Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menata Hati dalam Mencari Rezeki

11 September 2024   18:46 Diperbarui: 11 September 2024   18:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menata Hati dalam Mencari Rezeki

Mencari rezeki adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Ada banyak tantangan yang dihadapi saat berusaha mendapatkan rezeki, seperti persaingan yang ketat, masalah ekonomi, dan tekanan sosial. Namun, selain bekerja keras dan pintar dalam mengelola peluang, menata hati juga sangat penting, yang sering terlupakan dalam proses mencari rezeki.

Banyak orang terjebak dalam pandangan yang keliru tentang cara mencari rezeki. Mereka kerap menempuh jalan yang salah dengan harapan mendapatkan berkah yang lebih besar atau keberuntungan dalam hidup. Beberapa orang rela mendaki gunung demi mencari berkah di tempat-tempat yang dianggap keramat. Ada pula yang mengandalkan dukun untuk menentukan hari baik membuka usaha, berharap perhitungan mistis tersebut akan membawa kesuksesan. Bahkan, tidak sedikit yang tergoda untuk menggunakan jimat, yang mereka pasang di tubuh atau rumah mereka, dengan keyakinan bahwa benda tersebut dapat mendatangkan rezeki dan mengusir segala kesialan.

Keyakinan seperti ini sering kali menyimpang dari ajaran yang benar dan tidak menghasilkan hasil yang diharapkan. Jalan rezeki yang baik dan berkah sejatinya terletak pada usaha yang jujur, doa yang tulus, dan kepasrahan kepada Tuhan. Mengandalkan praktik-praktik ini hanya akan menjauhkan diri dari tujuan sebenarnya dalam mencari berkah, yaitu melalui kerja keras, keikhlasan, dan keberanian untuk menghadapi tantangan hidup tanpa bergantung pada hal-hal yang tidak jelas bermanfaat.

Keadaan seperti ini, telah disampaikan oleh Rasulullah kepada sahabatnya, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Abu Ya'la berikut:

"Pasti akan datang pada manusia suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi dengan apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram." (HR. Bukhari)

Padahal, Rasul mengajarkan kepada kita agar mencari rezeki yang halal dan baik bahkan hukumnya wajib bagi setiap muslim, karena dengan rezeki yang halal dapat mengantarkan orang itu semakin dekat kepada Allah.  Nabi Muhammad bersabda:

Rasulullah SAW. bersabda: "mencari rezeki yang halal hukumnya wajib atas setiap orang Muslim" (HR Thabrani).

Bila selalu mencari dan memakan rezeki yang halal, maka tubuhnya bersih. Tubuh yang bersih tidak kemasukan barang haram juga subhat, maka kemungkinan besar do'anya mustajab.

Kata orang, rezeki itu sudah ditakar dan tidak akan tertukar. Memang, menurut hadits nabi Muhammad SAW. bahwa takdir (rezeki) setiap makhluk itu telah ditentukan jauh sebelum langit dan bumi diciptakan. Namun, meskipun rezeki sudah diatur dan dijamin oleh Allah SWT, kita harus berusaha keras untuk menjemputnya sambil berdoa.

"Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR Muslim).

Setiap orang menerima jumlah rezeki yang berbeda-beda, tetapi Tuhan telah memberikan rezeki kepada setiap makhluk yang ada di dunia ini. Allah SWT telah mengatur rezeki dalam berbagai tingkat, tetapi kerja keras, dikombinasikan dengan amalan-amalannya, juga diperlukan untuk membuka jalan rezeki. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman:

"Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Saba: 36)

Menjaga keseimbangan antara usaha duniawi dan kedamaian batin adalah penting saat mencari rezeki. Ini bukan perkara mudah karena ketamakan dan ambisi sering muncul tanpa disadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun