Dalam era modern yang serba instan, makanan olahan semakin mudah diakses dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, di balik kemudahan dan kenikmatan yang ditawarkan, makanan olahan seringkali mengandung bahan tambahan, pengawet, dan gula berlebih yang dapat membahayakan kesehatan. Di tengah maraknya konsumsi makanan olahan, konsep real food atau makanan asli kembali digaungkan sebagai solusi untuk hidup lebih sehat.
Bagi kami yang tinggal di dusun, kampung, atau kota kecil, ajakan untuk mengonsumsi real food terasa seperti panggilan untuk kembali ke akar, seolah mengajak kami kembali ke alam, back to nature. Di tempat-tempat ini, alam dan kesederhanaan masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, konsep real food bukanlah hal baru, melainkan cara untuk menghidupkan kembali pola makan yang lebih alami dan sehat, selaras dengan apa yang telah diwariskan oleh lingkungan sekitar.
Dulu, saat kami bekerja di sawah, merumput di sela-sela barisan tanaman padi ("matun" kata orang Yogyakarta, "ngarambet" kata orang Bandung), bekal dari rumah hanya sederhana. Kami membawa nasi, sambal, dan lauk ikan asin goreng. Sambal yang kami bawa biasanya sambal kacang tanah, yang oleh orang Bandung dikenal sebagai su-uk, atau kadang sambal kemiri. Lalapannya? Tidak perlu repot-repot membawa dari rumah, karena di sekitar pesawahan selalu tersedia. Kami tinggal mencari antanan (pegagan), sintrong, atau jotang yang tumbuh liar. Bagi orang Bandung, lalapan ini sudah pasti sangat familiar dan menjadi teman makan sehari-hari di sawah.
Lalapannya dicuci dengan air yang langsung keluar dari mata air alami, mengalir jernih dari dalam tanah. Kesegarannya terasa lebih alami dan tentu saja, lebih sehat. Mata air ini memberikan sentuhan kebersihan yang alami dan murni, menjadikan lalapan segar dan penuh nutrisi, cocok untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sekarang, tidak ada lagi yang berani seperti dulu. Dahulu, orang-orang masih bisa menggunakan air secara langsung dari sumber-sumber alami, tapi sekarang air sudah terkontaminasi. Bahkan air yang mengalir ke sawah-sawah pun tak lagi terjamin kebersihannya, membuat kekhawatiran semakin besar dalam memanfaatkan sumber daya air untuk kebutuhan sehari-hari.
Langsung dari Alam
Real food mengacu pada makanan yang berasal langsung dari alam, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, daging segar, dan produk susu murni. Makanan ini tidak melalui proses pengolahan yang kompleks dan minim tambahan bahan kimia.
Bagi masyarakat perkotaan, memilih makanan segar, seperti buah-buahan, memerlukan kehati-hatian yang ekstra. Meskipun buah-buahan tersebut mungkin berasal dari alam langsung, perjalanan panjang dari tempat asal hingga sampai ke kota seringkali memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah buah-buahan itu masih sesegar saat pertama kali dipetik?
Ada juga kekhawatiran lain, seperti kemungkinan penggunaan bahan pengawet agar buah tetap tampak segar di rak-rak penjualan. Oleh karena itu, konsumen perlu lebih selektif dalam memastikan kualitas dan kesegaran makanan yang mereka beli.