Mohon tunggu...
Asep Kumbara
Asep Kumbara Mohon Tunggu... -

Kata Lebih Bahaya Ketimbang BOM ATOM,... #SekilasINFO :)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ooh KPSI! Sebuah Upaya Mengetuk Mata Batin KPSI

6 Februari 2012   18:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimana sisi “Hati Nurani” Mereka (KPSI)??? Itulah pertanyaan yang kerap kali berputar dikepalaku melihat gelagat serta intrik KPSI terhadap otoritas sepak bola Indonesia, yakni PSSI. Sebagai mandataris anggota PSSI di Solo, selayaknya kepemimpinan Prof Djohar Arifin memiliki legitimasi baik ditinjau secara konstitusi organisasi (AD-ART) ataupun dukungan masyarakat bola Indonesia. Hebatnya, dibawah kepemimpinan Sang Profesor, PSSI melakukan perombakan bahkan membuka cakrawala baru tentang sistem pembinaan sepak bola nasional. Lebih dari itu, Sang Profesor juga telah menyuguhkan sebuah mindseet tentang pengelolaan sebuah sistem kompetisi sepak bola nasional. Sebelumnya, sistem kompetisi kita (ISL) ternyata dipenuhi dengan manipulasi bahkan mafia pengaturan skor. Dan, kini sistem tersebut oleh Sang Profesor secara pelan tapi pasti direduksi dengan menciptakan sebuah kompetisi yang kompetitif bukan berdasarkan “Wani Piro?”. Pendek kata, Sang Profesor telah melakukan gugatan terhadap sistem kompetisi terdahulu dan menyuguhkan sebuah kompetisi baru dengan menjunjung tinggi “Sportifitas dan Kompetitif”. Inilah babak baru sepak bola nasional!!!

Ibarat “Keserakahan yang Sistematis akan mengalahkan kebenaran yang tak terstruktur”. Progresifitas Sang Profesor tentunya tak bisa diterima bagi kalangan Status Quo yang direpresentasikan oleh KPSI. Bagaimana tidak, lahan PSSI Era NH Dkk adalah sumber pendapatan dan merupakan satu-satunya income kantong kehidupan keluarga dan kelompok ini. Sehingga ketika PSSI menghadirkan “GAGASAN PERUBAHAN” dijantung PSSI melalui penyelenggaraan kompetisi IPL tentu menggusur secara paksa gelimang harta kelompok ini. Dengan demikian, kehadiran keserakahan –KPSI- bisa jadi lebih terstruktur bila dibandingkan dengan kebenaran yang jelas-jelas bukan taktis melainkan strategis ini.

Kembali ke pertanyaan dalam pikiranku diatas? Tinjauan sisi kemanusiaan, apakah mereka (KPSI) tak pernah menggunakan pikiran secara normal layaknya manusia umumnya? Ataukah mereka tak memiliki pekerjaan lain selain di PSSI sehingga mereka “Ngotot” merebut kembali PSSI? Bukankan merekalah aktor dibalik kisruh sepak bola nasional? Dan, kenapa sebagian pengelola sepakbola kita mendukung mereka, bukankah mereka sadar kepentingan dibalik KPSI? Apakah mata batin dan rasionalitas instrumental mereka tumpul? Wallahu A’lam

Sebagai pecinta klub sepakbola asal Jawa Tengah, PERSIJAP JEPARA yang berlaga dikompetisi resmi PSSI –IPL- tentu hanya bisa “Geleng-geleng” kepala melihat “ULAH KPSI”. Gagasan mengelola kompetisi tanpa APBD tentu kian menambah kegembiraan kita. Bagaimana tidak, APBD yang hendaknya dipakai untuk peningkatan kesejahteraan, pembangunan infrastruktur, peningkatan pendidikan dan kesehatan harus terkurangi karena harus dipakai untuk urusan sepakbola. Ironisnya, sebagian besar pemain tersebut bukan warga asli Jepara yang selayaknya menikmati hasil pajak. Alhamdulillah tim kesayangan saya mendapat support finansial demi menuju industri sepakbola mandiri. Bukankah ini adalah VISI STRATEGIS? Bukankah ini bagian dari peningkatan kesejahteraan masyarakat kita?

Lagi-lagi, entah apa dalam benak pikiran KPSI ini? Bukankah mereka adalah orang Timur yang memiliki khazanah pemikiran yang santun dan menghormati kinerja orang lain? Nampaknya atribusi ini tidak berlaku bagi KPSI, mereka ternyata terbutakan oleh “KEKUASAAN” dan “HARTA DUNIA” layaknya “QORUN” yang dilaknat dalam ISLAM. Mereka mengorganisir kekuatan demi mengembalikan TAHTA KUASA atas PSSI. Bukankah PSSI adalah lembaga otoritas peningkatan skill dan pengetahuan potensi bertebaran di Indonesia bukan sebagai ATM? Kebutaan mata batin ini ternyata secara “SERAMPANGAN” dalam berpikir maupun bertindak. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia (WNI), seharusnya mereka kalau ngaku cinta sepakbola nasional tentu bangga dengan prestasi TIMNAS U 17 di Hongkong; Bukan Runner Up melainkan mereka meraih TROPI JUARA. Jika KPSI merasa bagian dari WNI tentu bangga dan memberi semangat terhadap cikal bakal TIMNAS Senior ini.

Ayoolah wahai Manusia KPSI, masyarakat Indonesia sudah lelah dengan Kisruh Politik, kemiskinan, pembunuhan dan aksi demontrasi masa menyikapi ketidakadilan kebijakan pemerintah. Hiburan masyarakat bukan hanya “TAWA SUTRA Coooy” melainkan bangsa Indonesia merindukan PRESTASI Sepakbola kita. Berikan waktu kepada Sang Profesor untuk menciptakan sebuah sistem kompetisi menuju PRESTASI yang dirindukan bangsa Indonesia. Jangan kau rampah hiburan kami!!! Jangan kau suguhi kami dengan Kompetisi yang ternyata masih bergulat, berkarate, dan bertinju!!! Kami ingin menyaksikan hiburan sepakbola yang tanpa manipulasi, tinju, karate, jotos!!! Kami merindukan hiburan sepakbola racikan dan strategi dilapangan dengan berprinsip pada sportifitas, taktik dan strategi.... Jika memang manusia KPSI sekarang tidak memiliki pekerjaan selain bikin RICUH sepakbola nasional, silahkan datang ke JEPARA, disini ada ribuan Home Industri kreatif dan Industri Mebel Ukir Jepara,... Mari bekerja selaras bidangnya, jangan ganggu Sang Profesor yang secara bekerja di Laboratorium untuk meningkatkan kualitas sepakbola kita,...

Salam Merah Sejati

BANASPATI 1954

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun