama kepentingan dalam skala pribadi. Begitu juga konsep well being ditafsirkan sebagai well being pribadi dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H