Ajaran utama setiap Rasul utusan Allah Swt adalah tauhid. Tauhid ada dua, yang pertama tauhid uluhiyah dan yang kedua tauhid rububiyah. Tauhid uluhiyah berarti mengesakan Allah Swt dalam peribadatan. Menujukan segala bentuk peribadatan hanya untuk Allah Swt, bukan untuk yang lain. Sedangkan tauhid rububiyah bermakna mengesakan Allah Swt dalam segala perbuatan-Nya dengan keyakinan bahwa hanya Allah Swt saja yang mencipta dan memelihara segala ciptaan-Nya.
Dalam kalimat tahmid, alhamdulillahirabbil 'alamin, terkandung ajaran kedua macam tauhid tersebut. Tauhid uluhiyah tersemat pada kalimat "Alhamdulillah", dan tauhid rububiyah tersimpul pada kalimat "rabbil 'alamiin". Prof. Hamka menyatakan bahwa kata "Alhamdulillah" yang bermakna segala puji-pujian hanya untuk Allah Swt. Tidak ada yang lain yang berhak mendapat pujian itu. Meskipun, misalnya ada seseorang berjasa baik kepada kita dan kita memujinya, hakikat pujian itu hanya kepada Allah Swt. Sebab, orang itu tidak akan dapat berbuat apa-apa kalau tidak karena Allah Swt. Kita boleh kagum pada bangunan megah yang menjulang tinggi karya seorang arsitek hebat, tapi coba kita renungkan, siapa yang memberi ilham arsitek itu bisa merancang bangunan semegah itu kalau bukan Allah Swt. Kehebatan apa pun yang melekat pada diri setiap makhluk, hakikatnya berasal dari Allah Swt. Maka, tidak ada yang lebih pantas mendapat sanjungan dan pujian kecuali Allah Swt. Alhamdulillah.
Lebih lanjut Prof. Hamka menjabarkan kandungan tauhid dalam kalimat "Rabbil 'alamin". Dalam kalimat tahmid disebutkan bahwa Allah Swt adalah "Rabbun" yang artinya Allah Swt itu bukan hanya pencipta alam semesta semata, melainkan pemeliharanya pula. Bukan saja Ia menjadikan semata, namun Ia pun yang mengaturnya. Bisa kita ambil misal matahari, bulan, bintang-bintang atau pun bumi ini. Sesudah semua itu diciptakan oleh Allah Swt, tidaklah kemudian mereka dibiarkan begitu saja, melainkan dipelihara  dan dikuasai sepenuhnya secara terus menerus oleh Allah Swt. Coba kita renungkan, bagaimana bisa matahari, bulan, dan bintang-bintang beredar tepat pada garis edarnya sedemikian teraturnya selama berjuta-juta tahun lamanya kalau bukan berkat pemeliharaan dari Allah Swt sebagai "Rabbun"?. Demikian pun manusia. Ia tidak serta merta diciptakan yang kemudian dibiarkan begitu saja. Bahkan semenjak masih berupa setitik cairan yang kemudian berubah menjadi segumpal daging hingga berwujud seorang manusia yang kemudian lahir ke dunia, sampai menjadi makhluk yang berakal hingga meninggal kelak, tidaklah lepas dari pengawasan dan pemeliharaan Allah Swt sebagai pencipta sekaligus pemelihara.
Oleh karena itu segala puji hanya pantas kita tujukan kepada Allah Swt Tuhan sekalian alam. Ajaran tauhid dalam kalimat tahmid ini begitu dalam maknanya, tidak sebatas ucapan rasa syukur semata melainkan bentuk pengakuan diri setiap hamba kepada Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan dipuja karena hanya Dia Zat pencipta sekaligus pemelihara alam semesta beserta seluruh isinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H