Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Orang-Orang yang Tersesat

30 Januari 2022   06:32 Diperbarui: 30 Januari 2022   06:35 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di dunia sebenarnya sedang menempuh sebuah perjalanan menuju alam keabadian dalam kebahagiaan. Oleh karena itu, jangan sampai kita menempuh jalan yang salah hingga akhirnya tersesat, yang pada akhirnya tidak sampailah kita pada tujuan akhir kita itu.

Siapa orang yang yang bisa tersesat?

Dalam al-Qur'an, telah ditunjukkan jalan lurus yang bisa ditempuh oleh orang yang tidak ingin tersesat. Orang yang dengan sengaja mengambil jalan sendiri diluar jalan yang sudah ditunjukkan oleh syariat Allah Swt dan Rasulullah Saw berarti telah mengambil jalan sesat. Siapa saja mempunyai potensi menjadi orang tersesat, termasuk orang yang mengaku beragama.

Mengapa orang yang beragama bisa tersesat?

Mungkin saja, karena dalam menjalankan agamanya, ia melakukan ritual-ritual ibadah diluar yang telah diatur oleh syariat. Misal karena merasa terlalu taat dalam beragama lalu ia menambah laku ibadah yang sudah ditentukan. Orang yang seperti ini bisa tersesat dalam beragama.

Dalam tafsir Al-Azhar dijabarkan tentang kriteria orang tersesat dalam beragama:

  1. Golongan orang yang sama sekali tidak menerima seruan dakwah, atau sebenarnya dakwah itu sudah sampai kepada mereka, akan tetapi mereka menerima dakwah itu baru sebatas di pancaindera dan akal saja. Dakwah itu belum masuk dalam hati atas dasar tuntunan agama. Orang-orang seperti ini mungkin saja sukses atau tidak sesat di kehidupan dunia. Akan tetapi untuk menuju kebahagiaan kehidupan akhirat mereka akan menemukan jalan yang sesat.
  2. Golongan orang yang sudah menerima dakwah, sudah ada ketertarikan hati terhadap dakwah yang mereka terima, akan tetapi sebelum dakwah itu mereka imani, mereka meninggal dunia.
  3. Golongan orang yang sudah menerima dakwah kebenaran, dan mereka akui kebenaran dakwah itu, akan tetapi mereka tidak mau menggunakan akal dan pikirannya untuk mempelajari dan mendalami ajaran kebenaran itu. Mereka lebih memilih memperturutkan hawa nafsu dalam beribadah. Bahkan tetap berpegang teguh pada adat kebiasaan nenek moyang meski adat itu bertentangan dengan syariat kebenaran yang mereka terima.
  4. Golongan orang yang sesat dalam beramal. Mereka mempermainkan hukum syariat yang mereka terima. Akal pikirannya digunakan untuk mengakali hukum ketetapan syariat.

Misal, orang yang sebenarnya sudah jatuh kewajiban mengeluarkan zakat, akan tetapi mereka mencoba mengakalinya bagaimana supaya mereka tidak terkena kewajiban berzakat. Pada waktu mendekati nishob, dipindahkanlah kepemilikan harta itu kepada sanak familinya, namun ketika masa itu sudah terlewati diambillah kembali harta itu. Menurutnya hal itu bisa mengamankan hartanya sehingga tidak terkurangi dengan zakat.

Semoga kita terhindar dari karakter golongan orang-orang yang sesat ini. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun