Mohon tunggu...
asep saeful rohman
asep saeful rohman Mohon Tunggu... -

Saat ini Saya adalah salah satu staf pengajar di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad Bandung. Tinggal di sekitar kampus Unpad Jatinangor. Lahir di Majalengka 23 Maret 1980 dan disana pula hingga SMA di SMAN 1 Majalengka. Memiliki satu orang istri dan satu orang anak laki-laki.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karir 'Fungsional Pustakawan'

19 April 2012   09:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:25 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidakpahaman terhadap posisi, peran dan fungsi pustakawan, terutama di institusi pemerintah/negeri, sebagai tenaga profesional dengan 'jabatan fungsional' yang melekat pada profesinya, seringkali mengakibatkan kesalahan dalam hal pengurusan karir dan kenaikan pangkat seorang fungsional pustakawan. Persoalan ini kembali mencuat seiring dengan heboh Remunerasi pada berbagai instansi pemerintah saat ini. Salah satu yang terkena akibat dari pernyataan saya diawal tulisan ini adalah pustakawan.
Adakalanya, karena pejabat yang berwenang nggak mau repot dan gak mau tau, pustakawan malah sering diminta untuk alih jalur untuk memilih jabatan struktural. Atau pustakawan malah diposisikan tidak boleh lebih tinggi kepangkatannya/jabatannya dari pejabat struktural lainnya. Padahal, pustakawan itu sama saja seperti dosen, guru, laboran, maupun pranata komputer, semuanya sama-sama FUNGSIONAL. Bahkan pustakawan yang sudah meraih jabatan fungsional tertingginya yakni Pustakawan Utama, maka ia sama seperti halnya seorang Guru Besar.
nah, untuk para pengambil kebijakan atau pejabat yang berwenang mengurusi persoalan kepegawaian serta karir dan kenaikan pangkat pegawai, hati-hatilah dalam hal ini, pelajari berbagai aturan dan regulasinya, jangan sampai keputusan dan kebijakan yang diambil malah akan mendzolimi dan mengurangi hak yang semestinya diterima oleh orang lain. Hargai setiap prestasi yang telah diraih pegawai. Semua profesi sama, tidak ada satu yang lebih tinggi derajatnya, perannya, gengsinya, dsb. dibanding profesi lainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun