Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramadan Hemat, Finansial Sehat: Asal Jangan Kormo Tetapi Apel dan Sirzaq

15 Maret 2025   12:38 Diperbarui: 15 Maret 2025   19:48 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pexels-pixabay-53621

Misalnya, sebuah produk diberi label harga Rp. 99.900. Sekilas, angka ini terlihat lebih murah dibandingkan Rp. 100.000, padahal selisihnya hanya Rp. 100. Karena terbiasa membaca dari kiri ke kanan, banyak orang secara tidak sadar menganggap harga tersebut masih di kisaran Rp. 99.000, bukan mendekati Rp. 100.000. Dengan trik sederhana ini, penjual bisa menarik lebih banyak pembeli dan meraup keuntungan besar dari jumlah barang yang terjual.

Kita sering kali terpikat dengan angka kecil tanpa menyadari dampaknya pada total pengeluaran. Oleh karena itu, penting untuk selalu cermat dan rasional dalam berbelanja. Jangan biarkan strategi pemasaran menggiring kita pada pembelian impulsif yang sebenarnya tidak diperlukan.

3. Prioritaskan Sedekah dan Zakat

Bulan Ramadan adalah waktu yang istimewa, penuh dengan limpahan keberkahan dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Di bulan suci ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amal kebaikan, salah satunya adalah bersedekah. 

Sedekah bukan sekadar bentuk kepedulian sosial, tetapi juga merupakan amalan yang membawa banyak manfaat, baik bagi pemberi maupun penerima. Dengan bersedekah, seseorang tidak hanya mengumpulkan pahala yang berlimpah, tetapi juga membersihkan hartanya dan menebarkan kebaikan kepada sesama. Dalam ajaran Islam, sedekah yang dilakukan di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Hal ini karena Ramadan adalah bulan penuh rahmat, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. 

Namun, dalam melaksanakan sedekah dan zakat, penting untuk memastikan bahwa pemberian tersebut tidak mengganggu kondisi keuangan pribadi. Hitunglah dengan cermat berapa jumlah zakat yang wajib dikeluarkan sesuai ketentuan agama, dan sisihkan dana sedekah sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu." (QS. Al-Baqarah: 267).

Ayat ini mengingatkan kita untuk memberikan sebagian rezeki yang halal dan baik, namun tetap dalam batas kemampuan.

Selain itu, Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan sedekah di bulan Ramadan dalam sebuah hadis. Beliau bersabda: 

"Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan."  (HR. Tirmidzi) 

Hadis ini menunjukkan betapa istimewanya bersedekah di bulan Ramadan. Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian sosial, tetapi juga sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sedekah yang dilakukan di bulan penuh berkah ini memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan sedekah di bulan lainnya, karena setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Dengan bersedekah di bulan Ramadan, seorang Muslim tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga meraih keberkahan dan ridha Allah SWT.

Dalam semangat memberi dan berbagi di bulan Ramadan, sering kali kita begitu antusias bersedekah kepada orang lain, namun tanpa sadar justru melupakan keluarga dan kerabat dekat. Padahal, dalam Islam, sedekah kepada keluarga tidak hanya bernilai sebagai amal kebajikan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam beberapa hadis Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 

"Ada orang yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama?' Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Sedekahnya orang yang tidak punya, dan dahulukan bersedekah kepada orang yang menjadi tanggunganmu.'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim; dengan sanad yang sahih) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun