Baru saja Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam Kompas (6/3) menjelaskan bahwa sudah saatnya Indonesia memacu perkuliahan digital.Â
Dibandingkan dengan tetangga Indonesia, perkuliahan digital di sini belum populer.Tengok saja partisipasi Indonesia dalam pendidikan jarak jauh baru sekitar 30 persen dari total mahasiswa yang mencapai lima jutaan. Malaysia sudah mencapai 38 persen, Thailand 51 persen dan Korea Selatan bahkan 92 persen.
Ini berarti bahwa era digital semakin kuat bahkan knowledge industry seperti perguruan tinggi tidak lepas dari disrupsi digital ini. Ke depan barangkali perkuliahan tidak lagi harus setiap hari ke kampus menembus kemacetan namun cukup bermodalkan wifi dan laptop maka semua bisa ditempuh. Gelar S1 sampai S3 pun seyogyanya akan fokus kepada perkuliahan dan riset digital.
Instrumen digital ini memang sudah merambah dunia yang semakin menyatu dengan saluran internet yang semakin cepat dan canggih. Kalau melihat bagaimana transaksi online sudah mencapai triliunan rupiah pertahun  maka pendidikan di era digital tidak akan lepas lagi. Dapat dibayangkan betapa tambahan pendidikan seperti kursus singkat ilmu tambaha bisa ditempuh dengan kursus online.
Jika harapan Mohamad Nasir bisa terwujud maka aturan main gelar kursus online sudah harus diperteguh. Demikian juga fasilitas untuk kuliah online masuk di dalamnya riset secara online sudah bisa diperluas.Â
Indonesia dengan akses internet mencapai 140 jutaan berdasarkan survei terbaru maka sudah pasti terbuka peluang untuk pendidikan tinggi secara online.
Tidak mengherankan kemampuan manusia Indonesia juga akan semakin cepat akselerasinya karena kerumitan daftar pendidikan online tidak akan menghambatnya. Bahkan mereka yang tinggal jauh dari kota pun masih bisa mengakses perkuliahan online ini. Konsekuensinya maka biaya pendidikan juga akan beralih ke versi digital, bukan lagi perlu buku cetak.Perpustakaan online kemudian menjadi hal yang esensial.
Penulis juga melihat jika Kompasiana sebagai platform citizen journalism, siapa tahu bisa menjadi komunias pendidikan digital. Dengan artikel dan liputan yang luas terhadap berbagai isu maka blogging bisa jadi menjadi penuh dengan artikel hasil riset dan kajian yang ilmiah.Â
Daripada nogbrol ngalor ngidul tak keruan apalagi bermain opini sempit, penyebaran ide dan gagasan ilmiah bisa dimulai disini. Ya, siapa tahu khan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H