Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Urgensi Mecca Mean Time (MMT)

2 April 2022   02:18 Diperbarui: 4 April 2022   19:28 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kapan tepatnya awal Bulan Ramadhan selalu menjadi perhatian. Perhatian tertuju kepada metode yang digunakan. Apakah menggunakan Metode Hisab atau menggunakan Metode Rukyat. Kedua metode itu dipertentangkan. Padahal jika Mecca Mean Time disepakati, kedua metode itu justru bisa disatukan atau dipertemukan karena titik nolnya sama yaitu Kota Mekkah. Kesepakatan tentang pemberlakuan Mecca Mean Time memungkinkan Hisab mengkonfirmasi Rukyat dan begitu pula Rukyat mengkonfirmasi Hisab, kemudian hasil konfirmasinya itu berlaku dan mengikat secara Internasional. 


Berkaitan dengan Metode Hisab, seharusnya sudah tidak ada lagi keraguan untuk menggunakannya secara luas dalam perhitungan waktu ibadah.

Pergerakan benda-benda langit saat ini sudah bisa dihitung secara presisi. Dengan perhitungan yang presisi itu pula, manusia bisa mengirimkan teleskop ruang angkasa James Webb ke orbit L2 Bumi. Kecepatan dan arah astroid yang menuju Bumi pun sudah bisa diukur secara presisi, sehingga dengan itu kapan meteor itu menyentuh Bumi, lokasi dan ukurannya bisa diketahui dengan tepat. Belum lagi orbit dan kecepatan sejumlah Komet yang membutuhkan perhitungan yang lebih rumit pun sudah bisa dihitung secara presisi. Yang paling umum kita rasakan adalah perhitungan yang presisi kapan terjadi Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari, dan perhitungan Waktu Shalat Wajib. Apa sekarang yang belum bisa dihitung secara presisi dalam konstelasi semesta ini?

Satu yang belum dapat dihitung secara presisi adalah kecepatan Semesta mengembang. Angkanya berada dalam dua pilihan besar yaitu 67 km/detik/Mpc atau 73 km/detik/Mpc tergantung dari metode apa yang digunakan. Apakah menggunakan Metode Early Relic ataukah Metode Distance Ladder. Tapi tentu saja perhitungan rotasi dan revolusi Bumi, juga revolusi Bulan tidak serumit perhitungan kecepatan semesta mengembang.

Hadist-hadist tentang Rukyat Hilal jika dipahami secara tekstual menghadapi 4 masalah faktual yaitu:
1. Daerah-daerah yang berada dalam satu Zona Waktu menetapkan awal bulan secara berbeda-beda. Padahal seharusnya awal bulan sama dalam Zona Waktu yang sama.
2. Daerah-daerah di sebelah Barat menetapkan waktu awal bulan lebih dulu daripada Daerah-daerah di sebelah Timur. Padahal seharusnya Timur dulu baru Barat.
3. Dalam Bumi yang bulat serta pergerakan semu Matahari dan Bulan yang melingkar, di bagian Bumi mana titik nol sebagai acuan Rukyat Hilal.
4. Dalam Dunia Islam yang terbentang dari Timur hingga Barat, dalam Bumi yang satu, Matahari dan Bulan yang juga satu, seharusnya penetapan awal bulan berlaku secara Internasional. Jika ini diserahkan kepada kewenangan Negara dan Organisasi maka wajar jika terdapat perbedaan.

Walaupun perbedaan adalah rahmat, tapi dalam kasus ini, ini adalah perbedaan yang aneh. Tidak tertib secara logika astronomi.

Berkaitan dengan kebutuhan akan adanya suatu Konsensus Internasional tentang penetapan Awal Bulan dalam Kalender Hijriyah terutama awal Bulan Ramadhan dan Bulan Syawal, perlu kesepakatan titik nol perhitungan kalender.

Jika Barat telah mencapai sepakat menjadikan GMT atau Greenwich Mean Time sebagai titik nol perhitungan Kalender Maséhi, maka Umat Islam tampaknya perlu menetapkan Mecca Mean Time atau MMT sebagai titik nol perhitungan Kalender Hijriyah sehingga awal bulan terutama awal Bulan Ramadhan dan Syawal bisa ditetapkan secara internasional.

Sejauh ini Umat Islam sudah mencapai sejumlah Konsensus berkaitan dengan waktu.
1. Konsensus menjadikan peristiwa Hijrah sebagai tahun 1 dalam Sistem Kalénder Umat Islam.
2. Konsensus dalam penetapan waktu shalat lima waktu secara hisab sepenuhnya.
3. Konsensus dalam penetapan waktu Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan secara hisab sepenuhnya untuk menjalankan ibadah sunnah Shalat Gerhana.

Jika banyak hal sangat tergantung dari Konsensus, maka bukan mustahil Umat Islam pun akan mencapai Konsensus tentang awal Bulan Ramadhan dan Syawal.

Bahan Bacaan : https://international.sindonews.com/read/731007/40/45-negara-mulai-puasa-ramadhan-pada-sabtu-2-april-ini-daftarnya-1648832647

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun