Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memulai Hari dengan Syukur: Rahasia Ketenangan Hati

14 Januari 2025   06:09 Diperbarui: 14 Januari 2025   06:09 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat dengan Canva (Dokpri)

Pembukaan

Tatkala fajar mulai merekah di ufuk timur, gema suara adzan menggema, memanggil insan yang masih tenggelam dalam lelap malam. Perlahan, sinar mentari yang malu-malu merayap naik, mencari celah di antara awan yang lembut dan dedaunan yang masih basah oleh embun. Cahaya itu, utusan Sang Khalik, hadir untuk menjalankan titah-Nya, menerangi dunia yang dengan setia menunggu hadirnya kehangatan pagi, mengusir sisa-sisa gelap malam, dan memberikan kehidupan baru pada setiap makhluk.

Pada saat itu, manusia perlahan bergerak, menyibakkan selimut dan bangkit dari peraduan. Di tengah embun pagi yang masih setia menemani, seorang Muslim memulai harinya dengan rasa syukur yang mendalam. Lirih, namun penuh makna, ia mengucapkan, "Alhamdulillaah al-ladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihi an-nusyuur", segala puji bagi Allah yang telah membangkitkan kami setelah kami terlelap dalam tidur, dan kepada-Nyalah kami akan kembali. Ucapan ini bukan sekadar kata, melainkan sebuah pengakuan akan rahmat dan kuasa-Nya yang tiada banding, mengawali hari dengan ketundukan dan harapan dalam kehadiran-Nya.

Memulai hari dengan memuji Allah adalah sebuah langkah yang mulia, mengawali pagi dengan kesadaran bahwa hanya Dia yang berhak menerima segala pujian. Ucapan syukur ini menjadi ungkapan terima kasih atas anugerah-Nya yang tiada tara, mengizinkan kita bangkit kembali setelah malam berlalu, sebuah simulasi kematian yang mengingatkan betapa rapuhnya hidup ini. Jika Allah berkehendak lain, mungkin kita tak lagi dapat membuka mata untuk melihat dunia, bertemu sanak keluarga, atau menatap istri tercinta. Oleh karena itu, wajar dan sepantasnya kita memulai hari dengan hati penuh syukur kepada Allah, Rabb Yang Maha Pengampun, sebagai tanda pengakuan atas rahmat-Nya yang tak terhingga.

Mari kita renungkan setiap kalimat yang tersusun dalam doa bangun tidur tersebut. Setiap kata memiliki makna yang dalam, menggambarkan rasa syukur, pengakuan atas kekuasaan Allah, dan kesadaran akan hubungan kita dengan-Nya. Kalimat demi kalimat dalam doa ini seakan mengajarkan kita untuk tidak pernah melupakan Sang Pencipta, yang telah membangunkan kita dari tidur (sebuah keadaan yang menyerupai kematian) dan memberi kita kesempatan baru untuk menjalani hidup dalam ridha-Nya.

Alhamdu Lillaah,

Kalimat pertama yang diucapkan, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Sempurna dalam segala sifat-Nya. Sebagai hamba-Nya, kita tidak layak memuji diri sendiri, karena semua yang kita miliki hanyalah titipan dari-Nya. Jadikanlah hati dan lisan kita penuh dengan pujian kepada Yang Maha Terpuji, karena hanya Dia yang pantas menerima segala sanjungan. 

Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk meraih keridhaan-Nya, meskipun dunia mungkin tidak menyukai kita. Sebab, lebih baik mendapat "like" dari Allah daripada berusaha menyenangkan hati makhluk yang tak abadi. Puncak kebahagiaan yang sejati adalah ridha Allah, jadi terus berikhtiar dan berserah diri.

Al ladzii Ahyaanaa,

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghidupkan kita kembali pagi ini, setelah melalui simulasi kematian tadi malam dalam tidur. Sebuah nikmat yang seringkali terlupa, namun begitu besar nilainya. Untuk itu, marilah kita terus mensyukuri nikmat kehidupan yang telah Allah karuniakan kepada kita. 

Kehidupan ini adalah anugerah dan kesempatan yang tiada tara. Saat kita merasa seolah kehilangan segalanya, sadarkan diri kita bahwa kehidupan itu sendiri adalah harta paling berharga. Betapa banyak orang yang telah meninggal dunia, menjerit memohon agar dihidupkan kembali, meski hanya sesaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun