Mohon tunggu...
asep junaedi amh
asep junaedi amh Mohon Tunggu... -

anak dari 4 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerajaan Kecil

8 Januari 2012   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah negara antah berantah, terdapatlah kerajaan yang katanya Gemah Ripah Loh Jinawi, terdapat beberapa kerajaan kecil. Terdapatlah kisah di kerajaan kecil A, yang mayoritas rakyatnya dunia pendidik kerohanian, ironis memang, kerajaan yang seharusnya mencetak punggawa - punggawa yang handal serta bermartabat, ternyata tidak bisa lebih baik dari kerajaan B yang mayoritasnya murni dunia pendididik. Ini tentang Raja kerajaan A, Raja pertama bernama Aman, Raja kedua bernama Amun, Raja ketiga bernama Amin dan Raja keempat bernama Mana.

Kisah ini dimulai ketika Raja Pertama meletakkan pondasi kepemimpinan lewat kudeta, yang menerapkan Repeh Rapih, lalu pergantian Raja kedua, yang semula tata tradisi yang lama akan di rubah pada bentuk yang ideal, enam bulan berlalu akhirnya Raja keduapun tak sanggup, dikarenakan para abdi rakyatnya tak setuju, yang konon katanya tak bisa sejahtera jika tak main dengan angka - angka. pergantian Raja ketigapun datang, dengan semangat yang menggebu membawa selogan kita sebagai manusia harus mengikuti aturan sistem yang berlaku, berkecamuklah para abdi rakyat, ada yang setuju begitupun sebaliknya, bahkan ada pula yang tak mau ambil pusing ( ga bakalan jauh beda dengan Raja - Raja yang lalu).

Seminggu setelah serah terima tahta, Raja ketiga ( Amin ) akan mengadakan RAKER (Rapat Kerja). kita tengok waktu seminggu yang lalu, para abdi rakyat yang terbagi dua jenis, Pendidik Dan NonPendidik berbagi argumen, tentang kecemasan yang akan membawa perubahan pada sistem kerajaan yang akan menganut, manusia mengikuti sistem. terpecahlah para abdi rakyat menjadi 3 golongan, golongan pertama : Raja beserta sebagian abdinya, Abdi senior, dan Abdi dalem.

Abdi senior yang beraliran keras (kiri) beranggapan, sistem yang akan di pakai tak akan relevan bagi Abdi senior, yang selama ini sistem yang dijalankan menguntungkan pundi - pundi kantong mereka, berkecamuklah di dalam kerajaan, saling cari dukungan. Suasana teramat panas selama seminggu itu, entah apa yang mereka cemaskan, yang jelas mereka belum siap untuk berubah ke arah yang benar.

Raker telah terbentuk panitia dan pada hari RAKER, kumpullah semua Abdi Kerajaan, pada sambutan RAKER yang dibuka oleh Raja Amin, betapa semangatnya beliau berorasi tentang kita harus berubah, sekarang jamannya keterbukaan, rakyat jelata pun harus tahu tentang keuangan yang kita punyai, tanpa kecuali! karena jika tidak! itu bertentangan dengan Hak Azasi Manusia.

Hari pertama RAKER tertunda jam 12 siang, dikarenakan Raja Amin dipanggil Raja Pusat, keesokan harinya Raker kedua, dibukalah semua anggaran kerajaan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang dalam hal ini dikendalikan penuh oleh Sang Raja. Para Abdi terbelalak melihat angka - angka yang cukup fantastis, dengan gamblangnya Raja berkata ini semua untuk keperluan rakyat, karena ini uang rakyat, karena kita telah menerima pajak dari rakyat, gunakan sebaik mungkin!.

Semua abdi gelisah, sesi Raker berlanjut pada tahap anggaran satu tahun kedepan, dibukalah diskusi oleh Sang Raja, dengan opsi, kita semua sudah tidak ada rahasia lagi, maka jadilah abdi yang nurut!

B E R S A M B U N G...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun