Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Applied Ethic : Menggugat Praktek Moral Kita

27 April 2024   21:13 Diperbarui: 3 Mei 2024   11:48 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika fungsionalitas organ, intelektualitas, dan kesadaran berkembang secara revolusioner eksponensial, maka moral pun berkembang dengan cara yang sama. Sehingga moral homo sapiens tidak bisa dihubungkan dengan moral spesies manapun. Terlebih kita harus mampu menjawab sejak kapan individual moral muncul dan siapa individu pertama yang menyadari dan merumuskan individual moral tersebut.

Dari sini kita akan membangun narasi moral kita.

Pengajaran Tuhan

Allah tau betul bahwa untuk menghasilkan output tinggi berupa fungsionalitas organ, intelegensi, dan kesadaran yang menjadi fokus penting adalah ekspresi gen pada level genom, struktur neuron pada level neuroscience, dan fleksibilitas otot serta tulang. Sehingga kita dapati dari sisi genom dan lokus otak yang berperan, kita hampir mirip dengan neanderthal, simpanse, bonobo, tikus, babi, dan anjing. Ukuran otak manusia pun tidak perlu sebesar sepupu evolusinya yaitu homo neanderthal. Dari level morfologi dan anatomi, manusia lebih mirip dengan gorilla dan orang utan. Perbedaan-perbedaan kecil ini yang justru menghasilkan output fungsionalitas organ dan produk-produk peradaban yang tinggi, menjadi bukti eksistensi manusia bukan dihasilkan dari proses evolusi. Belum lagi prosesnya yang sangat singkat yang merupakan lompatan waktu yang sangat singkat dan cepat jika dibandingkan dengan waktu evolusi. Walaupun begitu, Allah tetap merasa perlu memperhalus banyak detail fisik tubuh manusia sehingga terlihat jauh lebih indah dari pada saudara homo dan saudara primatanya. Allah proklamirkan ini dalam *QS. 95:4* yaitu Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Setelah semua perangkat genetik, neuroscience, dan organ matang dan siap, barulah Allah memulai pengajaran kepada manusia.

Bentuk pengajaran Allah seperti dalam QS. 2:31 kepada Adam, untuk pandai bicara QS. 55:4, dan untuk pandai membaca QS. Al 96:4-5, meninggalkan jejak berupa kemiripan yang universal di antara bahasa-bahasa di dunia dalam struktur dan konsep  sintaksis, semantik, fonologi, morfologi, pragmatik, sosio-linguistik, leksikal, wacana, antropologi linguistik, dan psiko linguistik. Evolusi bahasa memungkinkan kita menemukan jejak semua ini.

Semua kemampuan berbahasa lisan dan tulisan ini untuk apa Allah ajarkan kepada manusia? Rupanya Allah ingin mengajarkan konsepsi moral kepada manusia.

Bentuk konsepsi moral seperti misalnya dalam *QS. 21:90* berbekas dan tercetak dalam konsep keadilan, konsep sosial, konsep budaya, konsep kosmologi, dan konsep spritual yang semua ini bisa dengan mudah dijelaskan dengan konsep Arketipe Jung dan konsep AQAL Ken Wilber.

Potensi manusia untuk mengkhianati moral, bahkan sejak Adam, baik dalam level individual moral maupun level konsensus moral, otoritas moral dan hagemoni moral jelas menuntut ditegakkannya suatu konsekuensi moral. Berkaitan dengan itu Al Qur'an menjelaskannya dalam QS. 95:5-6 dan QS. 99:7-8

Manusia tidak bisa terlalu diandalkan untuk menegakkan konsekuensi moral secara adil dan beradab, sehingga hanya Allah saja yang berhak untuk itu. QS. 95:8 menegaskan hal ini.

Lelah

Sejumlah orang sudah lelah dengan banyak sekali sumber moral yang bukan saja saling bertentangan, tapi juga saling bersaing memperebutkan pengaruh dan jumlah pengikut.

Mereka butuh panduan moral yang instan, ajeg, dan aplikatif, yang bisa dipakai untuk bersikap, berbuat dan mengambil keputusan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun