Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berkah Hujan di Siang Bolong

24 Juni 2024   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2024   15:45 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toren penampungan air hujan (Dokpri)

Di siang bolong, langit tiba-tiba berubah drastis. Bumi yang sudah lama menanti dibasahi dengan hujan deras yang turun tanpa aba-aba. Rasa panas dan panas yang melanda hilang seketika dan digantikan dengan sensasi dingin yang menyegarkan.

Hujan ini seperti anugerah bagi Pak Sukiman, petani cabai yang menumpang di kebun sawit. Sekarang dia tidak perlu repot-repot menyiram tanamannya setiap sore. Tanaman cabai sudah basah oleh banyak air hujan, yang membuatnya lebih segar dan subur.

Tanaman-tanaman di sekitar rumah Akang juga tampak sumringah. Setelah kekurangan air, daun kembali hijau dan segar. Seolah-olah mereka ingin menyambut hujan dengan gembira.

Bagi Akang, penduduk desa Nusamakmur, hujan adalah sumber air utama selain membawa kesejukan. Sejak lama, Akang dan warga desa lainnya bergantung pada air hujan untuk mandi, cuci, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Toren penampungan air hujan (Dokpri)
Toren penampungan air hujan (Dokpri)
Wadah penampungah bila toren penuh (Dokpri)
Wadah penampungah bila toren penuh (Dokpri)
Saat hujan turun, Akang segera menuju tempat penampungan air hujan, yang terdiri dari tiga buah "toren". Setelah ketiga toren penuh, Akang membuka keran dan menampung air di wadah yang sudah disiapkan. Setelah lima belas menit, semua wadah terisi penuh. Kemudian, Akang beralih ke tempat penampungan air di depan rumah, seperti bak dan drum, dan memastikan semuanya terisi penuh.

Kolam penampungan pun penuh (Dokpri)
Kolam penampungan pun penuh (Dokpri)
Warga Desa Nusamakmur, yang sudah mulai kekurangan air, melihat hujan ini sebagai berkah. Wajah mereka menunjukkan rasa terima kasih. Tak heran mereka selalu mengucapkan doa "Alloohumma Shoyyiban naafi'an", yang berarti "Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat pada kami."

Di siang bolong ini, hujan adalah pengingat bahwa alam selalu memiliki cara unik untuk menyeimbangkan kehidupan. Selalu ada hujan yang siap membawa kehidupan dan kesegaran di balik panas matahari. Selain itu, bagi manusia, hujan adalah pengingat untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa selain sebagai sumber air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun