Mohon tunggu...
asep jamaludin
asep jamaludin Mohon Tunggu... -

menggeluti dunia filsafat dan pendidikan menjadi salah satu hobi saya ketika sedang berada disuatu tempat yang sendiri. sharing ide dan eksplorasi desain nalar merupakan makanan sehari-hari yang ga pernah jelas dan mengarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tontonan Gak Berguna

11 Februari 2011   12:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:41 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ramai dunia dikelilingi oleh makhluk yang katanya manusia meskipun terkadang tidak manusiawi. Mungkin isi selanjutnya dari tulisan ini akan lebih banyak bernuansa menggunjing dan menyalahkan pihak-pihak yang senantiasa meraup keuntungan dari keringnya realita dengan spiritual. Bukan bermaksud menyalahkan tetapi sebenarnya ingin mempertanyakan beberapa kebijakan-kebijakan "mereka".

Salah satu hal yang memberikan warna mencolok dari setiap perguliran zaman ialah pesatnya laju perkembangan teknologi yang disajikan mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling compleks. Berbagai media informatika sudah dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, bahkan dari kalangan dusun atau primitive sekalipun. Pihak produsen senantiasa mengumpulkan keuntungan sebesar-besarnya sedangkan pihak konsumen memanfaatkan produksi sebesar-besarnya tanpa pikir-pikir lebih jauh lagi. Disatu sisi perkembangan tersebut mengindikasikan nilai positif bagi kemajuan hidup manusia namun disisi lain justru menggiring manusia pada jurang kehinaan. Robert Hushance sebagaimana disadur oleh Baqir Syarif Al-Qarashi mengatakan bahwasannya ketika ilmu pengetahuan materiil telah mencapai klimaksnya dalam bidang pengetahuan, teknologi, serta alam, Maka ia telah mencapai titik terdalam dilingkaran kebijakan serta moralitas. Pernyataan ini terbukti dengan semakin maraknya pesta kekerasan disana-sini, aksi pertunjukan melepaskan ruh manusia dari jasadnya menjadi ajang yang sangat trendi hari ini. Pada kubu-kubu tertentu fakta realitas ini menjadi fenomena yang sangat mengerikan dan sangat tidak diharapkan, namun di kubu lain, fenomena seperti ini justru dapat memberikan nilai positif karena dapat memenuhi isi kantong pribadinya.

Sungguhkah ini peradaban yang di cita-citakan manusia? Penulis teringat firman Allah SWT pada surat al-Baqarah ayat 30 bahwasannya ketika manusia akan diciptakan malaikat bertanya kepada Allah "apakah Engkau hendak menciptakan pertumpahan darah dimuka bumi ini dengan diciptakannya manusia sedangkan kami bertasbih kepada-Mu?" Dan pesta tersebut hari ini menjadi marak dan trendi. Ironisnya realitas seperti ini justru dijadikan trend zaman yang katanya modern oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan selanjutnya untuk anak-cucunya kelak.

Parahnya lagi adalah ada satu stasiun televisi swasta yang mepertontonkan ajang kekerasan hampir setiap malam. Bukankah pertunjukan-pertunjukan seperti itu akan memberikan dampak yang tidak baik bagi anak-anak kita. Besarnya pengaruh lingkungan yang diserap oleh anak-anak kita pada akhirnya akan atau dapat membentuk kepribadian si anak ketika telah dewasa nanti. Hal ini diaminkan oleh paham behavioristik yang mengatakan bahwa kepribadian seorang akan sedikit banyaknya akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Selain itu dalam perspektif ilmu pendidikan pun dikatakan bahwasannya lingkungan menjadi salah satu factor inti yang mengindikasikan keberhasilan pembelajaran.

Jikalah lingkungan kita hari ini seperti ini, bagaimanalah 20-30 tahun ke depan? Bukankah pendidikan hari ini merupakan miniature kehidupan manusia di masa yang akan datang? Nah, kalau realitas kehidupan anak-anak hari ini selalu di doktrin dengan pertunjukan-pertunjukan kekerasan, bukankah nantinya akan membawa realitas ini kepada kehidupan yang super anakis karena hari ini sudah anarkis.

Sangat disayangkan jika kehadiran media informasi audio-visual seperti televisi justru malah membuat kehidupan semakin aral dan anarkis yang seharusnya tidak demikian. Penulis memohon dengan sangat kepada pihak-pihak yang merasa peduli dengan masa depan kehidupan dan pendidikan untuk membuka mata dan menyadari bahwasannya pertunjukan tersebut "sangat tidak baik" bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia (anak-anak) meskipun memang sangat menjanjikan kantong pribadi. Untuk kehidupan yang lebih baik lagi, marilah kita tunjukan bahwa kita peduli dengan masa depan melalui pengurangan pertunjukan-pertunjukan aksi kekerasan di media televisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun