Minke adalah mata dan perasaan yang digunakan Pramoedya Ananta Toer untuk menggambarkan gimana sih kondisi Nusantara pada akhir abad ke 18 dan awal 19.
Pada saat itu Indonesia sedang berada pada masa politik etis masa kebangkitan nasional.Â
Roman ini terdiri dari 4 buku, yang pertama berjudul Bumi manusia.Â
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke. Raden mas Minke ini tokoh mengambil perjalanan hidupnya Raden Mas Tirto Adhi Soerjo (TAS) Bapak pers Indonesia.Â
Kisah ini berlatar di Soerabaya, dan Wonokromo. Minke adalah seorang siswa HBS/ Sekolah Menengah Atas yang pada saat itu menjadi siswa HBS itu berarti istimewa sekali jaminan masa depan cerahlah gitu.Â
Para siswa HBS ini juga bukan orang sembarangan, hanya putra-putra pejabat Indo ataupun eropa Totok yang bisa masuk kesana. Tapi walaupun dia Siswa HBS bukan berarti pergaulan Minke itu disamakan sama siswa HBS lainnya, kasta tetep berlaku, dia yang pribuminya berkasta rendah disekolahnya sendiri, tidak jarang dia dipermalukan sama temen-temennya sendiri.Â
Suatu hari Minke diajak oleh seorang kawan yaitu Robert Surhof untuk menemaninya mengunjungi seorang kawan yang tinggal di Wonokromo, Robert Mellema namanya.Â
Sebenarnya Robert Suurhof ini suka sama adiknya Robert Mellema, namanya Annelies Mellema tapi kan jadi zaman dulu ketika ada orang ingin menarik hati seorang perempuan atau menarik hati lawan jenis itu biasanya dia akan membawa seorang lain yang menurut dia lebih jelek dari pada dia.Â
Jadi dengan dia membawa orang yang kalah statusnya dibawah dia maka dia dianggap lebih tinggi statusnya, kalau dia lupa kan kadang-kadang cewek-cewek itu suka bawa monyet.Â
Pada saat itu ya dengan harapan bahwa kalau dia membawa seekor monyet maka cowok-cowok akan menganggap dia lebih cantik. Nah ini modelnya juga sama tapi yang terjadi ternyata justru Annelies bukannya suka sama Robert Suurhof tapi malah jadi suka sama si Minke dan Minke juga memang jatuh cinta sama analis jadi nggak bertepuk sebelah tangan dong apalagi Nyai Ontosoroh ibunya analis juga suka sama Minke nah tokoh Nyai Ontosoroh ini yang membuat saya terpaku pada cerita, saya jatuh cinta pada dia, Nyai Ontasoroh ini seorang perempuan setengah baya yang berkarakter sangat kuat dan independen, sebutan Nyai pada masa kolonial Belanda berarti gundik simpanan orang Eropa yang tidak dinikahi secara resmi tapi tapi tinggal serumah bahkan melahirkan anak-anak berdarah campuran posisi nyai ini dianggap lebih beruntung dari perempuan pribumi tapi secara moral direndahkan.Â