Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doa Ketika Masjid-masjid Dikunci

14 Desember 2022   06:25 Diperbarui: 14 Desember 2022   07:52 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang gelandangan melakukan sholat malam bersajadahkan selembar koran bekas di emperan Sabar Subur.

Sementara masjid-masjid terkunci. Luas dan megahnya adalah keangkuhan dalam bisu.

Bulan, bintang, dan angin malam menjadi makmum.

Sebentar lagi hujan.

Di akhir sholat dia berdoa,

"Wahai Raja di Raja yang Maha Kaya, sungguh hajatku sangat banyak, sedangkan aku dapati diriku terbelenggu banyak keterbatasan, dan aku tidak pernah kecewa kepada Engkau barang sedikit pun. Engkaulah satu-satunya yang paling pemurah dan paling pengasih."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun