Mohon tunggu...
Asep Jumantoro
Asep Jumantoro Mohon Tunggu... -

pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cakar Kucing Hitam

22 April 2016   17:59 Diperbarui: 22 April 2016   18:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cakarku merenggang, punggungku penat
menanti tikus-tikus keluar persembunyian
yang tak kunjung mencicit juga
di rumah
juragan kaya
yang menjadi
pengisi daftar panama papers.

Cakarku bergeretak, mataku nyalang
menatap tikus-tikus mulai mengendap
menyeret karung-karung dengan tulisan $
tak penting bagiku,
aku hanya haus
darah-darah tikus
yang telah menghisap madu negeri ini.

Tatapanku tajam,
menyala di kegelapan
aku siap menerkam tikus-tikus
namun urung,
lihat tikus-tikus digiring juragan
untuk beristighfar ketika berkumandang adzan maghrib.

Tatapanku melemah,
tikus telah bersekongkol dengan tuan rumah
apa aku harus menerkan juragan?
Atau aku tunggu wajahnya berubah
menjadi tikus wirog?
Hingga kelak perutku kenyang
mencincangmu?

Ngeooong!
Duk!
Aku kaget, ketika sepatu menendang pantatku
aku geram
cakarku kembali mengembang
mataku garang,
aku tatap dia.
sialan!
Itu atasan tuan rumah tadi!

Rengasdengklok, 04-16

(Kutulis sambil menanti adzan maghrib)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun