Aku terbangun dari ketertiduranku, ku buka mata, kulihat langit-langit kamarku yang putih nan bersih. Hufh..kuhela nafas. Aku lupa tidak membersihkan sudut langit-langit kamarku ini, sarang-sarang kotoran di sana masih betah membekas. Aku malas, terlalu malas..aku tidak ingin bangkit dari tempat tidur . Dengan ogah, kutengokan kepala ini ke samping kiri. Kulihati jam, kini waktu telah menunjukan pukul 18.00. Yah..aku belum salat, aku harus salat. Aku selalu ingat apa kata emak-ku dikampung, mau bagaimanapun keadaanku, aku tidak boleh lupa salat, aku harus sempatkan salat. kuhelakan lagi nafasku lebih panjang, kini aku mulai bangkit dari ranjang. Kali ini, kutengokkan kepala ke samping kanan. Yah..tepat di sana, Rei, pacarku masih terlelap dengan dada yang telanjang ditutupi selimut hangat setengah badan. Sejenak aku tersenyum simpul, entah mengapa, hatiku akan selalu bahagia jika ada dirinya di sampingku.
"Yang..bangun..udah magrib inih.." ajakku sambil menggoyang-goyangkan badannya. Kudengar ia hanya menyahut "Hmm.."tanpa menggeliat.
"Yang..ayoo banguunn..."ajakku lagi, kali ini sengaja ku lembut-lembutkan suaraku, katanya, dia akan suka jika suaraku makin lembut.
Seperti biasa, tubuhnya masih ter-onggok pasrah di tempat tidur, malah..kali ini ia semakin menyelimuti tubuhnya yang tinggi nan tegap.
"Salat dulu yang.."tambahku lagi tak gentar, berharap ia akan bersegera bangun.
Namun, tiba-tiba suara ringtone smartphone berbunyi, cukup keras dan memekakan telinga. Kucari di mana arah suara tersebut, sampai akhirnya aku mulai sadar, bahwa suara tersebut tertuju pada handphone Rei. Aku mulai bangkit dan berusaha untuk meraihnya, terlebih, suara ringtonenya benar-benar mengganggu telingaku. Saat berhasil kuraih, kulihat di layar Handphone ada satu kata nama seseorang, sebagai tanda bahwa ada panggilan masuk, yah...nama "Sarah"terpampang nyata di layar. cukup terkejut memang, aku tidak tahu apakah aku harus mengangkatnya atau tidak. Sesekali kulihati Rei yang masih tertidur di sampingku. Kubiarkan Ringtone itu terus berteriak.
"Siapa sih yang..."Rei mulai menggeliat dengan suara paraunya.
"Sarah.."jawabku lurus
Seketika Rei langsung terhentak, matanya mulai membulat, tubuhnya langsung bangkit saat itu juga, bahkan aku melihat auranya kini terlihat terkesiap bercampur kaget, seperti habis melihat dedemit. seketika itu pula tubuhku mulai layu, lunglai, dan lemas. Rei langsung meraih Handphonenya dariku, tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Assalamualaikum sayang, iyah..ini...tadi habis ngobrol sama rekan kerja...kamu dimana? mau saya jemput?"
Perasaanku mulai dongkol, api cemburuku mulai menjalari ulu hatiku, bahkan kepalaku mulai panas membara. Namun aku harus tahan, aku tidak boleh memperlihatkan kekecewaan ini di hadapannya. Bagaimanapun, ia sedang menelpon istrinya sendiri.