Investasi Terbaik untuk Masa Depan
Kemandirian Sejak Dini,Ketika seseorang memutuskan untuk mengerjakan sesuatu sendiri, sering kali muncul beragam pandangan dari orang lain. Ada yang memuji kemandirian tersebut, tetapi tak jarang juga muncul kritik. Beberapa mungkin menilai tindakan itu sebagai bentuk keegoisan, bahkan melabelinya dengan sebutan "pelit" karena dianggap tidak ingin berbagi rezeki dengan orang lain. Di sisi lain, jika pekerjaan itu diserahkan kepada tukang atau ahli, biayanya sering kali cukup tinggi, sehingga menciptakan dilema bagi sebagian orang dalam mengambil keputusan.
Apa yang Mau Dikerjakan, Direncanakan
Saya lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang hidup sederhana, jauh dari kemewahan. Meski begitu, ada nilai-nilai berharga yang selalu ditanamkan oleh orang tua kepada saya dan adik-adik.Â
Kami diajarkan untuk tidak selalu bergantung pada orang lain. Sebisa mungkin, apa yang bisa kami kerjakan sendiri harus dilakukan sendiri, tanpa harus meminta bantuan dari orang lain kecuali benar-benar diperlukan.Â
Prinsip ini membentuk karakter kami menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
Pada suatu malam di tahun 1983, usai melaksanakan shalat Isya, keluarga kami berkumpul di ruang tengah, diterangi cahaya temaram dari lampu minyak tanah.Â
Malam itu terasa hangat, bukan hanya karena keakraban yang terjalin, tetapi juga karena kebiasaan kami mendengarkan Bapak berbicara. Dengan suara tenangnya, Bapak mulai menjelaskan rencana kegiatan untuk esok hari.Â
Beliau memberi arahan dengan detail, menyebutkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan siapa di antara kami, saya maupun adik-adik, yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.Â
Itu adalah momen yang selalu mengajarkan kami arti kerja sama dan tanggung jawab dalam keluarga.
Dalam istilah yang lebih modern, momen seperti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai sebuah meeting antara atasan dan stafnya. Bedanya, kali ini terjadi dalam suasana keluarga, di mana Bapak berperan sebagai pemimpin yang membahas rencana kerja untuk keesokan hari.Â