Konflik Penggunaan Sistem GMT Dalam Kalender Hijrah
Pada saat Maghrib 18 Juni 2023 diketahui bahwa tinggi Bulan sudah mencapai 4.6 derajat dengan elongasi geosentrik 7 derajat di Arab Saudi, sedangkan di Aceh tinggi Bulan baru 2.1 derajat saja. Ini aneh. Dalam sistem GMT atau Greenwich Mean Time seharusnya Aceh lebih dulu muncul Bulan atau posisi Bulan lebih tinggi daripada Arab Saudi. Posisi Aceh yang berada di arah timur Arab Saudi membuat zona waktu Aceh lebih awal.
Dalam sistem GMT wajar jika Idul Adha di Indonesia lebih dulu ketimbang di Arab Saudi. Tapi jika melihat fakta seperti itu yakni posisi Bulan di Arab Saudi lebih tinggi daripada di Indonesia berarti zona waktu di Arab lebih dulu daripada di Indonesia. Jadi wajar jika Arab Saudi menggelar Idul Adha lebih awal dari Indonesia. Ini berarti penerapan sistem waktu GMT ke dalam sistem kalender Islam tidak tepat, bahkan terbukti salah.
Bukti ini memperkuat validitas penerapan sistem zona waktu MMT atau Mecca Mean Time dalam sistem kalender Islam. Untuk GMT boleh ditinggalkan.
Penerapan MMT akan mampu mempersatukan teknis rukyat hilal dan teknis hisab yang selama hampir 1.500 bertentangan dan tidak bisa dipertemukan.
Prinsip-prinsip hisab sudah benar tapi jika tetap menjadikan GMT sebagai acuan, maka hasil perhitungannya akan selalu konflik dengan rukyat hilal.
Sementara dengan sistem zona waktu Mecca Mean Time, pelaksanaan rukyat hilal bisa dilakukan di satu titik saja yaitu di kota Mekkah. Rukyat Hilal pun tidak perlu dilakukan secara lokal. Kalau dilakukan secara lokal, maka hasilnya pasti konsisten dengan kota Mekkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H