Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Klarifikasi Cara Terbaik Hilangkan Sangsi

7 Oktober 2024   08:23 Diperbarui: 7 Oktober 2024   08:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klarifikasi Cara Terbaik Hilangkan Sangsi

Hari Minggu sering kali menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Setelah menjalani rutinitas yang padat dan melelahkan selama seminggu penuh, hari libur ini dimanfaatkan untuk melepas penat dan mencari ketenangan. Banyak yang memilih untuk hiling, menikmati alam, atau sekadar berjalan-jalan santai, berharap menemukan suasana yang mampu menyegarkan pikiran. Bagi sebagian orang, ini adalah momen untuk memulihkan energi, bersantai, dan mengembalikan semangat sebelum kembali menghadapi minggu kerja yang baru.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang lebih memilih menghabiskan waktu di kota atau kampung wisata, minggu ini saya memutuskan untuk menjalani hari dengan cara yang lebih sederhana, namun penuh makna. Alih-alih pergi ke tempat-tempat ramai, saya memilih untuk mengunjungi kebun kecil saya, tempat di mana tanaman yang saya rawat dengan telaten tumbuh subur. 

Saya memulai hari dengan berjalan-jalan di kebun kecil di samping rumah, mengamati beragam tanaman yang tumbuh subur, terutama pohon-pohon buah-buahan. Pohon durian Montong sedang berbunga, dan saya merasa senang melihat pertumbuhannya. Namun, pohon Musangking masih kecil dan belum menunjukkan tanda-tanda berbunga. 

Ketika beralih ke pohon mangga, beberapa sudah mulai berbunga, sementara yang lain telah berbuah sebesar kepalan tangan. Pohon-pohon lain juga mulai berbunga, dan menurut orang pertanian, hal ini terjadi karena kekeringan di musim kemarau, sehingga saat mendapat hujan, tanaman langsung bertunas dan berbunga. 

Salah satu yang paling menyenangkan adalah pohon Anggur Brasil, yang kali ini mulai berbuah lebih lebat dari sebelumnya. Rasanya puas sekali melihat buah-buahan ini tumbuh dengan baik.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Sekitar pukul 8 pagi, saya memutuskan untuk pergi ke kebun sawit yang paling jauh dari rumah. Perjalanan yang cukup panjang membawa saya tiba di kebun tersebut sekitar pukul 8.15. Meskipun jaraknya lumayan jauh, suasana kebun yang tenang dan segar selalu membuat perjalanan terasa sepadan.

Saat berjalan di kebun sawit, saya memperhatikan kondisi lahan yang dipakai oleh petani untuk menanam cabai sebagai bagian dari kerja sama saling menguntungkan, sebagaimana yang saya tulis dalam artikel berjudul 'Simbiosis Mutualisme ala Petani.' Syukur, Alhamdulillah, gangguan Kumbang Tanduk yang sempat meresahkan kini sudah jauh berkurang. 

Pohon-pohon sawit mulai menunjukkan tunas-tunas baru yang segar, tanda bahwa pertumbuhannya kembali stabil. Kebun pun tampak bersih, terawat dengan baik, dan siap untuk ditanami bibit-bibit tanaman baru. Semua ini menambah optimisme akan panen yang lebih baik ke depannya, berkat kerjasama yang bermanfaat antara petani dan pemilik kebun.

Saat berpindah ke kebun yang lain, saya terkejut melihat banyak brondolan sawit berserakan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Ini pertanda bahwa sawit-sawit tersebut baru saja dipanen. Kecemasan mulai muncul dalam benak saya, apakah sawit ini dipanen oleh orang kepercayaan saya, atau justru diambil oleh orang lain tanpa izin? Biasanya, panen dilakukan pada hari Minggu, tetapi kali ini terlihat berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun