Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... -

Mengembara di London sekitar 10 tahun dan kembali ke Jakarta akhir 2011, ingin berbagi cerita mengenai Inggris dan Eropa serta kisah perjalanan lainnya. Silahkan berkunjung pula ke asepsetiawan.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cameron-Clegg, tokoh muda pemimpin Inggris

29 Mei 2011   23:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron dan wakilnya Nick Clegg mencitrakan kepemimpinan muda di dua negara ini. Ya bagaimana tidak. Usia mereka masih belia 40-an dan sudah memimpin negara besar sekelas Amerika Serikat dan Inggris. Mereka bertiga adalah wakil generasi energik yang berkeinginan menjadikan negaranya lebih maju lagi. Namun kali ini saya ingin menengok Cameron dan Clegg saja. Berbeda dengan negara-negara berkembang ada kecenderungan yang muda itu tidak bijaksana dan kurang pengalaman. Oleh karena itu para pemimpin berusia tua dianggap "bijaksana" dan "lebih berpengalaman" yang boleh maju. Mungkin karena budaya atau karena sebab lain, yang pasti di Indonesia pun untuk pemimpin paling top biasanya yang jadi itu yang sudah berumur di atas 50 bahkan 60 tahun. Di Inggris sejak munculnya Tony Blair dengan politik jalan tengah dan New Labour Party, negeri ini seolah seperti bergairah kembali di dalam regenerasi kepemimpinan. Blair naik menjadi Perdana Menteri Inggris tahun 1997 dalam usia 42 tahun. Tentu kalau ada anggapan kurang berpengalaman ya jelas lah. Tidak pernah dia jadi menteri sebelum duduk di kursi perdana menteri. Namun ternyata kualitas dialah yang kemudian terbuktikan mampu memimpin yang menjadikan umur bukan lagi patokan baku. [caption id="attachment_112886" align="aligncenter" width="640" caption="David Cameron (kiri) dan Nick Clegg berkoalisi dalam melanjutkan pemerintahan di Inggris"][/caption]

Terlepas dari kebijakan dalam dan luar negeri yang kontroversial terutama berkaitan dengan Irak, Blair memimpin Inggris dalam dua periode pemilu dan bahkan pada periode ketiga dia serahkan kursi PM kepada Gordon Brown. Dua periode di negara dimana publik opini lebih dominan dalam menentukan seseorang terpilih bukanlah hal mudah. Tony Blair memang terlihat sebagai pemimpin yang mampu berpidato mulus. Dia mungkin seorang orator sekaligus pemimpin yang memanaje negaranya dengan lancar sampai akhirnya turun sendiri karena popularitas sudah berkurang. Namun jelas selama pemerintahannya yang saya ingat tidak diganggu isu-isu pemakzulan atau isu-isu yang dapat dia digulingkan dari kedudukannya. Demikian juga David Cameron yang memimpin Partai Konsetvatif muncul sebagai figur segar setelah partai ini didera krisis kepemimpinan. Cameron yang sering datang ke gedung parlemen naik sepeda, ya coba bayangkan naik sepeda, akhirnya muncul untuk duduk di 10 Downing Street. Dia memang dikenal sebagai anggota parlemen yang rajin bersepeda dengan ransel ditenteng dipunggungnya untuk tugas di Houses of Parliament yang terkenal itu. Seingat saya banyak juga anggota parlemen yang menggunakan taksi, bus atau underground untuk datang ke parlemen karena memang tempat parkir disana terbatas. [caption id="attachment_112887" align="aligncenter" width="640" caption="PM Inggris berkantor di 10 Downing Street di pusat kota London dan Wakil PM masih di jalan yang sama"][/caption]

Melihat dia dengan rasa percaya diri bersepeda ke gedung parlemen di sebuah kota London dan ibu kota negara besar seperti Inggris rasanya tidak bisa dikatakan hal biasa. Namun dia terlihat cuek saja dan di dalam ruang sidang malah terlihat dia percaya diri dengan berbagai pernyataan tentang isu-isu mutakhir. Tampak integritas pribadinya yang menguasai persoalan-persoalan kenegaraan di Inggris. Cameron yang lahir 9 October 1966 ketika menjadi anggota parlemen mewakili konstituen Witney di Oxfordshire. Setelah berkarir di swasta, dia masuk dunia politik dengan mencalonkan diri menjadi anggota parlemen di Stafford tahun 1997. Jadi usia dia sekitar 31 tahun saat itu. Namun ternyata pengalaman pertama ini berakhir dengan kegagalan. Dia tidak masuk parlemen karena tak terpilih. Tahun 2001 dia mencoba lagi peruntungannya mewakili Witneyd, Oxfordshire. Dan kali ini berhasil. Pengalaman dia sebagai bagian kehumasan di perusahaan swasta tampaknya membantu dia bergaul dalam politik. Dua tahun kemudian sesudah 2001, dia duduk di barisan utama kubu oposisi di parlemen. Barisan pertama tempat duduk di parlemen ini akan mewakili suara partai untuk berdebat dengan partai berkuasa biasanya setiap hari Rabu pukul 14.00 waktu London. Tahun 2005 namanya meroket lagi karena menjadi kepala koordinasi kebijakan selama pemilu 2005, semacam humas dan juru bicara. Nah modal selama pemilu ini memang menguntungkan ketika Partai Konservatif ini benar-benar terpuruk sebagai partai masa lalu. Cameron tampil menjadi wajah baru Konservatif mengingatkan Blair saat melawan John Major tahun 1997. [caption id="attachment_112888" align="aligncenter" width="640" caption="Penghitungan suara hasil pemilu di salah satu borough di London dilakukan manual dan langsung diketahui pada pagi dinihari (Foto:Asep)"][/caption]

Citranya ketika tahun 2005 adalah muda, moderat dan sederhana sehingga pemilih menyukainya. Maka akhirnya dia memimpin Partai Konservatif tahun 2005 di saat justru Partai Buruh mengalami krisis kepemimpinan sesudah dipegang Tony Blair dan kemudian Gordon Brown. Pendulum kekuasaan agaknya memihak Cameron sehingga tahun 2010 dalam pemilu menegangkan dan panas karena hasil pemilu tidak meyakinkan, Cameron jadi Perdana Menteri mulai Mei 2010. Disinilah sejarah terukir baru di Inggris. Pada usia 43 tahun, ya bayangkan 43 tahun, Cameron menjadi Perdana Menteri Inggris termuda ketika naik tanggal 11 Mei 2010. Katanya, Cameron termasuk golongan PM muda di Inggris  sejak Earl of Liverpool 198 tahun lalu. Uniknya lagi dia menjadi perdana menteri dalam pemerintahan koalisi pertama sejak berakhirnya Perang Dunia II tahun 1945. Wakil PM Nick Clegg yang mendampingi Cameron tak kalah mudanya. Dia lahir 7 Januari 1967 dengan nama lengkap Nicholas William Peter "Nick" Clegg. Berarti lebih muda terpaut hanya tiga bulan. Luar biasa bukan, seorang yang kelahiran tahun 1967 sudah menduduki tangga pemimpin orang kedua di Inggris. Dia juga seorang tokoh politik dari partai minoritas Demokrat Liberal yang namanya pun bagi orang Indonesia mungkin terasa asing. Di ajang politik dimana hanya dua partai bergantian berkuasa sejak 1945 setidaknya, Demokrat Liberal adalah pendatang baru. [caption id="attachment_112890" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu foto kampanye Partai Demokrat Liberal pada tahun 2005 sebelum Nick Clegg memimpin (Foto:Asep)"][/caption]

Clegg ikut menduduki jabatan yang langka adanya di Inggris ini karena pemilu tidak menghasilkan suara mutlak Buruh atau Konservatif. Makanya sekarang dimanakan koalisi Demorkrat Liberal dan Konservatif. Tokoh muda ini sudah aktif di legislatif sebaga anggota Parlemen Eropa mewakili kawasan East Midlands dari 1999-2004. Dan baru tahun 2005 dia mendarat di Parlemen Inggris mewakili Sheffield Hallam. Kehadirannya menarik partai ini dan langsung dijadikan juru bicara bidang dalam negeri pada tahun 2006. Tahun 2007 merupakan kemenangan bagi dirinya ketika mengalahkan Chris Huhne dalam perebutan jabatan kepemimpinan di Partai Demokrat Liberal. Karirnya meroket dengan cepat sesudah menjadi anggota parlemen 2005 lima tahun kemudian dia menjadi WakiL Perdana Menteri Inggris. Sebelumnya tidak terbayangkan seorang Clegg yang membawa gerbong kecil Demokrat Liberal yang berada di dua kekuatan Buruh dan Konservatif bisa menjadi seorang pemimpin Inggris yang diperhitungkan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana masa depan partai kecil ini apakah Inggris akan menjadi benar-benar multi partai dengan kehadiran Demokrat Liberal atau eksperimen ini hanya sebentar lagi, pemilih akan kembali ke basis tradisionalnya, waktu lah yang akan menentukannya. Catatan dari kehadiran dua pemimpin muda Inggris adalah pelajaran berharga bagi siapapun, bagi  negara manapun dan bagi pemimpin dimanapun. Usia muda bukanlah batasan untuk tidak memikul tanggung jawab besar. Sebaliknya usia tua juga tidak menjamin kemampuan dan pengalamannya bisa bersaing dengan yang muda. Semuanya ditentukan oleh integritas pribadi, faktor kepemimpinan, perhatian kepada masalah kenegaraan, kedekatan dengan rakyat untuk pandai mengartikulasikan kepentingan mereka serta visi ke depan akan menjadi dasar dalam kelahiran para pemimpin muda yang tidak dikarbit, tetapi lahir dari rahim masyarakat. *** Catatan: sebagian foto dari berbagai sumber di internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun