Relativitas Waktu Dalam Perspektif Tafsir
Ibnu Katsir menafsirkan teks-teks al Qur'an ini sebagai relativitas waktu dalam konteks kekuasaan Allah. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Surat Al Hajj : 47 dalam tafsir Ibnu Katsir dikomentari singkat saja. Intinya perbandingan satu hari setara dengan seribu tahun adalah aspek kekuasaan Allah semata.
Surat al Sajdah : 5 pun dikomentari singkat yaitu sebagai jarak antara Bumi terdalam sampai ujung semesta.
Baru pada surat al Ma'arij : 4 saja Ibnu Katsir berkomentar panjang. Ada 4 penafsiran dari perbandingan satu hari setara dengan lima puluh ribu tahun.
1. Itu adalah diameter semesta. Jarak satu hari setara dengan lima puluh ribu tahun dapat ditempuh cahaya hanya dalam waktu 700 jam saja. Ini diameter semesta yang kecil sekali. Sementara sains menghitung diameter semesta ada 94 milyar tahun.
2. Itu merupakan umur semesta. Ini pun berarti umur semesta yang masih sangat muda yaitu setara dengan sekitar 30 hari. Sains menghitung usia semesta adalah 13.8 milyar tahun.
3. 50 ribu tahun adalah jarak antara semesta dengan akhirat. Ini di luar kajian sains, walaupun kita tau itu jarak yang relatif sangat dekat.
4. Itu adalah jarak di akhirat. Ini pun di luar kajian sains.
Semua tafsiran itu tidak memberikan sedikit pun pencerahan kepada kita.
Wajar jika dalam waktu lebih dari seribu tahun kita betul-betul membutuhkan alat bantu untuk lebih memahami ketiga ayat di atas.
Alat bantu tersebut tidak bisa kita temukan dari menghitung keliling Bumi untuk menggambarkan konsep satu hari, lalu mengalikannya dengan 360.000 dan 18.000.0000 untuk menafsirkan satu hari setara dengan seribu tahun dan satu hari setara dengan lima puluh ribu tahun.Â