Dalam khazanah budaya Nusantara, cerita-cerita rakyat seringkali mengandung unsur kearifan lokal yang mendalam. Salah satu kisah yang menarik untuk dibahas adalah cerita tentang "larangan pengucapan kata waluh" dalam cerita Mbah Dalem Walunajaya. Cerita ini tidak hanya menyuguhkan alur yang penuh makna, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya dan pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran hidup.
Kisah Mbah Dalem Walunajaya berpusat pada sosok Raja yang dikenal karena kebijaksanaannya dan kecerdikannya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat khususnya di daerah Batujajar. Dalam cerita ini, terdapat larangan pengucapan kata "waluh," yang merujuk pada buah labu. Larangan ini tidak hanya bersifat literal, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam.
Larangan ini berkaitan dengan kepercayaan lokal yang berkembang di masyarakat pada masa itu. "Waluh" dipercaya memiliki konotasi yang bisa mendatangkan sosok Peliharaan dari Mbah Dalem Walunajaya yakni Seekor harimau yang sangat besar jika diucapkan sembarangan karena kata "Waluh" tersebut seolah-olah memanggil Mbah Dalem Walunajaya. Oleh karena itu, larangan ini dijaga dan dihormati oleh masyarakat sebagai bentuk penghormatan terhadap Mbah Dalem Walunajaya.
Cerita tentang larangan pengucapan kata "waluh" dalam kisah Mbah Dalem Walunajaya adalah cerminan dari nilai-nilai kearifan lokal yang mengandung pesan moral yang dalam. Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga perkataan dan bertindak dengan penuh kehati-hatian. Di tengah dunia yang semakin terhubung secara digital, di mana kata-kata dapat dengan mudah tersebar dan berdampak luas, pelajaran dari Mbah Dalem Walunajaya ini seharusnya menjadi panduan kita dalam berkomunikasi.
Larangan kata "waluh" tidak hanya menggambarkan kepercayaan masa lalu, tetapi juga merupakan simbol yang relevan dengan tantangan kehidupan masa kini. Nilai kehati-hatian dalam bertutur kata ini dapat menjadi warisan yang patut kita jaga, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan upaya untuk menjaga harmoni di dalam kehidupan bersama. (Asep Rahman)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H