Dibandingkan dengan kelas rendah, siswa kelas 4, 5, dan 6 sudah lebih memahami karakter masing-masing, sehingga penampilan mereka di pentas seni terasa lebih hidup dan ekspresif.Â
Setiap gerakan, dialog, dan ekspresi wajah mencerminkan kedewasaan mereka dalam menghayati peran. Penonton pun terpukau oleh bagaimana mereka menghidupkan cerita, tarian, dan musik dengan percaya diri dan kesungguhan.Â
Pentas seni kali ini benar-benar menjadi panggung bagi mereka untuk menunjukkan keunikan dan potensi luar biasa yang dimiliki.
Para pembaca puisi tampil dengan penuh penghayatan, membuat setiap diksi yang diucapkan terasa mendalam dan bermakna.
Kata-kata dalam puisi seolah hidup, menyentuh hati setiap pendengar yang menyimaknya. Sementara itu, pembaca pantun hadir dengan gaya yang penuh kehangatan, seakan menuntun penonton untuk memahami arti yang tersurat dan tersirat dalam setiap baitnya.Â
Dengan intonasi yang tepat dan ekspresi yang cermat, mereka berhasil menciptakan suasana yang memikat dan sarat makna.
Penutup.
Acara pentas seni ditutup dengan penampilan istimewa dari para guru yang berbalas pantun, menghadirkan gelak tawa dan suasana hangat di tengah penonton.Â
Setelah itu, seluruh siswa bersama-sama menyanyikan lagu Himne Guru dengan penuh penghayatan, menghormati dan mengapresiasi perjuangan para pendidik.Â
Sebagai penutup, doa dipanjatkan dengan khidmat, dipimpin oleh guru agama, memohon keberkahan dan kelancaran dalam setiap langkah kebaikan. Momen ini menjadi penutup sempurna yang sarat makna dan kehangatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H