Mohon tunggu...
Muhammad Asep Saputra
Muhammad Asep Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Seni mendengarkan: rahasia komunikasi yang sering di lupakan

19 Januari 2025   19:15 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali lebih fokus pada kemampuan berbicara dibandingkan mendengarkan. Banyak orang merasa perlu menyampaikan pendapat, berbagi cerita, atau mengutarakan argumen, hingga lupa bahwa komunikasi yang baik tidak hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan. Padahal, mendengarkan adalah kunci penting yang sering kali terlupakan dalam membangun hubungan yang harmonis.

Mendengarkan bukan sekadar duduk diam sambil menunggu giliran berbicara. Mendengarkan yang sebenarnya berarti memberikan perhatian penuh pada lawan bicara, memahami apa yang ingin mereka sampaikan, baik melalui kata-kata maupun isyarat nonverbal. Ketika seseorang merasa didengarkan, mereka merasa dihargai dan lebih nyaman untuk berbagi. Namun, banyak dari kita yang lebih sibuk memikirkan jawaban atau tanggapan berikutnya daripada benar-benar memahami isi pembicaraan.

Kurangnya kemampuan mendengarkan sering menjadi penyebab utama kesalahpahaman, konflik, bahkan keretakan hubungan. Dalam hubungan keluarga, misalnya, banyak masalah yang muncul bukan karena kurangnya komunikasi, tetapi karena tidak ada yang benar-benar mendengarkan. Kita sering mendengar hanya untuk menjawab, bukan untuk memahami.

Mendengarkan dengan baik membutuhkan empati. Ini berarti mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang lawan bicara. Apa yang mereka rasakan? Apa pesan yang ingin mereka sampaikan? Hindari kebiasaan seperti memotong pembicaraan, mengalihkan topik, atau sibuk dengan hal lain saat seseorang sedang berbicara. Fokuskan perhatian sepenuhnya kepada mereka.

Kemampuan mendengarkan ini juga sangat penting dalam dunia kerja. Ketika karyawan merasa didengarkan oleh atasannya, mereka akan merasa dihargai dan lebih termotivasi. Sebaliknya, atasan yang terbuka untuk mendengarkan masukan dari timnya dapat menciptakan suasana kerja yang lebih positif dan produktif.

Bagaimana kita bisa melatih seni mendengarkan? Pertama, luangkan waktu untuk benar-benar hadir dalam percakapan. Singkirkan distraksi, seperti ponsel atau pikiran-pikiran lain yang mengganggu. Kedua, gunakan bahasa tubuh yang mendukung, seperti kontak mata atau anggukan, untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkan. Ketiga, berikan tanggapan yang relevan untuk menegaskan bahwa Anda memahami apa yang disampaikan.

Dengan mendengarkan, kita tidak hanya membangun hubungan yang lebih baik, tetapi juga memperluas pemahaman dan wawasan kita. Mendengarkan adalah cara sederhana untuk menunjukkan kepedulian dan rasa hormat kepada orang lain.

Jadi, mari mulai melatih diri untuk menjadi pendengar yang lebih baik. Sebab, dalam setiap percakapan, mendengarkan bukan hanya tindakan kecil, tetapi langkah besar menuju hubungan yang lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun