Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Essay Menuju Dialektika Energi: Accelerating Universe Menantang Konsep Fisika Baku

9 Juli 2023   02:08 Diperbarui: 10 April 2024   15:53 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Essay Menuju Dialektika Energi : Menggali Konsekuensi Percepatan Semesta Terhadap Thermodinamika, Relativitas Khusus, dan Model Standar Kosmologi 

Abstract

Tulisan ini menggali variabel-variabel fundamental di semesta seperti materi, energi, waktu, ruang, gaya, dan informasi, serta menyelidiki bagaimana keterkaitan variabel-variabel ini dalam konteks percepatan semesta. Implikasi dari percepatan semesta menantang prinsip-prinsip yang sudah baku di dalam fisika seperti thermodinamika, relativitas  umum, inflasi kosmik, medan vakum, dan informasi. Di sini diuraikan konsep tentang dark matter, dark energy, relativitas umum, transformasi energi, dan informasi sebagai fondasi memahami konsekuensi percepatan semesta terhadap pemahaman fisika yang baku. Terakhir, di sini dicoba dijawab pertanyaan tentang di antara variabel-variabel ini mana yang lebih dulu ada, materi, gaya, waktu, ruang, energi, ataukah informasi? Lalu mana dari semua variabel itu yang lenyap duluan?

Segera setelah ini, setelah banyak konsep baku dalam fisika menjadi tidak relevan dalam konteks percepatan semesta, orang-orang akan berkata bahwa percepatan semesta baik expanding universe maupun accelerating universe adalah ilusi belaka. Kita boleh ngakak untuk itu.

Pendahuluan

Accelarating universe terdeteksi pada tahun 1998 oleh dua tim proyek independen yaitu Supernova Cosmology Project dan High-Z Supernova Search Team. Penemuan ini sangat mengejutkan semua orang. Orang-orang sebelum penemuan ini berasumsi bahwa, walaupun semesta memang mengembang, tetapi gaya gravitasi dan tambahan tarikan dark matter akan membuat kecepatannya terus menciut. Berdasarkan pemahaman ini skenario semesta akan berakhir dengan Big Crunch.

Jika saja Einstein masih hidup pada tahun 1998 itu, dia akan terkejut untuk kedua kalinya. Pertama, saat adanya penemuan expanding universe oleh Edwin Hubble pada tahun 1929. Temuan ini menyebabkan Einstein membuang konstanta kosmologis dari persamaan relativitas umum. Kedua, ya saat penemuan accelerating universe ini. Pada kali kedua ini, Einstein boleh tersenyum, karena konstanta kosmologis kembali digunakan. Yang berubah cuma operasi matematikanya saja, dari negatif ke positif.

Dengan accelerating universe, semesta bukan sekedar membesar dan meluas tapi membesar dengan kecepatan yang terus meningkat seiring waktu. Semesta menurut skenario ini akan berakhir dengan Big Rip.

Apa yang menyebabkan semesta mengembang seperti itu? Sebenarnya tidak diketahui pasti apa yang menyebabkan fenomena ini, tapi para ahli memajukan satu energi hipotesis yang dinamakan dark energy. Apa hakekat dark energy? Sampai saat ini belum ada jawaban pasti.

Kita perlu mencari jawaban atas pertanyaan tentang benarkah dark energy mempunyai kerapatan energi yang tetap? Benarkah dark energy berasal dari vacuum field? Benarkah semesta berbasis dark energy bersifat adiabatik? Benarkah inflasi kosmik yang mengarah kepada Big Bang terjadi begitu saja tanpa trigger? Apakah trigger itu ada kaitannya dengan dark energy? Apakah dark energy ada sebelum ataukah sesudah Big Bang? Apakah energi yang terikat dalam jalinan ruang dalam inflasi kosmik adalah dark energy? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus terlebih dahulu menengok sejenak kepada konsep tentang thermodinamika, transfer energi, dan kosmologi.

Dark Matter

Dark matter lebih dahulu dimaklumi daripada dark energy. Fenomena dark matter sudah diidentifikasi sajak tahun 1960-an. Pada awalnya dark matter dianggap sebagai kesalahan dalam teori-teori gravitasi, baik Newton maupun Einstein, sehingga muncul persamaan gravitasi baru sebagai koreksi terhadapnya, salah satunya adalah MOND.

Tapi kemudian asumsi itu berubah, diyakini bahwa dark matter adalah betul-betul materi. Ada beberapa kandidat materi yang diusulkan untuk itu. Misalnya Baryon, WIMPS, dan MACHOs. Tapi belum ada satupun yang dapat memberikan bukti dan penjelasan yang memuaskan tentang dark matter.

Lalu bagaimana pengaruh dark matter ini terhadap pemahaman kita tentang energi, gaya, materi, ruang, waktu, dan informasi? Apakah pengaruhnya sama dengan dark energy? Bagaimana pula pengaruh accelerating universe terhadap dark matter?

Dark Energy

Dark energy adalah bentuk energi hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan accelerating universe. Sebagai sebuah bentuk energi hipotesis tidak banyak yang kita ketahui sampai detik ini. Yang pasti, besaran dark energy tentu saja sangat besar, bukan saja karena mampu merenggangkan semesta yang sangat besar yaitu berdiameter 93 milyar tahun, tapi juga mampu membawa serta materi di dalamnya dan mengalahkan tarikan gaya gravitasi dan dark matter yang bekerja berlawanan arah dengan dark energy ini. Jika dark energy merupakan energy positif, maka dark matter adalah energi negatif.

Lalu dari mana energi sebesar itu berasal? Bagaimana ini memengaruhi pemahaman kita terhadap kosmologi dan thermodinamika secara umum?

Relativitas Umum

Dark Energy dalam persamaan relativitas umum dilambangkan dengan lambda. Dengan kata lain, dark energy adalah bentuk fisik dari lambda dalam sisi kiri persamaan relativitas umum yang merupakan elemen penambah dari kelengkungan space-time.

Sementara itu, bentuk fisik dari energi tambahan pada stress-energy tensor di sisi kanan persamaan relativitas umum adalah dark matter. Jadi dark energy dan dark matter adalah variabel tambahan dalam relativitas umum.

Sebenarnya dark matter tidak terungkap dalam rumus relativitas umum Einstein, tapi karena sifatnya bertolak belakang dengan dark energy yang dilambangkan dengan lambda, maka di sini kita katakan bahwa dark matter adalah bentuk fisik dari tambahan stress energi tensor di sisi kanan persamaan relativitas umum.

Jika dalam persamaan relativitas umum bentuk fisik dari tambahan energi di sisi kiri dan kanan sudah diketahui, lantas apa bentuk fisik dari kain space-time? Jika efek dari kelengkungan kain space-time seperti gravitational lensing, gravitational wave, black hole, dan time dilation adalah real, maka bukankah seharusnya juga kain space-time juga real? Dengan demikian, kain space-time harus keluar dari bentuknya sebagai alat bantu matematis semata kepada bentuk fisik yang real.

Jika kain space-time adalah real, bentuknya apa? Apakah itu ether? Gas? Field? Gaya? Materi misterius? 

Lebih lanjut, bagaimana pengaruh accelerating universe terhadap pemahaman kita terhadap relativitas umum ini?

Energi, Usaha, Gaya, dan Kalor

Energi adalah kemampuan melakukan usaha. Energi tampak secara fisik melalui perubahan bentuk dan perubahan posisi. Berbeda dengan itu, tapi sering dianggap sama dan saling dipertukarkan, padahal sebenarnya merupakan dua konsep yang berbeda adalah gaya.

Gaya mengacu kepada kekuatan yang mengatur interaksi partikel atau materi. Sebuah gaya memang melibatlkan dan menghasilkan energi.

Usaha adalah bentuk transfer energi yang biasanya tampak pada perubahan posisi. Kalor, yang biasa juga disebut panas atau suhu pun adalah bentuk lain dari tranfer energi. Pada banyak kasus panas adalah bentuk tranfer energi yang tidak digunakan sebagai usaha.

Suatu energi bisa saja bekerja pada suhu tinggi ataupun pada suhu rendah. Besaran energi diketahui bukan saja oleh perubahan posisi, tapi juga oleh perubahan suhu.

Bagaimana accelerating universe memengaruhi pemahaman kita terhadap empat variabel ini?

Energi Potensial dan Energi Kinetik

Energi potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu sistem. Per, karet gelang, pegas, benda di ketinggian, dua pelat konduktor, molekul kimia dan radioaktif adalah contoh dari bentuk energi potensial. Sedangkan energi kinetik adalah energi gerak. Setiap gerak merupakan bentuk energi kinetik. Energi potensial bisa berubah menjadi energi kinetik.

Apakah perubahan dari energi potensial menjadi energi kinetik bisa terjadi secara spontan dan tanpa memerlukan pemicu dari lingkungan?

Vacuum Field dan Casimir Effect

Jika sebuah sistem tertutup kita keluarkan semua materi yang ada dari dalamnya, bahkan dikeluarkan gas sekalipun darinya, sehingga menjadi kosong, mekanika kuantum mempercayai bahwa sistem itu tidak benar-benar kosong. Masih ada yang tersisa yaitu fluktuasi kuantum yang dihasilkan dari vacuum field.

Ide tentang vacuum field merupakan konsekuensi dari persamaan Heisenberg yang menyatakan bahwa energi sistem kuantum merupakan konstanta reduced planck dibagi dua. Bilangan berapa pun jika dibagi dua tidak akan mencapai angka nol mutlak. 

Vacuum field adalah bentuk energi potensial. Energi dalam vacuum field dihasilkan dari fluktuasi kuantum sebagai akibat tumbukan antar partikel imajiner.

Dimodelkan vacuum field menghasilkan lonjakan energi yang kemudian ditransfer kepada field di atasnya. 

Jika sistem tertutup dan bersifat adiabatik yang di dalamnya kita duga terdapat energi vacuum field dibiarkan sekian lama, apakah seiring waktu suhunya juga mengalami perubahan? Apakah tekanannya juga berubah? Apakah juga dimungkinkan adanya perubahan massa? Apakah untuk mencapai perubahan dalam suhu, massa, dan tekanan tersebut, vacuum field membutuhkan pemicu dari luar, yang berarti sifat adiabatiknya dilanggar?

Casimir effect adalah bentuk lain dari energi potensial vacuum field. Energi ini dihasilkan dari dua pelat konduktor yang diletakkan berdekatan. Casimir effect memanfaatkan fluktuasi kuantum yang terdapat di dalam sistem.

Bagaimana memanen atau memanfaatkan Casimir effect? Apakah Casimir effect bisa ditranfer menjadi sejumlah besar energi kinetik? Apakah Casimir effect hanya sekedar gaya yang menghasilkan tekanan atau tegangan? 

Transformasi Energi

Sebuah per akan berubah menjadi energi kinetik jika kita menekan per ke bawah, kemudian melepaskannya. Sebuah pegas, busur, atau anak panah hanya akan menghasilkan gerak ketika kita merenggangkannya, kemudian melepaskannya. Sebuah benda tetap tergantung di seutas tali atau sebuah batu tetap di posisinya di puncak bukit, dan hanya akan berubah menjadi energi kinetik jika kita menggunting talinya, ataupun mendorong batu itu jatuh menuruni lembah. Bahkan ketika batu itu dalam keadaan metastabil ataupun tali itu dalam keadaan rapuh, masih butuh trigger dari luar untuk mempercepat proses peralihannya menjadi energi kinetik.

Semakin besar energi kinetik yang diharapkan dihasilkan dari energi potensial, semakin besar pula trigger yang dibutuhkan dari lingkungan.

Kita ambil analogi untuk menjelaskan pernyataan tersebut di atas, ketika kira berharap menambah kecepatan mobil, maka pedal gas kita injak lebih dalam. Dengan begitu konsumsi energi bensin bertambah. Begitu juga saat kita ingin memperlambat laju mobil, maka pedal rem kita injak lebih dalam, yang dengan begitu konsumsi energi bensin menurun. Bensin merupakan energi potensial, sedangkan laju mobil adalah energi kinetik, dengan pedal gas dan pedal rem sebagai trigger. 

Laju mobil ini juga berpengaruh kepada tekanan mobil terhadap udara di lingkungan.

Transformasi energi dari satu bentuk energi kepada bentuk energi lain bukan merupakan proses dan mekanisme yang terjadi secara spontan, mandiri, dan dengan sendirinya. Proses ini membutuhkan suatu trigger yang biasanya berbentuk gaya eksternal, ataupun mesin biologi, mekanisme kimia, dan mesin mekanik.

Energi dalam bensin tetap dalam keadaannya sebagai energi potensial jika tidak dilakukan pengapian padanya. Batu besar di puncak bukit dan beban berat yang tergantung pada seutas tali akan tetap dalam keadaannya menyimpan energi potensial gravitasi jika tidak ada gaya dari luar yang membuat batu itu menggelinding ataupun beban berat itu jatuh. Dua bahan kimia tetap dalam kondisinya masing-masing jika tidak ada dorongan eksternal yang membuatnya bertemu, yang kemudian terjadi reaksi di antara keduanya.

Energi potensial dari sinar matahari membutuhkan klorofil untuk diubah menjadi ATP. ATP membutuhkan mekanisme metabolisme yang bersifat biologis, kimiawi, dan mekanis untuk diubah menjadi tenaga untuk bergerak. Bensin membutuhkan mesin untuk menjalankan mobil. Turbin dibutuhkan untuk mengubah energi potensial air menjadi energi listrik.

Pemahaman tentang mekanisme transfer dan transformasi energi ini penting untuk memahami hampir semua mekanisme yang terjadi di alam ini.

Konservasi Energi Tidak Berlaku Pada Semesta

Hukum konservasi energi mengatakan bahwa jumlah total energi adalah tetap, energi tidak dapat diciptakan, tidak dapat dimusnahkan, dan hanya bertransformasi dari satu bentuk energi menjadi bentuk lainnya. Dalam hukum konservasi energi, total energi adalah penjumlahan dari perubahan energi potensial dengan energi kinetik.

Tapi dalam the expanding universe, bahkan dalam the accelerating universe, ceritanya jadi berbeda. Dalam accelerating universe volume semesta bertambah secara eksponensial.

Jikapun semesta mengembang dengan kecepatan tetap sebagai konsekuensi dari kerapatan energi yang tetap, maka pertambahan volume semesta tetap akan menyebabkan total energi di semesta terus bertambah. Ini artinya energi tidak bersifat lestari, melainkan bertambah.

Turunan kovarian tensor stress energi momentum pada persamaan relativitas umum menunjukkan bahwa perluasan semesta berarti juga pertambahan dalam energi semesta. Persamaan relativitas umum secara nyata menolak mentah-mentah konsep kelestarian energi.

Kerapatan Energi Semesta Meningkat

Diasumsikan dalam model standar kosmologi bahwa kerapatan energi dari dark energy adalah tetap sejak awal Big Bang. Kita menolak asumsi ini.

Dalam the accelerating universe, percepatan semesta justru menunjukkan bahwa kerapatan energi bertambah. Percepatan itu membutuhkan usaha yang lebih tinggi, kemudian usaha yang lebih tinggi membutuhkan energi yang lebih besar. Jika tambahan energi yang dihasilkan adalah tetap, maka besar usaha yang dilakukan pun tetap, sehingga kecepatan yang dihasilkan pun tetap.

Jadi dengan begitu, jika kerapatan energi tetap, yang terjadi adalah semesta mengembang dengan kecepatan tetap, bukan dengan percepatan. Ini artinya dalam accelerating universe, kerapatan energi dari dark energy adalah terus bertambah.

Analogi yang bisa kita gunakan untuk ini adalah mobil yang bergerak dengan percepatan membutuhkan tarikan gas yang lebih dalam, yang pada akhirnya membakar bensin yang lebih banyak. Ini berarti percepatan mobil membutuhkan kerapatan energi bensin yang lebih banyak pula.

Konstanta Hubble Tidak Berlaku

Implikasi paling kentara dari accelerating universe yang total energi, kerapatan energi energi, dan tekanannya meningkat secara eksponensial adalah laju perluasan semesta tidak statis, sehingga lajunya tidak bisa dipastikan secara matematika sebagai sebuah konstanta. Lebih lanjut ini berarti konstanta Hubble tidak berlaku.

Jika gaya yang bekerja pada semesta sebelumnya berbanding lurus dengan konstanta Hubble, maka dengan runtuhnya konstanta Hubble dalam accelerating universe, maka gaya itu akan berbanding lurus dengan percepatan yang bersifat dinamis eksponensial.

Besaran gaya tolak dalam accelerating yang bekerja berlawanan arah dengan gravitasi dan dark matter akan tumbuh secara eksponensial pula. Dark energy dengan demikian akan mencabik-cabik gravitasi dan dark matter sehingga galaksi terurai dan bintang-bintang juga planet-planet akan berhamburan keluar.

Dalam kondisi ini, black hole kemungkinan akan ikut membesar sampai batas tertentu sebelum akhirnya pecah.

Pandangan kami ini menantang pemahaman baku yang mengakui konstanta Hubble yang mana nilainya tetap walaupun dalam situasi accelerating universe.

Sebenarnya konstanta Hubble pun, jika benar nilainya tetap dalam kondisi accelerating universe, terdapat deviasi antara hasil perhitungan berbasis lilin standar dengan hasil perhitungan dengan metode tangga kosmik. Perbedaannya adalah nilai 67 dengan 73 dengan menghilangkan satuannya. Nilai deviasi yang masih besar dalam fisika.

Semesta Tidak Adiabatik

Diasumsikan pula dalam kosmologi modern bahwa semesta bersifat adiabatik. Dalam sistem adiabatik, sistem tidak menerima energi dari lingkungan dan tidak pula membuang energi ke lingkungan. Secara adiabatik, jumlah perubahan energi dalam setara dengan negatif usahanya.

Tapi coba pertimbangkan logika berikut ini.

Jika baik kerapatan energi maupun total energi bertambah, maka dari mana datangnya tambahan energi yang terus menerus itu?

Jika tambahan energi itu berasal dari radiasi Hawking yang berasal dari black hole, maka energi yang dihasilkannya tidak cukup besar untuk mengisi "volume" dark energy. Volume black hole beserta seluruh materi dan radiasi hanya 5 persen saja. Ini tidak sebanding dengan volume dark energy yang mencapai 70 persen. Sedangkan dark energy baik kerapatan maupun jumlah totalnya terus bertambah. Jadi menghubungkan dark energy dengan black hole tidaklah relevan walaupun terdapat fakta bahwa perluasan black hole selaras dengan perluasan semesta. Keduanya bukanlah hubungan kausalitas.

Kita pertegas lagi pertanyaan di atas, bagaimana energi total semesta terus bertambah? Tambahan energi itu berasal dari mana? Jika semesta sepenuhnya adiabatik dan kerapatan dark energy tetap, bagaimana dark memproduksi dirinya?

Jika dark energy berasal dari vacuum energy di mana semakin luas semesta kemungkinan semakin luas juga besaran vacuum field sehingga semakin luas juga besaran vacuum energy yang dihasilkan. Nyatanya besaran energi yang dihasilkan secara faktual dari vacum field masih sangat kecil kerapatan energinya jika dibandingkan dengan kerapatan energi dari dark energy.

Menghubungkan dark energy dengan vacuum energy berhadapan dengan fakta bahwa vacuum energy secara teori dalam QFT ternyata lebih besar 10 pangkat 120 dibandingkan dengan besaran vacuum energy hasil perhitungan berbasis CMB. Menghubungkan dark energy dengan vacuum energy adalah prediksi yang sangat memalukan.

Jika dark energy tidak bersumber dari dalam sistem semesta, baik dari black hole maupun dari vacuum energy, maka satu solusi yang mungkin adalah bahwa semesta tidak bersifat adiabatik. Semesta bukanlah sistem yang terisolasi.

Lagipula dalam sistem adiabatik walaupun benar ketika volume meningkat, suhunya turun, tapi pada saat volume itu meningkat, tekanan juga turun. Sedangkan dalam semesta yang terjadi adalah ketika volume semesta meningkat, maka tekanan juga meningkat. Peningkatan tekanan ini penting untuk menghasilkan usaha menggerakkan accelerating universe.

Jika masih ada keberatan yang menyatakan bahwa model-model adiabatik, isobarik, isokhorik, dan isothermik hanya berlaku pada gas dan fluida, maka kita mendapati bahwa space-time secara fisik memang mirip dengan model gas dan fluida.

Di samping itu, keberatan dengan model gas dan fluida dalam thermodimika semesta justeru semakin menegaskan bahwa semesta tidak layak disematkan sebagai bersifat adiabatik.

Ya benar, kesimpulan ini pun menghadirkan pertanyaan baru yaitu lantas dari lingkungan mana energi dark energy berasal.

Semesta Yang Aneh

Semesta terus membesar dengan kecepatan membesar yang terus bertambah, ini berarti volumenya bertambah, energi totalnya bertambah, suhunya kian rendah, dan tekanannya pun bertambah.

Ini berarti semesta bukan saja tidak bersifat adiabatik (karena sumber dark energy tidak berasal dari dalam sistem semesta), tapi juga tidak bersifat isothermik (karena suhunya terus menurun), tidak pula isokhorik (bahkan volumenya bertambah secara eksponensial), tapi bahkan malah bersifat cenderung isobarik (karena tekanan tetap penting untuk mendukung perluasan semesta). Dalam sistem isobarik memang suhu cenderung turun.

Tapi masalahnya, sistem isobarik hanya akan menghasilkan semesta yang mengembang dengan kecepatan tetap. Sedangkan semesta yang sedang kita hadapi ini adalah semesta yang tingkat kecepatan mengembangnya terus bertambah. Dalam gerak percepatan eksponensial dihasilkan tekanan yang semakin besar. Konsekuensinya, tekanan semesta terus bertambah.

Jika semesta tidak melestarikan energi, tidak bersifat adiabatik, tidak isothermik, tidak isokhorik, dan tidak pula bersifat isobarik, maka hampir seluruh hukum thermodinamika runtuh.

Entropy Semesta

Jika kita tarik ekstraploasi waktu ke belakang ke masa-masa awal semesta sampai kepada titik peristiwa Big Bang, maka entropy semesta semakin rendah.

Hal yang sama juga terjadi ketika melakukan ekstraploasi waktu ke depan ke masa, di mana Radiasi Hawking akan menguapkan seluruh materi dan black hole yang ada menjadi sepenuhnya energi, maka entropy pun akan menurun.

Jadi baik di masa lalu maupun di masa depan pun entropy terus menurun. Entah entropy dipandang sebagai besaran mikro partikel dalam makro partikel, maupun berdasarkan tingkat keacakannya, entropy tetap menurun di masa lalu, maupun di masa depan. Ini membawa implikasi lain yang aneh dan menakjubkan yaitu bahwa hukum entropy dilanggar.

Informasi Semesta

Informasi selalu terhubung dengan seluruh entitas yang ada di semesta. Informasi abadi seperti halnya energi. Informasi terus bertambah seiring dengan entropy. Semakin bertambah materi, maka informasi pun semakin bertambah. Semakin bertambah waktu, yang biasanya diiringi dengan pertambahan peristiwa dan materi, maka semakin bertambah juga informasi.
Jadi informasi memang abadi, tetapi jumlah informasi bisa bertambah dan berkurang tergantung kepada besaran energi, materi, waktu, dan entropy.

Jika kita tarik gratis waktu ke belakang sampai di titik waktu sama dengan nol, maka informasi semakin rendah seiring dengan rendahnya jumlah materi, energi, dan entropy.

Jika garis waktu kita tarik terus ke depan sampai titik di mana Radiasi Hawking menguapkan semua materi dan blackhole menjadi sepenuhnya energi, maka informasi pun berkurang seiring dengan berkurangnya materi dan entropy.

Informasi hanya abadi terikat erat dengan energi ,baik jauh di masa lalu, maupun jauh di masa depan.

Ketika inflasi kosmik sudah terjadi sebelum Big Bang, di mana energi hanya terikat pada ruang dan sudah lepas dari waktu, pada saat itu informasi masih eksis. Informasi eksis bersama dengan energi dan juga ruang. 

Jika garis waktu negatif terus ditarik ke belakang sampai titik di mana ruang menjadi nol mutlak dan lenyap, maka informasi tetap terikat dengan energi.

Informasi inilah yang mendorong energi murni awal membentuk ruang, kemudian membentuk inflasi kosmik dalam jalinan ruang, kemudian membentuk peristiwa Big Bang, mengatur peristiwa dalam Planck Epoch, dan terus membentuk unsur, bintang, galaksi, dan senyawa kompleks.

Energi Tercipta

Kosmologi modern dibangun di atas pondasi thermodinamika, relativitas umum, mekanika kuantum dan relativitas khusus dengan dark energy dan dark matter sebagai variabel tambahan. Ada juga disertakan asumsi bahwa semesta ini homogen, isotropik, jumlah energi tetap, dan adiabatik.

Kita telah menolak dua asumsi yang disebut terakhir, sehingga kita berkesimpulan bahwa energi semesta terus bertambah dan semesta tidak bersifat adiabatik.

Kesimpulan ini membawa pertanyaan baru yaitu tentang dari mana energi tambahan itu berasal. Kita telah buktikan bahwa energi itu tidak berasal dari black hole maupun vacuum field. Kemungkinan besar energi tersebut berasal dari luar semesta kita ini.

Jika memang energi yang menjadi sumberdaya dark energy berasal dari lingkungan di luar semesta ini, maka harus ada tampak aliran energi itu masuk ke dalam semesta kita. Tapi masalahnya kita tidak melihat adanya aliran energi masuk tersebut.

Jika semesta tidak bersifat adiabatik dan pada saat yang sama kita tidak melihat ada aliran energi masuk, maka kemungkinan yang paling nyata dan paling dibenci sebagian orang adalah energi memang tercipta. Energi tidak membentuk dirinya sendiri. Energi tidak berasal dari dalam semesta. Energi tidak dibentuk sebagai transformasi dari bahan-bahan yang ada di dalam semesta.

Dengan demikian, kita harus mengakui bahwa pernyataan thermodinamika bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dihancurkan terancam salah.

Vacuum Energy Tidak Bisa Dipanen

Para fisikawan teori sudah umum berasumsi bahwa mekanisme-mekanisme di alam terjadi sacara spontan. Kami menolak asumsi ini, apalagi jika berkaitan dengan transformasi energi.

Ini barangkali adalah sisi naif dari fisikawan teori yang menganggap energi potensial dari vacuum field bisa serta merta dan secara spontan menjadi energi kinetik dark energy yang menghasilkan kerja berbentuk accelerating universe.

Asumsi ini ada harganya, bahkan harganya sangat mahal. Ini terjadi ketika mereka menganggap bahwa dark energy berasal dari vacuum energy.

Prediksi bahwa dark energy berasal dari vacuum energy merupakan prediksi paling memalukan dalam fisika karena selisih antara perhitungan di atas kertas berdasarkan rumus berbeda 10 pangkat 120 dibandingkan dengan perhitungan hasil observasi berbasis CMB. Ini bisa diartikan bahwa energi yang berasal dari vacuum energy tidak bisa "dipanen" menjadi usaha untuk mengembangkan semesta. Bisa juga kita katakan semesta tidak menyediakan mekanisme atau "mesin" untuk mengubah energi potensial vacuum energy menjadi energi kinetik dark energy.

Bagaimana pun dalam kebanyakan sistem fisika, transformasi dari energi potensial menjadi energi kinetik membutuhkan "mesin" dan "mekanisme" tertentu. Mesin dan mekanisme yang dimaksud biasanya tidak tersedia di dalam sistem. Kita harus memaklumi mekanisme ini.

Jika ruang kosong yang hanya berisi vacuum field yang diduga menghasilkan vacuum energy yang berasal dari fluktuasi kuantum benar adanya, maka setidaknya dalam ruangan terisolasi ini ada tambahan dan peningkatan energi seiring waktu. Peningkatan energi itu seharusnya bisa tampak pada misalnya peningkatan suhu atau peningkatan tekanan ataupun tambahan massa. Tapi nyatanya ketiga variabel itu tidak tampak sama sekali. Kita tidak tahu mekanisme apa yang dibutuhkan untuk memanen vacuum energy.

Terlepas bahwa persamaan Heisenberg maupun persamaan Schrödinger menunjukkan bahwa tidak ada energi yang betul-betul nol di ruang kosong, namun kita tidak mendapatkan bukti bahwa energi tersebut mampu menghasilkan lonjakan energi secara spontan.

Efek Casimir yang sering digunakan sebagai alat bukti tentang eksistensi vacuum field pun tidak memiliki kegunaan praktis untuk memanen vacuum energy. Efek Casimir baru sebagai menghasilkan tekanan sebanyak 1 atmosfer pada jarak kedua pelat konduktor senilai sekian nanometer. Efek Casimir lebih tepat sebagai alat bukti gaya Van der Wall ketimbang sebagai alat bukti vacuum energy.

Relativitas Khusus Runtuh

Cosmological time dilation ditemukan pertama kali pada tahun 2023. Temuan ini dipublikasikan pada tanggal 3 Juli 2023 di jurnal Nature.

Temuan cosmological time dilation didasarkan atas observasi terhadap 190 quasar selama 20 tahun. Hasilnya pada quasar terjauh yang berumur hanya 1 mtc, waktu melambat 5 kali daripada waktu kita kini.

Kini kita mendapati ada tiga sebab bagi terjadinya fenomena time dilation. Itu adalah gerak mendekati kecepatan cahaya, kondisi gravitasi (terutama gravitasi ekstrem seperti pada black hole), dan terakhir adalah fenomena perluasan semesta.

Temuan ini semakin membuktikan fenomena accelerating universe adalah nyata dan efek dari fenomena itu pun nyata. Fenomena accelerating universe bukan saja memberikan efek pada kain space-time, tapi juga kepada quasar atau secara umum kepada obyek langit yang ikut hanyut bersama space-time yang bergerak dengan percepatan.

Jadi walaupun quasar itu diam terhadap kain space-time, bagi kita di Bumi quasar tersebut bergerak sebagai akibat ikut hanyut bersama pergerakan kain space-time. Efek dari pergerakan itu tampak oleh kita berupa perlambatan waktu pada quasar tersebut.

Kita ambil analogi. Seseorang duduk di dalam kereta yang sedang bergerak. Pada orang tersebut, posisi dia diam terhadap kereta. Tapi bagi kita sebagai pengamat yang diam di luar kereta, kita tidak bisa membedakan antara gerak kereta dengan gerak orang tersebut. Bahkan kita melihat pergerakan kereta melalui pergerakan orang tersebut. Karenanya efek yang timbul dari pergerakan itu dapat kita amati dari pergerakan orang itu, bukan dari pergerakan kereta. Ini karena orang itu "hanyut" dalam gerakan kereta.

Seperti halnya kita melihat perahu mainan hanyut dibawa arus sungai, maka kita tidak dapat membedakan antara kecepatan gerakan perahu dengan kecepatan gerakan air. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa airlah yang bergerak dan bukan perahu.

Bagi kita pengamat kita tidak menemukan perbedaan antara perahu yang bergerak dengan kekuatan mesin di atas permukaan air yang diam dan tenang, dengan perahu yang hanyut terbawa arus. Jika konsep ini diterapkan kepada relativitas khusus, bahkan relativitas khusus sendiri secara matematis tidak membedakan kedua sistem gerak itu sendiri.

Jika hal yang sama kita terapkan dalam accelerating universe, di mana pada galaksi yang terjauh kecepatan accelerating universe bisa mencapai dua kali kecepatan cahaya bahkan lebih, kita tidak bisa membedakan gerakan kain space-time dengan gerakan galaksi tersebut di dalam kain space-time.

Jadi ketika semesta bergerak dua kali kecepatan cahaya maka yang kita lihat adalah galaksi-galaksi bergerak di dalam semesta sebesar dua kali kecepatan cahaya itu. Maka wajar saja jika dikatakan gerakan galaksi-galaksi sebesar dua kali kecepatan cahaya ini menyalahi relativitas khusus yang menetapkan kecepatan cahaya sebagai batas tertinggi kecepatan bergerak di semesta.

Konsekuensinya, efek-efek relativitas khusus seperti perlambatan waktu, konstraksi panjang, dan penambahan massa hanya dapat kita amati melalui galaksi-galaksi yang hanyut dalam kain space-time dan bukan langsung melalui kain space-time.

Konsekuensi lanjutan dari hal ini adalah bahwa faktor Lorentz yang digunakan dalam perhitungan relativitas khusus harus dianggap sebagai konstanta, dan bukan merupakan akar dari satu minus v kuadrat dibagi c kuadrat, karena pada galaksi-galaksi terjauh v bisa lebih dari c. Jika v lebih dari c, maka persamaan relativitas khusus bisa tidak bekerja.

Agar tetap bekerja, dalam gerak semu galaksi-galaksi lebih dari kecepatan cahaya, maka faktor Lorentz harus dianggap konstanta seutuhnya.

Inflasi Kosmik Butuh Trigger

Teori-teori tentang inflasi kosmik berasumsi bahwa pada titik tertentu sebelum Big Bang, energi yang terikat dalam jalinan ruang berada dalam kondisi metastabil yang memungkinkan bentuk energi ini secara spontan bergulir dari energi potensial tertinggi kepada energi kinetik tertinggi.

Energi kinetik inilah yang menyebabkan Big Bang yang berlangsung sangat cepat, berenergi sangat tinggi, dan mengembang  secara percepatan.

Proses yang sangat cepat, berenergi sangat tinggi, dan mengembang dengan percepatan inilah yang memungkinkan semesta tampak homogen dan isotropik sampai sekarang. Hasil akhir ini adalah hal yang tidak bisa dijelaskan dengan baik oleh model singularitas.

Kami tidak mengajukan argumen tentang inflasi kosmik. Kami melihat energi yang terikat pada ruang, tapi terpisah dari waktu merupakan solusi yang baik untuk masalah tidak adanya magnetik monopole, isotropik, dan homogen. Kami hanya mengajukan pendapat berbeda dengan keyakinan baku yaitu bahwa transformasi energi dari energi potensial kepada energi kinetik pada inflasi kosmik sebelum Big Bang berada dalam kondisi metastabil. Kondisi metastabil memungkinkan transformasi energi secara spontan.

Argumentasi kami didasarkan kepada prinsip kelembaman, bahwa sesuatu yang diam akan selamanya diam kecuali jika ada gaya yang memengaruhinya, dan sesuatu yang  bergerak akan tetap terus bergerak kecuali ada gaya yang memengaruhinya.

Argumen kedua kami didasarkan kepada fakta bahwa dalam sistem fisika, transformasi energi dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain tidak terjadi secara spontan. Transformasi energi membutuhkan mekanisme atau mesin tertentu.

Dengan begitu, perubahan energi dari energi potensial jalinan energi dengan ruang kepada energi kinetik yang menjadi sumberdaya Big Bang masih membutuhkan gaya atau trigger tertentu di luar variabel ruang dan variabel energi yang saling terjalin pada titik itu.

Kami melihat bahwa persamaan relativitas umum mengandung variabel informasi yang memungkinkan kelengkungan space-time memberitahu materi bagaimana bergerak dan pada saat yang sama energi memberitahukan space-time bagaimana untuk melengkung.

Kita membutuhkan formula dan mekanisme yang memungkinkan informasi bekerja pada tahap titik energi awal pembentukan Big Bang ini. Pada saat yang sama energi itu juga berperan menambahkan kekuatan momentum pada saat energi lepas menjadi Big Bang.

Matematika vs Sains

Bagi kebanyakan orang pada berbagai peradaban di sepanjang sejarah, ide tentang expanding universe, extra dimension dan multiverse tidaklah asing, tapi ketika fisika bisa membuktikan eksistensinya secara matematis itu jadi luar biasa.

Sebelumnya narasi tentang semesta yang dinamis dengan ukuran yang semakin besar, dimensi ekstra, dan semesta banyak yang berlapis dan bertingkat cuma sebatas dongeng, mitos, filsafat, dan narasi dalam teks religi. Matematika lah yang kemudian memberikan warna dan rasa yang berbeda pada filsafat, sehingga matematika menjadi bentuk dan wajah lain dari filsafat. Filsafat bersembunyi dalam notasi persamaan matematis.

Matematika kemudian menjadi bahasa kebenaran. Banyak hal lain menjadi benar dan logis jika bisa dinotasikan secara matematis.

Bahkan dalam banyak kasus, matematika selalu mendahului sains. Relativitas umum merupakan contoh terbaik dari matematika yang mendahului sains. Secara sederhana dapat dikatakan, rumuskan saja dulu secara matematika, baru kemudian dicarikan buktinya.

Tentunya cara kerja seperti ini, yaitu rumuskan dulu baru nanti dicarikan buktinya bertentangan dengan cara kerja sains. Sains didasarkan kepada bukti, bukan kepada narasi, baik narasi filsafat maupun narasi matematika.

Walaupun begitu, sains banyak tergantung juga kepada matematika, karena matematika mampu memberikan peta pun pada wilayah yang belum dikenali dan belum terjelajahi, dan matematika adalah alat bantu serta kerangka kerja yang bisa diandalkan bagi sains.

Masalahnya, bagaimana membuktikan narasi matematika, temuan matematis, dan kebenaran matematis secara sains.

Matematika dalam sains cuma alat bantu, bukan alat bukti, sehingga bukan tidak jarang matematika tidak sinkron dengan sains. Ketidaksinkronan ini menunjukkan dua hal yaitu : pertama, kebenaran sains tidak memadai, atau kedua, matematika sering absurd.

Sifat sains yang selalu menuntut bukti material, dan bukan bukti logis, sering tidak mampu menjangkau hal-hal yang immaterial.

Sementara matematika sering terjebak pada hal-hal immaterial dan imajiner. Tengok saja sistem bilangan dalam matematika ada yang real, ada juga yang imajiner. Contoh bilangan imajiner adalah akar negatif x.

Pada kasus expanding universe, hadirnya lambda atau konstanta kosmologi Einstein menunjukkan bahwa matematika mungkin saja direkayasa. Selanjutnya relativitas umum menjadi semacam kitab suci dalam fisika, yang dijadikan rujukan untuk menjelaskan banyak hal. Padahal pernyataan matematika bisa mungkin ditemukan buktinya, bisa juga tidak. Beruntung sekali relativitas umum sudah teruji di banyak observasi dan eksperimen.

Jika sains bisa membuktikan matematika relativitas umum, lalu bagaimana sains membuktikan eksistensi extra dimension dan multiverse?

Energi Murni Yang Lepas Dari Ruang

Teori inflasi kosmik telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa proses inflasi sudah dimulai bahkan sebelum Big Bang. Pada proses ini, energi terikat pada jalinan ruang dan pada saat yang sama ruang dan energi terlepas dari waktu. Ini merupakan hipotesis yang berani.

Pada banyak pendekatan, juga pada pendekatan kalam, diasumsikan ruang dan waktu terikat satu sama lain. Dalam relativitas umum, jalinan erat ruang dan waktu ini disebut kain ruang-waktu. Apa yang terjadi pada ruang juga akan memengaruhi waktu, perubahan waktu juga akan memengaruhi ruang.

Jalinan ruang-waktu membawa konsekuensi singularitas. Sayangnya singularitas tidak cukup baik dalam menjelaskan fenomena magnetik monopole, CMB, homogenitas, dan isotropik semesta.

Tapi teori inflasi tidak punya keberanian untuk menarik garis waktu terus jauh ke belakang sampai titik di mana dimensi ruang lenyap dan terpisah dari energi dan hanya menyisakan energi saja.

Energi inilah yang kita sebut dengan energi murni. Pada titik ini, energi hanya terikat dengan informasi. Informasi inilah yang berperan sebagai sistem koding yang mengatur energi membentuk ruang. Sistem koding yang dimaksud di sini mirip dengan sistem koding komputer yang mengatur perilaku software dan hardware dalam sistem komputer. Dalam pemahaman "energi murni" yang secara nekad kita hipotesiskan di sini, sistem koding yang dimaksud berperan dalam transfer dan transformasi energi menjadi ruang holografik.

Ruang holografik ini oleh suatu mekanisme tertentu yang belum bisa disebutkan bentuknya kemudian membentuk ruang nyata yang terikat dengan energi dan informasi, yang kemudian membentuk Big Bang.

Energi Murni di Akhir Semesta.

Kecepatan semesta mengembang terus bertambah. Tidak ada tanda-tanda kecepatannya akan menurun, apalagi berhenti. Apakah ini artinya semesta akan lestari? Jika berakhir, bagiamana akhir dari semesta?

Salah satu skenario akhir semesta yang cocok dengan fenomena accelerating universe adalah Big RIP. Dalam Big RIP digambarkan materi alam semesta, mulai dari bintang dan galaksi hingga atom dan partikel subatomik, dan bahkan ruang-waktu itu sendiri, secara bertahap terkoyak oleh ekspansi alam semesta pada waktu tertentu di masa depan, hingga jarak antar partikel menjadi tak terhingga. Pada titik ini konstanta kosmologi meningkat secara eksponensial dan konstanta Hubble meningkat secara tak terhingga. Skenario ini menyiratkan bahwa setelah waktu yang terbatas akan ada singularitas terakhir, yang disebut "Big Rip", di mana alam semesta yang dapat diamati akhirnya mencapai ukuran nol dan semua jarak menyimpang ke nilai tak terhingga.

Sedikit berbeda dengan itu. Di sini kita menggambarkan bahwa dalam kondisi accelerating universe, jika kita melakukan ekstrapolasi maju ke depan, total energi maupun kerapatan energi dari dark energy yang semakin meningkat akan semakin merenggangkan jarak antar galaksi. Gravitasi dan dark matter yang mengikat bintang-bintang dalam galaksi akan terkalahkan. Akibatnya bintang-bintang akan berhamburan keluar. Sementara Black hole akan semakin membesar sampai titik di mana tarikan singularitas terkalahkan dan Black hole pecah.

Black hole dan seluruh materi di semesta oleh mekanisme Radiasi Hawking dan mengikuti persamaan kesetaraan massa dengan energi-nya Einstein akan terkonversi sepenuhnya menjadi energi. Sehingga pada waktu itu semesta hanya terdiri dari sepenuhnya energi saja.

Inilah kondisi yang dimaksud dari energi murni di akhir semesta. Pada titik ini, energi tetap terikat dengan kain space-time. Semesta diawali dengan kondisi yang sepenuhnya energi dan berakhir dengan kondisi sepenuhnya energi pula. Bedanya, pada kondisi awal, energi lepas dari ruang dan waktu. Sedangkan di kondisi akhir, energi masih terikat dengan ruang dan waktu.

Berbeda dengan skenario Big RIP yang berakhir dengan singularitas, di sini kita melihat semesta berakhir dengan sepenuhnya energi.

Kesimpulan

Accelerating universe sebagaimana dipahami di sini telah menantang banyak hal baku dalam thermodinamika, inflasi kosmik, relativitas khusus, dan relativitas umum.

Bahwa energi total di semesta telah menantang secara face-to-face pemahaman tentang konservasi energi yaitu bahwa energi itu tetap.

Bahwa semesta itu tidak adiabatik memberikan tantangan serius kepada asumsi dalam kosmologi modern yang menyatakan semesta bersifat adiabatik.

Bahwa semesta tidak bersifat adiabatik, tidak pula bersifat isokhorik, isothermik, dan isobarik membawa implikasi energi tercipta. Ini menantang seluruh konsep thermodinamika, terutama konsep bahwa energi tidak dapat diciptakan, tidak dapat dimusnahkan, dan hanya bisa ditransformasikan.

Bahwa entropy adalah rendah di masa lalu di awal semesta, dan juga rendah pada akhir semesta secara jelas menantang konsep entropy yang berlaku saat ini.

Bahwa kondisi metastable dalam inflasi kosmik sebelum Big Bang membutuhkan trigger karena transformasi energi potensial kepada energi kinetik dalam sistem fisika tidak terjadi secara spontan, yang mana ini menantang konsep dasar dari teori inflasi.

Bahwa transformasi energi dari energi potensial menjadi energi kinetik tidak bisa terjadi secara spontan melainkan membutuhkan trigger dari luar, sehingga asumsi bahwa vacuum field menghasilkan lonjakan energi yang memengaruhi field-field di atasnya dan juga mendorong kondisi metastable inflasi kosmik membentuk Big Bang melalui perubahan spontan energi potensial menjadi energi kinetik tidak relevan dalam fisika dan kosmologi.

Dengan menganalogikan galaksi terjauh yang bergerak bisa mencapai lebih dari dua kali kecepatan cahaya akibat dari perluasan space-time sebagai perahu yang terbawa hanyut arus sungai, maka ini menantang postulat dari relativitas khusus yang menetapkan kecepatan tertinggi di semesta adalah kecepatan cahaya.

Bahwa vacuum energy tidak bisa "dipanen" karena tidak ada bukti langsung  menghasilkan tambahan entropy, suhu, tekanan, maupun massa menantang pemahaman baku tentang vacuum field dalam mekanika kuantum.

Dark matter tidak terjangkau oleh relativitas umum. Keluar masuknya konstanta kosmologi di dalam persamaan relativitas umum membuat kita ragu bahwa konstanta kosmologi benar-benar menggambarkan dark energy dan accelerating universe. Kita ragu bahwa besaran accelerating universe yang dihasilkan dari observasi akan sinkron dan sesuai dengan hasil perhitungan dalam konstanta kosmologi lambda. Secara matematis pun kecepatan semesta mengembang belum sinkron antara perhitungan berbasis lilin standar dengan berbasis tangga kosmik.

Datang lalu Pergi, Ada dan Tiada

Di sini skenario semesta dimulai dari informasi yang terikat dengan energi. Informasi itu memberi tahu energi untuk membentuk ruang holografik. Dengan mekanisme tertentu yang belum diketahui, ruang holografik berubah menjadi ruang nyata. Pada kondisi jalinan informasi, energi, dan ruang nyata inilah inflasi kosmik. Melalui mekanisme atau gaya tertentu yang belum diketahui, inflasi kosmik mengubah energi potensial dirinya menjadi energi kinetik yang kemudian berubah menjadi Big Bang. Ada mekanisme tersebut penting karena perubahan satu energi ke bentuk energi lainnya membutuhkan trigger. Ketika Big Bang terjadi, munculnya waktu. Energi yang terikat pada kain space-time ini kemudian menghadirkan gaya gravitasi. Sejumlah faktor yang tidak diketahui pasti membuat terbentuknya partikel elementer. Dalam kosmologi baku dan mekanika kuantum standar, mekanisme ini terjadi karena fluktuasi kuantum dalam vacuum field. Tapi jika demikian, harus ada mekanisme lain yang membuat energi potensial vacuum field menjadi energi kinetik yang memberikan lonjakan energi pada field-field di atasnya. Mekanisme ini perlu ada karena perubahan satu bentuk energi kepada bentuk energi lainnya membutuhkan trigger eksternal. Munculnya partikel elementer ini kemudian menghadirkan gaya kuat, gaya lemah, dan terakhir adalah gaya elektromagnetik. Partikel elementer kemudian membentuk materi yang lebih besar seperti unsur, molekul, bintang, galaksi, planet, dan molekul biologis. Galaksi kemudian menghadirkan dark matter. Energi kinetik yang dihasilkan oleh Big Bang kemudian melemah dan perannya untuk mengembangkan semesta digantikan oleh dark energy. Jika dark energy sudah ada sejak Big Bang, maka seharusnya percepatan semesta sudah terjadi sejak awal. Tapi jika percepatan semesta baru terjadi kemudian setelah energi kinetik Big Bang melemah, maka ini bukti bahwa dark energy muncul secara tiba-tiba dan misterius. Pertambahan total energi dan kerapatan energi dari dark energy ini kemudian menghasilkan accelerating universe. Kombinasi antara dark energy dan radiasi Hawking kemudian membuat materi dan black hole lenyap bertranformasi menjadi energi. Alam semesta terus mengembang sampai batas waktu yang tak terhingga dan diisi oleh sepenuhnya energi yang terikat pada space-time. Ruang, waktu, energi, informasi, dan gaya gravitasi akan terus ada. Yang lenyap hanya materi dan gaya-gaya fundamental dalam mekanika kuantum.

Jadi, yang pertama muncul adalah jalinan informasi dengan energi, dan yang pertama hilang adalah materi.

Implikasi

Kita mengambil resiko apa yang dijelaskan di sini kemungkinan sebagian ataupun seluruhnya salah.

Tapi jika benar, banyak hal yang harus dikoreksi dalam pemahaman kita tentang model standar kosmologi, thermodinamika, relativitas khusus, vacuum field, dan relativitas umum.

Penutup

Misteri yang terdapat dalam QS. 21:30 bahwa langit dan bumi pada awalnya adalah satu padu. Ayat bisa dijelaskan dengan pendekatan Big Bang, Singularitas, ataupun Inflasi Kosmik. Di antara ketiga pendekatan itu yang mana yang paling mendekati kebenaran tergantung dari pengamatan. Persamaan FLWR dan matematika di balik CMB sangat membantu memahami ayat ini.

Misteri dalam QS. 51:47 yang menyinggung tentang perluasan semesta terjawab melalui Accelerating Universe. Persamaan Relativitas Umum dan persamaan FLWR sebagai turunannya sangat membantu memahami maksud ayat ini.

Sementara QS. 31:10 yang menyatakan bahwa Allah menciptakan langit tanpa tiang masih menjadi misteri. Kain space-time yang terdapat dalam Relativitas Umum adalah kerangka matematis untuk memahami mekanisme kerja langit tanpa tiang, tapi bukan bentuk fisik dari konstruksi langit tanpa tiang seperti yang kita pahami dari ayat ini.

Demikian juga masih menjadi misteri adalah QS. 41:12 tentang pembentukan tujuh langit. Ayat ini bisa saja dipahami sebagai Multiverse. Walaupun eksistensi Multiverse sudah "terbukti" secara matematis, tapi ini belum menjadi fakta sains. Kita pun belum paham apa maksud angka 7 disebutkan di ayat ini.

Berbeda dengan penganut atheisme yang menjadikan sains sebagai alat bukti dan alat propaganda bahwa tuhan itu tidak ada, kami justru memandang sains bukan saja membuktikan eksistensi Tuhan, tapi lebih lanjut adalah alat untuk memahami pikiran dan perbuatan Tuhan. Sains justru semakin menguatkan iman kami.

Jika sebagian orang berhenti pada titik menjadikan fisika dan kosmologi sebagai ilah mereka, sedangkan bagi kami, kami melangkah lebih jauh, dengan menjadikan Allah sebagai ilah kami dan fisika juga sains adalah alat bantu untuk lebih mengagumi Allah baik pikiran maupun perbuatanNya.

Bahan Bacaan Lanjutan 

https://www.kompasiana.com/asepsetiawan3992/65fcfaa9c57afb02dd4b47a2/semesta-yang-ditarik-solusi-atas-mature-galaxy-h0-tension-s8-tension-cosmic-curvature-tension

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun