Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukti Kasih Sayang Allah SWT

11 Januari 2022   05:45 Diperbarui: 11 Januari 2022   05:53 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam surat al-Fatihah disebutkan bahwa Allah Swt itu memiliki sifat ar-Rahman dan ar-Rahim, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kedua sifat ini semakna dengan kata rahmat Allah Swt. Sifat Allah Swt ini banyak diulang dan diulas dalam al-Qur'an yang menunjukkan betapa Maha Rahman dan Rahimnya Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya, terutama kepada manusia. Bukankah Allah Swt itu adalah "Rabbun" Zat pemelihara dan pendidik kita? Maka sifat pemeliharaan Allah Swt terhadap hamba-Nya adalah atas dasar kasih dan sayang-Nya. Pemeliharaan dan pendidikan yang diberikan Allah Swt bukan untuk kepentingan Allah Swt sendiri, melainkan untuk kebaikan hamba-Nya. Tidak seperti suatu lembaga/instansi yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan terhadap karyawannya dengan harapan agar karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan itu kompetensinya meningkat lebih baik sehingga membawa keuntungan bagi lembaga/instansinya.

Sifat manusia adalah pelupa. Sering kita lupa pada Rahman dan Rahim-Nya. Padahal manusia tidak dapat dipisahkan dari Rahman dan Rahim-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita senantiasa diliputi dengan Rahman dan Rahim-Nya. Coba kita renungkan, betapa matahari itu adalah bukti dari Rahman dan Rahim-Nya kepada manusia? Tak bisa kita bayangkan bagaimana jadinya jika matahari yang merupakan sumber kehidupan alam semesta itu tidak diterbitkan dalam sehari atau dua hari saja. Pada saat itu akan terasalah betapa kita sangat butuh pada Rahman dan Rahim-Nya yang berupa matahari. Dimasa sekarang ini, listrik sudah menjadi kebutuhan pokok manusia hingga mudahlah berbagai pekerjaan dan segala aktivitas manusia karena adanya listrik. Listrik adalah bentuk Rahman dan Rahimnya Allah Swt. Akan sangat terasa betapa kita sangat membutuhkan Rahman dan Rahimnya Allah Swt tersebut manakala ada kerusakan/gangguan di pusat listrik sehingga aliran listrik tidak mengalir sampai kerumah-rumah. Disaat semuanya beres, kita lupa. Tapi disaat ada yang tidak beres, baru kita sadar.

Kita juga bisa melihat Rahman dan Rahimnya Allah Swt dilimpahkan kepada binatang. Hingga ada ungkapan "sejahat-jahatnya harimau, dia tidak akan memakan anaknya sendiri". Ungkapan ini dapat kita rasakan kebenarannya, karena sejatinya naluri yang ada pada setiap binatang diliputi Rahman dan Rahimnya Allah Swt. Misal kita perhatikan seekor induk ayam. Sang induk selalu sibuk mengais makanan, dihancurkanlah menjadi kecil-kecil makanan yang didapat itu lalu dipanggillah anak-anaknya. Setelah datang anak-anaknya diberikanlah makanan itu kepada mereka sementara sang induk tidak mengambil bagian dari makanan itu. Ketika datang bahaya mengancam, sang induk ayam akan rela dengan segenap kekuatan melindungi anak-anaknya tanpa mempedulikan seberapa besar bahaya yang akan menimpanya. Semua berkat Rahman dan Rahim-Nya yang dilimpahkan kepada induk ayam itu.

Rahman dan Rahimnya Allah Swt pun disematkan dalam setiap jiwa manusia. Bisa kita lihat pada seorang ibu yang tengah mengandung. Selama sembilan bulan ia diliputi kepayahan karena kehamilannya, namun tak sedikitpun ada kebencian terhadap bayi yang dikandungnya. Saat hendak melahirkan, hidupnya dipertaruhkan. Rasa sakit menyerang mendekati detik-detik kelahiran sang bayi hingga membawanya pada keadaan antara hidup dan mati. Sang suami pun ikut merasakan kecemasan yang luarbiasa. Berdoa penuh harap sang ibu dan buah hati selamat dua-duanya. Saat anak terlahir, terdengar tangis menggema, senyumlah yang tercipta, tangis bahagia menyambut kelahiran sang bayi tercinta. Sirna semua kepayahan, raib seketika semua rasa sakit, dihapus oleh tangis sang buah hati.

Ya Rahman ya Rahim...

Dengan-Mu kami hidup. Karena-Mu kami berkasih sayang. Kau tanamkan Rahman Rahim-Mu dalam jiwa kami. Betapa besar kasih dan sayang-Mu kepada makhluk-Mu, hingga karenanya sirnalah kebencian, dendam dan iri dengki diantara kami. Maafkan kami yang sering lupa. Ampuni kami yang belum hadirkan syukur dihati kami dengan sebenar-benar kesyukuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun