Rahmat Wibowo bagi saya adalah teman diskusi dan sahabat berbagi pandangan kalau berkunjung ke London. Dia juga sahabat yang baik yang senantiasa mengingat anak-anaknya yang ditinggalkan di Jakarta.Sebagai mahasiswa Universitas Oxford tampak terasa seperti memikul beban berat.
Bukan karena tidak mampu secara intelektual namun harapan yang dipikul dirinya mungkin bisa menambah bobot. Namun demikian berita menggembirakan saya terima ketika tanggal 7 November 2011 dia lulus ujian Doktor atau PhD bidang kimia di Oxford University yang terkenal di Inggris dan bahkan di dunia.
Menurut Tempo Interaktif, di hadapan dosen pembimbing Prof. Dr. Richard G. Compton serta dua dosen penguji, yakni Prof. Dr. John S. Foord, St. Catherine, University of Oxford dan Prof. Dr. Gary Attard dari Cardiff University (penguji eksternal), Rahmat berhasil mempertahankan Disertasi yang berjudul “Electrodeposition of Alkali Group I Metals from Room Temperature Ionic Liquids”.
Disebutkan pula, seperti halnya mahasiswa lainnya dan sesuai tradisi akademik Oxford yang sudah berlangsung sekitar 1.000 tahun, Rahmat menggunakan gaun akademik Sub-Fusc pada saat menjalankan ujian.
“Hasil eksperimen selanjutnya disimulasikan secara matematis untuk dimungkinkan mengekstrak beberapa parameter termodinamika dan elektrokimia yang penting seperti potensial formal (Ef0), konstanta laju reaksi (ko), koefsiem difusi (D) dan koefisien elektron transfer (?)” tutur Rahmat.
Hasilnya, seperti yang dipaparkan oleh alumnus serta mantan mahasiswa terbaik FMIPA UI ini, dapat diketahui trend (pola) potensial elektroda (potensial reduksi) logam alkali tersebut dan hasilnya dibandingkan dengan trend (pola) yang ada dalam beberapa medium dan diketahui bahwa trend tersebut sama dengan trend yang ada pada medium propylene carbonate (medium yang umum dipakai pada baterai litium).
“Informasi fundamental ini sangat penting dalam pengembangan teknologi baterai selanjutnya, yang menunjukkan bahwa cecair ionik sangat potensial digunakan sebagai alternatif pengganti medium dalam teknologi baterai dengan keunggulan-keunggulannya seperti tahan terhadap temperatur tinggi dan tingkat penguapan yang hampir tidak ada,” ujar pria yang sudah menjadi Dosen UI semenjak tahun 2000 ini. Demikian dilansir Tempo Interaktif.
Rahmat Wibowo lulus dengan minor correction. Ini menunjukkan kualitas dia dalam menyelesaikan tugas PhD sudah diselesaikan dengan baik. Dalam perbincangan pribadi, seorang Rahmat Wibowo menunjukkan seseorang yang rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri.
Meski dia seorang calon Phd di Oxford University namun Rahmat Wibowo yang akrab dipanggil Bowo memiliki sifat tidak mau terlihat dan menonjolkan diri. Dia tetap aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di Inggris namun tidak merasa sebagai seseorang yang hebat karena kuliah di Oxford University.
Dengan bidang kimia yang ditekuninya Bowo seolah-olah ingin memberikan pandangan bahwa ilmu yang ditekuninya ini sangat mendalam, sangat luas sehingga tidak ada ruang untuk menyombongkan diri. Tidak ada peluang untuk menunjukkan akulah yang menemukan sesuatu di universitas besar ini.
Saya sendiri merasakan bahwa seorang Bowo memiliki kecerdasan lebih tinggi dari rata-rata di bidang yang ditekuninya. Temuannya di dalam disertasi Doktor ini mudah-mudahan dapat menjadi pilar bagi temuan-temuan baru nanti. Dan dengan berakhirnya tugas studi di Inggris ini makan karya-karyanya ditunggu setidaknya di almamaternya di Universitas Indonesia. Selamat berkarya dan selamat sukses. ***