Jarum jam mulai memperlambat langkahnya, ada perasaan lelah yang tiba-tiba menyerbu,
ada sesuatu yang patah rubuh,
menimpa kepercayaan diri,
semuanya telah berubah,
aku tak berdiri seperti sedia kala.
Tapi ibu masih tumpuan qolbu,
sandaran resah yang kaukumpulkan diam-diam di dadaku,
walau air mata tumpah di pangkuannya,
dalam dekapan masa lalu yang hangat,
tapi tangan ibu kian lemah,
tapi khasiatnya tak berkurang,
sekali usap hilang luka,
semua kecewa kembali tawar sekali seka,
semua pedih pergi seperti sedia kala.
Jarum jam meperlambat langkahnya,
tapi ibu masih kuat menggenggam tanganku, membisikan sesuatu,
lalu memandangku dengan mata penuh harap, sebentar lagi matahari pagi tiba di sini, bisiknya.
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H