Di siang bolong, langit tiba-tiba berubah drastis. Bumi yang sudah lama menanti dibasahi dengan hujan deras yang turun tanpa aba-aba. Rasa panas dan panas yang melanda hilang seketika dan digantikan dengan sensasi dingin yang menyegarkan.
Hujan ini seperti anugerah bagi Pak Sukiman, petani cabai yang menumpang di kebun sawit. Sekarang dia tidak perlu repot-repot menyiram tanamannya setiap sore. Tanaman cabai sudah basah oleh banyak air hujan, yang membuatnya lebih segar dan subur.
Tanaman-tanaman di sekitar rumah Akang juga tampak sumringah. Setelah kekurangan air, daun kembali hijau dan segar. Seolah-olah mereka ingin menyambut hujan dengan gembira.
Bagi Akang, penduduk desa Nusamakmur, hujan adalah sumber air utama selain membawa kesejukan. Sejak lama, Akang dan warga desa lainnya bergantung pada air hujan untuk mandi, cuci, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di siang bolong ini, hujan adalah pengingat bahwa alam selalu memiliki cara unik untuk menyeimbangkan kehidupan. Selalu ada hujan yang siap membawa kehidupan dan kesegaran di balik panas matahari. Selain itu, bagi manusia, hujan adalah pengingat untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa selain sebagai sumber air.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI