Mohon tunggu...
Asep Nurjamin
Asep Nurjamin Mohon Tunggu... Dosen - suka menulis dan membaca puisi

Sedang berusaha untuk menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Sehelai Daun Duka di Balik Rimbun Pepohonan

16 Juni 2018   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2018   00:40 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah kampungku, tempat tumbuh padi hijau mengalun sampai jauh, pucuknya riuh dimainkan lembut angin senja, yang airnya gemericik meneteskan kasih putih, yang langitnya biru jernih terang terbuka.

Pohon mangga dan pohon nangka di samping rumah, masih menyediakan teduh dan semilir angin sejuk, sederetan perasaan masih berjejer rapi dan setia menunggu pada bangku kayu di sudut, dengan ramah mempersilakanku duduk dan melipat sebagian kenangan, tapi ada perasaan sepi setelah sebagian isi rumah tak menyambutku dengan ramah, ayah tak mampu lagi berdiri di pintu untuk menyambut dan merangkulku.

Ayah telah kehilangan daya untuk sekadar senyum dan membalas salam, matanya yang hitam samar jauh menimbun rimbun rindu dalam cahaya yang amat suram. Lautan cinta itu telah kehilangan airnya, baru kusadari kemudian, bahwa akulah kini mata airnya, pulangku mengembalikan semua kesuburan, hijau rimbun daun dan buah kepadanya.

Akulah yang kini harus jadi kesejukan dan keteduhan, tapi aku masih terus mengeluh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun