Sungkeman dan silaturahmi kepada orangtua merupakan tradisi yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Dalam kegiatan ini, anak tertua memimpin sungkeman dan salaman yang dimulai oleh keluarganya, diikuti oleh anak kedua dan keluarganya, dan seterusnya hingga anak yang bungsu dan keluarganya.
Di desa kami Nusamakmur Kecamatan Air Kumbang Kabupaten Banyuasin masih membudaya kegiatan silaturahmi (berkunjung dari rumah ke rumah) selama tiga hari (lebaran ke-satu, ke-dua dan ke-tiga). Kegiatan ini berlangsung sejak awal kami menempati wilayah transmigrasi (Nusamakmur) tahun 1973. Kegiatan ini dilakukan setelah shalat Iedul fitri, bahkan ada yang tidak pulang ke rumah dulu tapi langsung berkunjung ke rumah tetangga terdekatnya. Yang berkunjung biasanya yang muda ke yang lebih tua dan atauke  keluarga yang kepala keluarganya dituakan didesa itu.
Mengutip perkataan Anis Baswedan, kegiatan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi budaya (maaf saya tidak akan membahas masalah budaya, karena saya tidak kompeten dalam masalah ini, bahkan cenderung impoten, hehehehe). Jadi kegiatan ini sudah membudaya di desa kami, jadi yang dari daerah asalnya tidak seperti itu (misal dari Cililin Kabupaten Bandung Barat) jadi ikutan mengikutinya, jadi wajar kalau disebut sudah membudaya di Nusamakmur.
Sebagai bagian dari warga Nusamakmur, keluarga besar kami biasanya melakukan kegiatan silaturahmi sekaligus sungkeman kepada orangtua, dilakukan setelah shalat Iedul fitri. Semua anak dan cucu berkumpul di rumah pokok orangtua kami. Mereka belum salaman sebelum kumpul semua, apalagi anak tertua belum datang.
Sungkeman dimulai dengan didahului oleh permohonan maaf dan do'a dari orangtua dengan dipimpin oleh anak tertua (biasanya belum apa-apa sudah banyak yang nangis), kemudian dilanjutkan oleh wejangan dari bapak/kakek/buyut kami. Dan setelah itu mushofahah (salaman) mulai dilakukan dengan didahului oleh anak tertua dan keluarganya, disusul anak kedua dan keluarganya, terus dilakukan sampai ke anak bungsu dan keluarganya. Setelah selesai acara ini biasanya keluarga besar ngobrol satu sama lain sambil menikmati hidangan yang telah disediakan.
Tradisi ini menunjukkan pentingnya menjaga hubungan baik antar anggota keluarga serta memperkuat ikatan emosional di antara mereka. Dengan demikian, kegiatan sungkeman dan silaturahmi kepada orangtua bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan wujud dari nilai-nilai kekeluargaan yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
Keluarga besar kami belum berkunjung ke manapun bila belum melakukan kegiatan tersebut, dan bila sudah puas bercengkrama sesama keluarga maka kami pulang ke tempat masing-masing, karena tentunya yang sudah berkeluarga harus membuka pintu rumahnya sebagai pertanda siap menerima kedatangan tamu.
Bagi yang dianggap sebagai tokoh masyarakat, selama tiga hari nggak bisa pergi kemana pun, karena harus menerima kunjungan tetangga dan warga masyarakat yang kadang malah semenjak pintu dibuka jam 8 pagi sampai jam 5 sore tamu datang dan pergi silih berganti dan hanya istirahat ketika saatnya shalat tiba. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari.
Semoga kegiatan sungkeman dan silaturahmi kepada orangtua ini dapat terus menjadi bagian yang berharga dalam memperkokoh hubungan keluarga dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H