Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... -

Mengembara di London sekitar 10 tahun dan kembali ke Jakarta akhir 2011, ingin berbagi cerita mengenai Inggris dan Eropa serta kisah perjalanan lainnya. Silahkan berkunjung pula ke asepsetiawan.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kehadiran Militer AS Pantau Laut China Selatan

18 November 2011   08:24 Diperbarui: 31 Desember 2019   16:46 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sebelum bertolak ke Indonesia, Presiden AS Barack Obama hari Kamis (17/11) di Canberra, Australia, mengatakan, militer AS ingin memperluas peran di Asia Pasifik. Fokus kegiatan militer akan dialihkan dari Irak dan Afganistan ke Asia, dan lebih khusus ke Asia Tenggara. (Kompas 18/11). 

”Saat kita mengakhiri perang, saya telah mengarahkan tim keamanan nasional agar keberadaan dan misi militer di Asia Pasifik dijadikan sebagai prioritas,” kata Obama saat menjabarkan visi AS bagi kawasan Asia Pasifik di depan parlemen Australia. 

Kemudian Obama menjelaskan, ”Meski ada pemotongan anggaran pertahanan, AS tidak akan, saya ulangi, tidak akan mengorbankan Asia Pasifik,” kata Obama. 

Dalam bagian lain untuk menepis kekhawatiran Beijing Obama mengatakan,"Kami akan mencari peluang untuk bekerja sama dengan Beijing, termasuk komunikasi yang lebih baik di antara militer untuk mempromosikan pemahaman dan menghindari salah perhitungan.” 

Komitmen Obama ini kemudian diwujudkan dengan penempatan 2.500 Marinirnya di Darwin, Australia mulai 2012. Kehadiran personil militer ini akan didukung oleh kaal-kapal perang dan berbagai pesawat tempur. 

Australia tentu saja sebagai sekutu Amerika akan mempersilahkan Washington menjadikan negaranya pijakan ke Asia Tenggara. Karena Laut China Selatan Kehadiran Amerika ini bersamaan dengan meningkatknya perhatian terhadap konflik teritorial yang sudah menahun. 

Konflik paling tajam belakangan ini terjadi di Laut China Selatan dimana negara-negara yang terlibat sengketa beberapa kali terseret dalam bentrokan bersenjata atau saling ancam. Negara-negara Asia Tenggara yang terlibat batas laut di Laut China Selatan ini adalah Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand. 

Dan yang paling tajam adalah pertikaian antara Filipina dengan China dan Vietnam dengan China. Amerika Serikat menilai setelah kemakmuran di Asia mulai meluas kini seperti terdapat kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing. 

China jelas haus akan energi karena pertumbuhannya setiap tahun menyebabkan ekonominya kepanasan. Pertumbuhan ini membutuhkan dukungan sumber daya alam seperti minyak dan gas. 

Laut China Selatan ternyata merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam itu. Selama ini negeri yang konflik dengan China berusaha tidak membuka front terbuka. Mereka malah seperti yang diusulkan Filipina dalam KTT ASEAN mengajak untuk mendukung kehadiran Amerika di Asia Tenggara. 

Ajakan Filipina ini tidak lain untuk menyelamatkan teritorialnya di Kepulauan Spratly yang sering diklaim China. Dengan kata lain Manila mengundang Big Brother untuk mengimbangi China yang sudah menunjukkan ototnya dengan pemilikan berbagai persenjataan canggih termasuk kapal induk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun