Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman yang sudah lama tidak berjumpa. Dia yang sangat sibuk menulis, sampai-sampai lupa untuk membaca. Yang saya tau dia sangat berbakat dalam menulis. Dia sekarang sedang menyelesaikan sebuah novel yang mau diikutkan lomba.
Saya cuma berpikir begini; Apakah dia terus bisa menulis? Pada saat yang bersamaan dia berhenti membaca. Meskipun saya tau, dia sangat berbakat dalam hal menulis. Bukankah aktivitas antara membaca dan menulis itu tidak bisa dipisahkan. Selain pengalaman, membaca adalah sumber inspirasi dan ide untuk menulis.
Tapi mungkin saja dia masih memiliki stok inspirasi dan ide dari hasil membaca yang pernah dia lakukan sebelumnya. Saya tanya, ternyata dia terakhir membaca sekitar tujuh bulan yang lalu. Menurut saya, itu waktu yang sangat lama bagi seorang penulis untuk tidak membaca. Tapi apa mungkin dia masih banyak stok inspirasi dan ide dalam kepalanya?
Saya sadar, kalau dia sangat berbakat. Tapi, apakah mungkin sebab bakat dia, dia masih bisa menulis, meskipun sudah tidak lagi membaca selama tujuh bulan? Â Itu mungkin saja. Tapi, saya ragu. Menurut saya, meskipun dia berbakat, dia harus banyak membaca, untuk bisa menulis, seperti orang pada umumnya.
Saya juga tau, kalau dia beberapa kali memenangkan lomba menulis. Entah itu esai, cerpen atau novel. Sekali lagi, aktivitas membaca dan menulis itu tidak bisa dipisahkan. Orang kalau tidak banyak membaca tidak akan bisa menulis. Sama halnya, orang bisa menulis sebab banyak membaca. Ini sebenarnya teori yang semua orang sudah tau.
Membaca itu ibarat air dan menulis itu ibarat manusia. Jadi, kalau orang melakukan lari jarak jauh, tapi dia tidak minum selama satu jam saja, maka dia tidak akan memiliki tenaga yang cukup untuk melanjutkan larinya.
Entahlah, tapi saya yakin, dia akan berhenti menulis novelnya kalau tidak cepat-cepat membaca lagi. Terkadang orang menulis, seperti dikejar-kejar anjing. Ia cepat-cepat membaca dan cepat-cepat menulis. Di waktu bersamaan. Sebab, kalau ia tidak melakukan itu berhentilah aktivitas menulis itu. Sebab tidak ada pasokan inspirasi dan ide.
Tentu, seperti yang sudah saya katakan di depan, untuk menulis bukan hanya dengan membaca saja tapi dengan pengalaman juga. Membaca dan pengalaman sama-sama penting sebagai inspirasi dan ide untuk menulis. Nanti tergantung si penulis, bagaimana ia merenungi hasil bacaannya dan pengalamannya. Supaya menghasilkan kata-kata, kalimat, dan pada akhirnya menjadi sebuah paragraf.
Terkadang banyak orang yang hanya membaca tapi tidak menulis. Ini biasanya terjadi bukan ia sibuk membaca terus lupa menulis. Pada dasarnya orang kalau sudah banyak membaca pasti selanjutnya ia ingin menulis. Tapi kenapa mereka tidak menulis?
Biasanya yang saya tau, mereka belum PD, merasa tidak punya ide, merasa tidak punya bakat dan seterusnya. Itulah yang mereka alami, sehingga mereka tidak menulis. Dan, hanya membaca.
Dan, banyak juga mereka-mereka yang antara aktivitas membaca dan menulisnya sama-sama berjalan. Biasanya, ini aktivitas yang sudah dilakukan oleh penulis yang sudah sukses dan sudah banyak karyanya. Tidak mungkin rasanya, penulis yang karyanya sudah banyak itu tapi ia melupakan aktivitas membaca dan sibuk menulis saja.